46. NO ESCAPE
Walaupun jiwa dan raga ingin tetap bertahan. Namun, ada kalanya keadaan yang mengharuskan untuk berhenti bertahan. Hanya tinggal menunggu kesempatan dan keajaiban untuk mendapatkan jalan keluar dari kesulitan.
🍭🍭🍭
Semesta memberikan kejutan untuk Yugo bukan hanya satu atau dua, melainkan melimpah ruah.
Seiza menghilang tiba-tiba.
Munculnya kotak rahasia dari Delia.
Bukti kematian ibunya perlahan terbuka.
Terakhir, wanita simpanan omnya.
Yugo sadar dosanya cukup besar ketika ia membohongi banyak orang. Namun, ia tak pernah berpikir bahwa Tuhan akan memberinya balasan secepat ini.
"Go, gue ada clue di mana Seiza! Dan kayaknya kita bakal tau di mana dia sekarang." Suara Bobby terdengar sedikit bising karena di sana sedang berdiri di pinggir jalan bersama Riko.
"Hm! Setidaknya gue juga tau di mana dia sekarang!"
"Di mana, Go?" tanya Bobby dari kejauhan sana.
Tanpa menjawab pertanyaan Bobby, Yugo langsung mematikan secara sepihak sambungan telepon tersebut, tanpa tahu bahwa Bobby menggerutu di kejauhan sana.
"Yugo," panggil wanita di depannya dengan wajah yang pias.
"Setidaknya gue tau, kalau cewek gue gak ada di sini dan yang pasti bukan cewek murahan kayak lo!" ucap Yugo sambil menunjuk wanita itu bermaksud menyindir secara langsung.
"Yugo!" bentak Anwar membela wanitanya.
"Sekali lagi Yugo tanya sama Om, di mana Seiza?"
Bukan jawaban yang didapat Yugo, melainkan pukulan bertubi-tubi. Tubuh Yugo tergeletak di lantai karena tak melawan.
"Kalau kamu mau bahas tentang wanita yang kamu sebut tadi, jangan pernah datangi Om! Om ingatkan sekali lagi, jangan tuduh Om atas hal yang tidak pernah kamu ketahui kenyataannya, Yugo! Kalau kamu berani melakukan itu lagi, Om jamin ... ayah kamu tidak akan selamat berada di rumah ini," tegas Anwar.
Yugo segera berdiri dan mencengkeram bathdrobe yang dikenakan Anwar. Emosinya makin tersulut. Yugo bisa membiarkan omnya semakin semena-mena terhadap dirinya. Namun, tidak pada ayahnya.
"Berani Om sentuh Papa, Yugo gak akan segan buat habisin Om Anwar."
Lalu setelah itu Yugo langsung meninggalkan rumah yang mana masih ada ayah kandungnya berada di salah satu kamar di sana.
"Gak sopan dia ngomong kayak gitu ke kamu. Kenapa kamu diam aja digituin sama Yugo?" tutur Anwar sambil mengepalkan tangannya.
"Cukup, Om! Gimana pun juga dia tetap keponakan Om dan dia tetap Yugo yang aku ...."
"Aku apa, hah?" Anwar memotong. "Jangan bilang kalau kamu masih suka sama Yugo?"
Wanita itu hanya menunduk ketika Anwar bertanya seperti itu.
"Jawab, Maura!" ucap Anwar dengan nada sedikit kencang.
"Enggak, Om. Aku udah gak ada rasa kok sama Yugo. Aku maunya sama Om Anwar aja yang udah pasti bisa bikin aku bahagia," sahut Maura dengan bangganya sambil menautkan salah satu lengannya pada Anwar.
Selama ini Maura dan Anwar sudah menjalin hubungan gelap. Maura sangat senang karena Anwar memenuhi kebutuhannya, sedangkan Anwar mendapat keuntungan karena bisa menemukan tempat pelampiasan ketika hasratnya memuncak.
