52. TERKUBURNYA KENANGAN

~Semesta sering sekali bergurau. Ketika hal yang kita harapkan benar terjadi, namun nyatanya itu hanya sebatas singgah hingga kemudian pergi lagi.~

🍭🍭🍭

Sudah satu bulan Seiza masih belum sadarkan diri. Kondisinya sering tidak stabil. Kadang ada sedikit pergerakan dari jari tangannya, kadang detak jantungnya pun melemah.

Seperti saat ini, Yugo duduk di kursi sebelah tempat Seiza terbaring lelap. Yugo rindu dengan gadisnya itu. Sebab beberapa waktu yang lalu Yugo sempat pulang ke Jakarta untuk mengurus kepindahan Seiza ke rumah sakit yang lebih mendukung peralatan medisnya di ibu kota.

Yugo akan melakukan cara apa pun agar Seiza kembali lagi padanya. Tak peduli berapa besar biaya yang harus ia keluarkan, karena kini yang terpenting hanya hidup gadisnya.

"Za, aku kangen banget sama kamu. Tiga hari tinggalin kamu aja udah kangen banget. Minggu depan kita pindah, ya, ke Jakarta. Biar aku gak jauh kalau mau lihat kamu, Sayang."

Yugo mengusap punggung tangan Seiza yang dingin dan pucat. Tak jarang air matanya itu keluar bersama dengan rapalan doanya.

"Bunda kamu nanti tinggal di Jakarta aja bareng sama kita. Nanti kamu jangan tinggal di apartemen Delia lagi. Kamu pindah aja di rumah aku. Soalnya rumah aku sepi, Za. Paling ada papa sama bibi-bibi di sana."

"Saat kamu bangun nanti, aku mau cerita semua rahasia aku selama ini. Kamu, kan, pernah bilang, kalau kamu mau tau rahasia besar aku. Aku akan jawab semua pertanyaan dan rasa penasaran kamu, Sayang. Aku akan ceritakan semua. Dan alasan aku lakuin ini karena kamu, Seiza. Karena aku mau lindungi kamu."

"Aku mau terus dekat sama kamu, Sayang. Atau ... kita langsung nikah aja, ya, Za. Jadi saat kamu sembuh nanti, aku mau kita langsung nikah aja." Yugo kemudian tersenyum sambil mengusap air matanya yang mengalir.

"Aku serius, Sayang. Aku mau menghabiskan sisa hidup aku sama kamu. Aku gak mau main-main lagi sama kehidupan. Aku mau kamu yang dampingi aku saat senang maupun susah."

"Aku kangen kamu, Za. Kangen ... banget. Bangun, ya, Za."

Yugo menurunkan maskernya, kemudian mengecup punggung tangan Seiza sebelum ia keluar dari ruang ICU di mana Seiza berada.

"Gimana, Go? Masih belum ada perubahan?" tanya Sadam yang kebetulan ikut ke Bogor kali ini.

Yugo menggeleng lemah. "Tinggal tunggu keajaiban aja, Dam."

"Sabar, Go. Semua akan diberikan jalan terbaik."

"Thanks, Dam. Lo selalu baik sama gue, walaupun gue banyak bohong sama lo dan Bobby, tapi lo berdua tetap baik sama gue."

"Gimana pun juga lo tetap sohib gue, Bro."

Saat Yugo pulang ke Jakarta kemarin, Yugo menceritakan semua rahasia pada teman-temannya. Reaksi mereka pun berbagai macam. Salah satunya Riko, ia berhasil membuat sudut bibir Yugo sekarang sedikit lebam akibat pukulannya.

Untung saja amarah Riko bisa segera reda setelah Yugo berkata jujur bahwa sebenarnya selama ini ia tidak hilang ingatan. Alasan ia melakukan itu tidak lain untuk menyelidiki siapa yang selama ini berbuat jahat pada hidupnya. Dan kebohongan ini pun tak lain adalah untuk melindungi gadisnya dari kejauhan, namun ternyata tanpa Yugo sadari hal ini pula yang membuat gadisnya bahaya.

