49. TUNGGU
Definisi kata menang paling tinggi adalah ketika kita mampu menang melawan hawa nafsu, amarah, egois dan dendam.
🍭🍭🍭
"Lo emang berurusan sama gue. Tapi gue cukup lebih cerdas dari lo dalam hal memenangkan pertandingan. Lo boleh ambil alih kapten basket di kampus. Tapi ...." Belum menyelesaikan kalimatnya, Mario lebih dulu memukul rahang Yugo hingga ia tersungkur.
"Tapi apa, Berengsek?" amuk Yugo.
Mario terbahak melihat Yugo yang penuh amarah.
Mario menendang perut Yugo yang masih tersungkur sambil berkata, "Tapi sayangnya lo gak akan pernah bisa menang lagi dalam hal apa pun."
Mario kemudian menendang Yugo dengan brutal. Bobby yang ingin menolong pun tak sempat karena ia kembali dihajar oleh orang dari tim Mario. Begitu pula dengan Sadam yang sudah mulai terkulai kesakitan. Riko yang kepalanya sudah terbentur tanah pun sulit berkutik. Hanya Arga yang masih terlihat cukup kuat untuk melawan, tapi tangannya terluka karena sayatan pisau dari lawan.
"Lo tau kenapa, Yugo? Karena sebentar lagi lo dan semua orang yang coba bantu lo akan mati!" Ucapan Mario sukses membuat amukan Yugo dan teman-temannya.
Mereka melawan kembali, hanya saja lagi dan lagi mereka kesulitan melawan orang-orang yang memang sudah terlatih itu.
Yugo sempat lengah karena saat melawan orang lain, Mario kembali masuk ke dalam. Ia ingin mengejar, tapi dihalangi. Hingga kini Yugo, Riko, Arga, Sadam dan Bobby kembali terkapar. Mereka hampir kehabisan tenaga.
Ketika mereka menarik napas sebanyak mungkin, terdengar suara mobil dari arah gerbang. Dan benar saja, ada mobil box yang tiba-tiba berhenti di depan gerbang.
Yugo ingin berdiri, tapi kakinya diinjak oleh orang berbadan besar. Sakit memang ia rasakan. Namun, ia tetap percaya bisa melalui semua ini. Bahkan kini harapan untuk menemukan Seiza semakin besar, karena Yugo yakin Mario menyerangnya dan teman-temannya hanya untuk mencegahnya untuk menemukan Seiza.
🍭🍭🍭
Seiza tersenyum di balik kain penutup mulutnya, terlebih ketika Soni menghampirinya dan segera membuka tali pengikat di tangan Seiza. Namun, hal itu tak berselang lama. Karena sosok Soni yang hampir membuka ikatan itu tiba-tiba tersungkur akibat pukulan kayu di kepala belakangnya.
Seiza menggelengkan kepalanya kuat karena ia tak ingin Soni ikut terluka, yang akhirnya menyebabkan mereka gagal keluar dan menyelamatkan diri. Seiza menangis kembali karena Soni langsung tak sadarkan diri.
Benar saja, siapa lagi kalau bukan Mario pelakunya. Setelah menghabisi Yugo tadi, ia berhasil kembali ke dalam dan memastikan keberadaan sanderanya aman. Hanya saja di luar dugaannya, karena ada tikus kecil yang hampir menyelamatkan Seiza. Mario terbahak karena aksinya yang tepat waktu mendatangi Seiza dan ia berbangga diri dengan itu.
"Bodoh! Semua orang yang mau tolongin lo itu bodoh! Lo gak akan bisa lolos dari tangan gue dan bos gue, Seiza. Gak akan bisa!" teriak Mario di depan wajah Seiza yang kini kembali menangis takut.
"Bahkan cowok lo sekalipun gak akan bisa bebasin lo. Dia terlalu payah buat ngelawan anak buah gue dan si bos."
Ucapan Mario itu membuat Seiza terkejut. Dadanya bergemuruh mendengar bahwa Yugo ternyata ada di sini untuknya, untuk menyelamatkannya. Hati Seiza sedikit menghangat walaupun hanya mengetahui hal itu. Yang terpenting ia tahu bahwa nyatanya Yugo masih peduli padanya. Namun, tak sedikit rasa khawatir Seiza pada Yugo, karena tadi Mario mengatakan Yugo tidak bisa melawan. Berarti itu tandanya Yugo pun dalam bahaya dan mungkin sedang terluka.