Setelah mereka melanjutkan pergulatan hebat yang tadi sempat tertunda, Maura tertidur lebih dahulu karena kelelahan. Saat itu pula Anwar mengambil ponsel yang terletak di atas nakas dan segera menghubungi seseorang.
"Bawa dia ke gudang penyimpanan!" ucap Anwar tegas.
🍭🍭🍭
Bukan Yugo Pandu Pranadipa namanya jika ia langsung mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Seperti saat ini setelah bertengkar dengan Anwar, ia memang meninggalkan rumah hasil jerih payah ayahnya itu. Namun, siapa sangka ternyata ia tak sepenuhnya pergi. Setengah jam lebih ia hanya duduk dalam mobilnya yang masih terparkir di depan rumah mewah itu.
Rencananya untuk membawa sang ayah harus berhasil. Ia tak ingin ayahnya harus berakhir sama seperti ibunya.
Dengan cekatan Yugo kembali memasuki rumah itu melalui pintu belakang. Dan sesuai dugaannya, para asisten rumah tangga sedang berkumpul di sana.
Kali ini semesta berpihak padanya, karena para asisten rumah tangga itu mau membantu dirinya sampai berhasil membawa sang ayah keluar dari rumah itu.
Dalam perjalanan menuju rumah rahasia, Yugo mengemudikan mobil layaknya pembalap ulung, sepertinya lupa kalau sang ayah sedang bersamanya. Hingga Halim─papa Yugo─berdeham pelan seperti memberi syarat bahwa ia tak nyaman dengan cara menyetir anaknya.
Yugo langsung menoleh dan langsung tersadar bahwa ayahnya masih terduduk lemah di belakang.
"Maafin Yugo, Pa," lirih Yugo sambil menurunkan kecepatan mobilnya. "Yugo gak tau lagi harus gimana, Pa. Seiza hilang. Dan Yugo yakin kalau om Anwar ada di balik semua ini. Bahkan Yugo punya pikiran jelek kalau kematian mama ada hubungannya sama om Anwar. Doain Yugo biar bisa cepat temuin buktinya."
Yugo melihat reaksi ayahnya melalui cermin yang ada pada mobil, terlihat bahwa Halim meneteskan air matanya, membuat Yugo semakin yakin bahwa apa yang Yugo pikirkan ternyata sejalan dengan Halim.
Sepanjang perjalan Yugo hanya terdiam, ia berpikir sejak kapan Maura berhubungan gelap dengan omnya. Dan sekelibat ingatan menghampiri Yugo yang kala itu akan membeli kado untuk ulang tahun Maura, tapi omnya melarang keras. Atau mungkin sebab hal ini. Karena hubungan yang mereka sembunyikan yang menyebabkan omnya cemburu.
Lalu ingatan lain muncul ketika Maura berhasil menunjukkan potongan koran yang selama ini Yugo simpan rapi, tapi ternyata Maura memiliki potongan koran itu. Atau mungkin itu hasil pemberian omnya?
🍭🍭🍭
Gelap.
Satu kata yang terlintas dalam pikiran Seiza ketika ia membuka matanya.
Takut.
Kata berikutnya yang Seiza rasakan.
Putus asa.
Kata terakhir yang ada dalam benak Seiza.
Ia menarik napas sedalam mungkin sebelum ia berteriak walaupun suaranya tertahan karena mulutnya yang ditutup rapat dengan lakban hitam. Tak hanya itu, mata cantik Seiza juga ditutup menggunakan kain. Air mata yang baru saja keluar pun sempat terhalang oleh kain tersebut sebelum akhirnya luruh di pipi mulus Seiza.
Suara derit kursi terdengar di telinga Seiza membuatnya terkejut dan menajamkan pendengaran. Hembusan angin seketika terasa menggelitik sekaligus menakutkan di sekitar leher jenjang Seiza.