Ia rela mengubur semua kenangan yang selama ini sudah ia buat dengan manis, namun untung saja perjuangannya tak sia-sia.

Kemarin Almer memberi kabar bahwa Anwar berhasil ditangkap di persembunyiannya di daerah Jawa Tengah. Ia dan dua anak buahnya ditangkap saat akan pergi ke tempat sembunyi lainnya.

Yugo sedikit lega karena omnya sudah masuk proses penahanan di kepolisian. Saat ini Soni yang sedang mengurusnya selama Yugo menunggu Seiza di rumah sakit. Yugo pun sudah menyewa pengacara kenalan papanya.

Yugo berharap semoga omnya mendapatkan hukuman setimpal dengan apa yang sudah ia lakukan selama bertahun-tahun ini. Ia pun akan menuntut Anwar atas pembunuhan mamanya dan ayah Seiza. 

Kini ia harus diuji dengan keadaan Seiza, yang otomatis ini akan menjadi tugas selanjutnya untuk memperjuangkan kebahagiannya. Ia sangat berharap Seiza bisa segera sadar dan memberikan saksi bahwa Seiza dulu pernah melihat Anwar yang melakukan pembunuhan itu, bahkan Seiza sendiri pernah diculik saat kecil. Karena Yugo yakin sekali bahwa Anwar akan dihukum seberat-beratnya atas kesaksian itu.

🍭🍭🍭

"Hati-hati bawa mobilnya ya, Pak," nasihat Yugo pada supirnya saat ingin berangkat mengantar Santi pulang terlebih dahulu.

"Bunda nanti kabari Yugo, ya."

"Punten, ya, Yugo. Bunda titip Seiza sebentar."

"Iya, Bunda. Nanti kita pindah ke Jakarta aja, ya. Bunda ambil perlengkapan yang sekiranya penting. Biar nanti kalau Seiza udah siuman, baru dibawa semua barangnya, ya."

"Iya, Yugo. Makasih, ya. Yugo jangan telat makan ya, Nak."

"Iya siap, Bunda."

Lalu mobil itu melaju meninggalkan pelataran rumah sakit setelah Yugo mencium tangan Santi.

Sadam sudah pamit juga pulang ke Jakarta lagi, karena ia harus mengurus hal lainnya. Yugo sudah izin ke pihak kampus juga untuk cuti sementara, begitu pun Seiza sudah diurus oleh Yugo.

Saat semua sudah pergi, Yugo pun kembali mengunjungi ruang Seiza. Setelah menggunakan alat pelindung diri secara lengkap, Yugo memasuki ruangan ICU kembali.

"Hai, Sayang. Masih mimpi indah, ya?"

Yugo mengusap rambut Seiza penuh kelembutan.

"Oh iya, Za. Kemarinnya aku habis urus kuliah kita, kayaknya kita bakal cuti dulu semester ini. Aku mau temani kamu dulu di sini. Aku gak mau kamu sendirian."

Yugo membenarkan posisi duduknya agar memudahkan ia untuk bersandar.

"Om Anwar udah ditangkap, Za. Kita semua tunggu kamu bangun. Kamu nanti yang akan jadi saksi utama. Kita ungkap semua kasus pembunuhan orang tua kita, Za. Ayah kamu dan mama aku."

Saat Yugo sedang mengusap pelan dahi Seiza, ada pergerakan di jari telunjuk kanan Seiza. Yugo terkejut. Ia langsung memanggil lembut gadisnya, "Seiza? Kamu sadar, Sayang?"

Yugo mengusap pipi Seiza sambil berbisik, "Sayang, kamu dengar aku, kan? Bangun, ya, Za."

Yugo langsung menekan tombol pemanggil suster dan dokter. Sambil menunggu kedatangan mereka, Yugo kembali mengusap puncak kepala Seiza seraya berucap, "Sayang, aku yakin kamu pasti kembali."