Pikiran tentang Yugo yang terluka terus membayangi dirinya, sampai tak sadar bahwa Mario kini bersiap untuk menyeret kembali tubuhnya.
Maka benar saja, detik itu juga Mario kembali menarik rambut Seiza dan menyeretnya keluar tanpa rasa iba sedikit pun.
Mario sangat kejam.
Hingga sampai tepat di depan pintu ia berteriak, "Awasi para parasit itu! Gue mau keluar!"
Tepat setelah kalimat itu selesai diucapkan, Mario lanjut menyeret Seiza hingga keluar. Dan saat itu juga hati Yugo mencelos melihat gadisnya diperlakukan seperti itu.
Diseret dengan bengisnya dan jangan lupakan dengan luka-luka yang ada pada wajah dan mungkin bagian lainnya, ditambah dengan darah yang masih tercetak jelas mengalir walaupun sudah mengering itu.
Yugo ingin berlari mengejar dan merengkuh Seiza. Namun, tubuhnya yang ditahan oleh pria berbadan besar yang membuatnya kesulitan. Kakinya benar-benar diinjak hingga rasanya seperti patah. Lalu tubuhnya kembali ditendang bertubi-tubi.
Seiza pun melihat apa yang terjadi pada prianya. Ia menggeleng dan berteriak walaupun mulutnya tertutup kain. Ia meronta ingin dilepaskan yang membuat cekalan pada rambutnya semakin terasa perih.
Seiza menggerakan kakinya dan berusaha membalikkan tubuhnya agar ia bisa menendang kaki Mario. Namun, ide itu seperti terbaca oleh Mario. Karena sebelum Seiza berhasil melancarkan aksinya, Mario lebih dahulu menarik tangan Seiza ke atas, hingga kini tubuh Seiza diseret dengan ditarik tangannya yang masih terikat.
Arga, Bobby, Riko dan Sadam pun sulit menggerakkan tubuh mereka karena mereka dihadang satu per satu oleh musuh. Mereka hanya bisa pasrah melihat Seiza yang diperlakukan secara kejam oleh Mario.
Tersayat hati Yugo melihat Seiza diperlakukan seperti itu. Ia ingin bangun, tapi lagi dan lagi tubuhnya dihajar bertubi-tubi. Seluruh rasa penyesalannya kian memuncak kala ia melihat air mata Seiza mulai menetes kembali.
Begitu pun Seiza, ia menyesal tak memberitahu sejak awal saat pertemuan mereka kembali bahwa Yugo adalah kekasihnya sejak lama. Andai itu ia lakukan, mungkin saja kejadian ini bisa dicegah.
Hanya saja semua sudah terjadi, ibarat peribahasa nasi sudah menjadi bubur. Semua pengandaian Yugo maupun Seiza hanya tinggal angan-angan. Karena kini mereka harus menghadapi pahitnya kenyataan.
Yugo dan Seiza saling menatap, bulir air mata mereka saling keluar dari tempat persembunyiannya. Saling menguatkan walau hanya sekadar melalui tatapan.
"Tunggu aku, Seiza," lirih Yugo yang dapat dipahami oleh Seiza.
Seiza hanya bisa mengangguk untuk menjawab pernyataan itu. Ia memejamkan sebentar matanya hingga membuat lelehan air matanya kian deras. Dalam hatinya ia berkata dengan jelas dan tulus. Sampai kapan pun aku siap tunggu kamu, Yugo.
Lalu setelah itu Seiza semakin cepat diseret hingga berhasil masuk mobil box yang sudah terparkir di depan gerbang.
🍭🍭🍭
Seiza pergi. Yugo terluka. Mario dan kelompoknya pun ikut pergi mengikuti mobil box itu.
Beruntung tak selang lama setelahnya Almer dan anak buah Yugo datang. Membuat secercah harapan bagi Yugo dan kawan-kawan.
Arga pun sebisa mungkin bangkit, ia tak ingin aksi menangkap pelaku pembunuh kembarannya gagal.
Yugo yang tubuhnya sudah penuh lebam dan luka itu juga mau tak mau harus menguatkan diri demi menolong gadisnya.