Lalu setelahnya Yugo keluar karena dokter akan memeriksa keadaan Seiza.

🍭🍭🍭

Yugo resah menunggu para dokter yang masih berada di dalam ruang Seiza. Ia tak henti melantunkan doa. Semoga semua yang ia harapkan akan berjalan sebagaimana mestinya.

Almer yang menemani Yugo pun ikut merasa gelisah, ia coba mengajak Yugo berbicara untuk mengalihkan keadaan, namun hal itu tak berpengaruh. Karena Yugo masih setia berdiri dekat pintu ruang Seiza.

Tak lama setelah itu dokter dan suster keluar dan langsung menemui Yugo.

"Alhamdulillah, pasien sudah sadar. Hanya saja kondisinya masih rentan dan lemah," tutur dokter yang menangani Seiza.

Haru biru menjadi satu menghinggapi kalbu. Ada raut bahagia yang tersirat dari air wajah Yugo saat dokter berkata seperti itu.

"Tapi, saya boleh masuk, kan, Dok? Saya mau ketemu Seiza," pinta Yugo penuh harap.

"Bapak mohon bersabar, pasien belum bisa ditemui. Nanti kami beri kabar secepatnya kalau kondisi pasien sudah cukup stabil."

Yugo menghela napas kecewa. Ia harus bersabar lebih lama lagi untuk bertemu dengan Seiza yang sudah sadar. Namun, jauh di dalam hatinya ia bersyukur karena akhirnya gadis yang paling ia cintai itu sadar dari komanya.

Setelah menunggu hampir tiga jam, bunda Seiza akhirnya tiba kembali di rumah sakit.

Waktu yang seharusnya ia gunakan untuk istirahat dan merapikan perlengkapan yang akan ia bawa ke Jakarta harus tertunda karena mendapat kabar dari Yugo bahwa putri semata wayangnya sudah sadar.

"Yugo, gimana sama Seiza? Udah ketemu?"

"Belum, Bun. Yugo masih tunggu kabar dari dokter, katanya sebentar lagi. Ini lagi pengecekan terakhir, Bun. Setelah ini kita bisa masuk ketemu Seiza," tutur Yugo penuh harap.

Santi gelisah saat akhirnya dokter keluar dari ruangan dan berjalan menemui mereka.

"Bapak, Ibu," panggil sang dokter. Yugo dan Santi langsung mendekat.

"Ada sebagian hal yang ingin saya sampaikan. Namun, untuk memastikan kembali, silakan Bapak dan Ibu untuk menemui pasien. Mohon untuk tidak lebih dari 15 menit. Karena pasien masih dalam observasi kami. Dan setelah itu, saya akan menunggu kalian di ruangan saya. Karena penuturan Bapak dan Ibu nanti akan membantu kami."

Yugo dan Santi mengangguk setuju. Setelah penuturan dokter itu, mereka langsung masuk ke ruangan Seiza dengan penuh perasaan haru dan bahagia.

Mereka mendekati ranjang yang mana Seiza masih telentang dengan mata terbuka.

Santi sudah meneteskan air matanya, begitu pun Yugo yang sudah mulai berkaca-kaca melihat gadisnya yang sedang termenung. Pikirnya, mungkin Seiza sedang menunggu mereka, menunggu Yugo dan bundanya.

"Alhamdulillah Yaa Allah. Seiza, bunda kangen, Sayang," panggil Santi sambil mendekat.

"Alhamdulillah, Za. Akhirnya kamu bangun." Kini giliran Yugo.

Mereka semakin mendekat, mengambil posisi masing-masing agar bisa lebih dekat dengan Seiza. Yugo berada di sisi kanan dan Santi di sisi kiri ranjang.

"Seiza. Masih ada yang dirasa sakit gak, Sayang? Bilang sama Bunda, mana yang masih sakit?"

"Za? Ini aku. Maafin aku, ya, Za, kemarin gak bisa jagain kamu," sesal Yugo.

"Maafin Bunda juga, ya, Sayang." Santi mengusap lembut kepala putrinya.

Hening sejenak. Mereka menunggu Seiza menjawab. Karena dari tadi mata Seiza hanya bisa meneliti kedua orang di hadapannya ini.

Mereka saling sahut untuk mengungkapkan kerinduan dan penyesalan. Membuatnya semakin bingung dengan keadaan.

Lama menunggu membuat Yugo dan Santi khawatir.

"Za? Ka-kamu, baik-baik aja, kan? Kok, kamu diem aja." Pertanyaan Yugo seakan hanya basa-basi. Karena sejatinya melihat kondisi Seiza sekarang, tidak ada kata yang baik-baik saja.

Tubuh Seiza masih banyak ditempeli kabel, selang pernapasan pun masih setia bertengger di lubang hidungnya.

"Sayang? Apa yang kamu rasain? Sini bilang sama Bunda."

Hening kembali.

Seiza hanya berkedip dan meneliti mereka dengan tenaga yang masih tersisa.

Hanya satu yang Seiza rasa saat ini, ia mengantuk. Ia ingin tertidur kembali. Namun, dua orang ini dari tadi terus saja mengajaknya berbicara. Membuatnya lelah dan berpikir keras.

"Seiza?" panggil Yugo untuk kesekian kalinya.

Gadis yang ia panggil justru menutup kedua telinganya, ia merasa kebisingan. Bahkan bibir mungilnya berlirih pelan, "Berisik."

"Seiza, kamu kenapa, Sayang?" tanya Santi lagi.

Yugo menyentuh tangan Seiza yang masih berada di telinganya. "Za? Ini aku, Yugo. Aku ke sini sama Bunda kamu. Kita kangen sama kamu, Za."

Tanpa diduga, tangan Yugo ditepisnya dengan segenap tenaga yang Seiza miliki.

Santi dan Yugo saling beradu pandang, tanda bahwa mereka pun kebingungan dengan tingkah Seiza.

"Sayang ... Kamu marah sama Yugo? Ya udah sini sama Bunda aja, ya." Santi mencoba menengahi, karena pikirnya putrinya itu marah karena hal yang sudah Yugo perbuat hingga dirinya seperti ini.

Santi kemudian menyentuh tangan Seiza yang satunya, sama seperti Yugo tadi. Dan hal tak diduga kembali terjadi. Tangan Santi pun sama ditepisnya.

"Sayang?" lirih Santi penuh tanya.

"Seiza, maafin aku," ucap Yugo yang kembali mendekat.

Seiza semakin terlihat ketakutan, ia terus menghindari sentuhan Yugo dan bundanya. Hingga akhirnya Seiza menarik napas perlahan, meneguk sedikit salivanya, kemudian dengan nada lirih ia berujar, "Ka-kalian siapa?"

Yugo terhenyak mendengar penuturan itu. Tak urung pula Santi sangat terkejut dengan ucapan putrinya itu.

"Za? Ini aku, Seiza ... Yugo."

"Sayang, ini Bunda, Nak."

Seiza menggeleng kencang, tangannya di telinga semakin kuat. Hal itu membuat Santi dan Yugo bertambah panik.

"Pergi kalian! Aku gak kenal kalian! Ka-kalian itu siapa?" teriak Seiza histeris berserta dengan air matanya yang luruh.

Kalimat yang Seiza ucapkan membuat kekasihnya dan ibunya berpikir, bahwa semesta terkadang seperti sedang melucu.

Namun, air mata Seiza yang sudah turun deras membuat mereka tersadar, bahwa ternyata semesta sedang bertindak adil.

Yugo memundurkan beberapa langkahnya, ia harus siap atas hal ini. 

Hal di mana ia harus terima kehendak dari Pemilik Semesta yang bisa membolak-balikan asa.

Karena saat ini, Sang Pemilik Semesta sedang memberi Yugo sebuah karmanya, langsung secara tunai, tanpa perantara.

~    T H E   E N D   ~

Jadi .............................. apakah harus END beneran?🤭🤭🤭


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top