Akhirnya Yugo, Almer dan anak buahnya segera pergi mengejar rombongan mobil tadi. Begitu pula dengan Arga yang mencoba bangkit ditemani Sadam yang berusaha ikut bangkit, untung anak buah Yugo lebih dari dua yang ikut, sehingga bisa menggantikan menyetir. Sedangkan Riko dan Bobby ditinggal untuk menemani om Soni yang masih tak sadarkan diri.
Sampai akhirnya dengan kemampuan Almer yang mengemudikan mobil layaknya pembalap, mereka berhasil mengejar.
"Kenapa lo bisa sampai sini, Al?" tanya Yugo dengan suara parau menahan sakit. Ia baru sadar, kenapa Almer bisa sampai sini.
"Kan, lo yang suruh gue ikutin om Anwar. Itu dia ada di paling depan. Dan lo benar, Bos. Semuanya ini ulah om lo sendiri." Ucapan Almer membuat Yugo mengernyit.
"Jadi benar kalau om Anwar adalah dalang dari semua ini?" lirih Yugo yang diangguki oleh Almer.
Yugo sudah tak menghiraukan siapa Anwar. Dia tidak peduli, karena yang dia tahu sosok Anwar adalah pembunuhan mamanya, Dirga dan ayah Seiza. Lalu jangan lupakan Anwar pula yang mencoba mencelakai dirinya juga papanya. Dan sekarang dia mengusik gadisnya hingga berada dalam bahaya.
"Kita harus bisa salip dan hentikan mereka," ujar Yugo dan kemudian Almer semakin mendekatkan mobilnya dengan mobil yang ditumpangi Mario yang ada di barisan paling belakang.
Tanpa diduga mobil paling depan itu berbelok ke arah kiri yang menuju ke arah perkebunan diikuti mobil lainnya untuk menghindari kejaran Yugo. Namun, jangan remehkan kemampuan Almer dan anak buah Yugo yang lain, sehingga bisa dengan mudah mengejar.
Tanpa mereka duga, mobil box yang tadi Seiza naiki dan mobil sedan Anwar tiba-tiba menghilang ketika mereka memasuki perkebunan yang sangat amat luas itu. Banyak jalan berbelok di sana yang membuat Almer kebingungan, ditambah sekarang mobil-mobil di depannya itu berpencar ke berbagai arah.
Yugo pun ikut heran dengan taktik yang Anwar dan Mario gunakan, ditambah posisi saat ini yang sudah malam dan tidak ada penerangan di sana, semakin menyulitkan penglihatan.
Yugo hanya terfokus pada mobil Anwar dan mobil box yang di dalamnya ada Seiza, sehingga ia tak sadar kalau mobil Mario dan yang lainnya sedang menghalangi jalannya dengan kecepatan pelan, lalu setelahnya mobil yang ditumpangi Mario segera melaju cepat meninggalkan area perkebunan itu. Yugo yakin, itu tipu muslihat mereka untuk mengalihkan Almer dan Yugo.
"Sial! Kayaknya kita emang sengaja dipermainkan sama mereka!" umpat Almer karena kehilangan mobil Anwar. Ia ingin menginjak gas kembali dan mempercepat laju, tapi Yugo menahannya.
Yugo tadi sudah menghubungi Sadam untuk berjaga-jaga di belokan lain dan benar saja baru saja Sadam memberi tahu bahwa mobil box yang ditumpangi Seiza melintasi jalan keluar perkebunan dari sisi utara. Sontak Yugo menyuruh Almer untuk pergi ke arah sana.
Almer sedikit kesulitan untuk melajukan mobilnya karena jalanannya tidak terlalu lebar dan sedikit bergelombang. Dan saat Almer ingin berbelok ke arah utara, Yugo berteriak.
"Stop, Al!" Tubuh Yugo sedikit bergetar saat berteriak. Ia berharap apa yang ia lihat memang benar adanya.
"Kenapa, sih, lo? Ngagetin aja, kita ini lagi buru-buru."
"Lo liat ke sebelah kiri, itu ...."
"Seiza!" teriak Almer dan Yugo bersamaan.
Benar saja, yang mereka lihat memang benar Seiza. Hanya saja kenapa Seiza bisa ada di tengah jalan perkebunan itu?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top