Napas Seiza tercekat ketika lehernya diendus oleh seseorang yang entah siapa itu.
"Harum," ucap seseorang dengan lancangnya setelah berhasil membaui leher Seiza.
Seiza tak kuat menahan air matanya, ia sungguh ketakutan saat ini, terlebih ketika ia tak mengenali suara yang baru saja pria itu keluarkan. Tubuhnya ia gerakkan menjauh dari sumber suara.
Pria tadi dengan cekatan meraih tubuh Seiza kembali dari belakang, ia melingkarkan tangannya pada tubuh Seiza, lalu ia kecup dan endus lagi leher jenjang Seiza. Tangannya pun tak tinggal diam, ia susuri paha Seiza yang masih terduduk lemah.
Tubuh Seiza hanya bisa meronta pelan dan tak ada daya upaya untuk melawan. Tenaganya sudah terkikis oleh rasa takut dan isak tangis. Ditambah lambungnya belum terisi asupan. Teriak pun tak ada guna, karena suaranya terbenam oleh kain.
Semakin Seiza meronta, semakin liar kecupan yang diberikan oleh pria tadi dan semakin nakal pula tangan pria itu menggerayangi tubuh Seiza. Sangat menjijikan pikir Seiza.
"Pantesan aja Yugo gak bisa jauh dari lo, ternyata seorang Seiza Denaya memang benar-benar cantik. Wangi lo juga bikin gue candu. Sekarang gue jadi penasaran gimana cantiknya tubuh bagian dalam lo. Gue rela deh dapat bekasan Yugo juga," ucapnya dengan tidak senonoh.
Tubuh Seiza kian bergetar saking takutnya ketika mendengar penuturan kotor dari mulut pria itu. Rasanya Seiza ingin menampar pria itu jika tangannya tak diikat. Bisa-bisanya ia berpikir bahwa Yugo sudah menjamah kesuciannya. Yugo sangat menghormati Seiza dan Yugo pun tak pernah ada niatan untuk mengambil apa yang bukan haknya. Karena Yugo tau bahwa kelak hal sejauh itu akan ia dapat ketika sudah menjadikan Seiza miliknya seutuhnya. Dan Seiza pun tahu akan hal itu.
Tapi, tunggu! Pikiran tentang itu tiba-tiba terhenti ketika ia menyadari sesuatu.
Yugo! Seiza baru teringat kalau sebelumnya ia sedang bertengkar dengan Yugo. Atau lebih tepatnya Yugo sedang mengabaikannya karena Yugo sepertinya membenci dirinya.
Kini Seiza merasa kehilangan Yugo untuk kedua kalinya. Seiza berpikir untuk yang ketiga kalinya saat ini bukan Yugo yang akan meninggalnya dirinya. Namun, sepertinya Seiza yang akan pergi.
Seiza pesimis ketika ia berpikir bahwa tidak akan ada yang menyelamatkannya kali ini. Sudah tidak ada jalan keluar. Terlebih Julian sudah pergi dan mungkin saja Seiza akan menjadi yang selanjutnya, hidupnya akan berakhir hari ini. Pikiran itu semakin menguat ketika pria tadi kembali berulah.
"Sekarang gue jadi bingung. Kira-kira mana dulu yang harus gue buka." Lalu si pria itu menggendong Seiza ke dekat tembok dan membuka lakban hitam yang menutupi mulut Seiza. Seketika Seiza teriak karena pria itu membukanya dengan kasar.
Senyum licik muncul saat pria itu berhasil melihat bibir ranum Seiza, ia usap dengan perlahan bibir berwarna merah muda yang mulai memucat itu sambil berkata, "Kayaknya gue lebih suka bibir lo gak ditutup. Biar gue bisa dengar desahan lo nanti."
"Siapa kamu? Jangan coba-coba berani sentuh aku!" Akhirnya Seiza bisa berucap.
"Logak perlu tau siapa gue, yang perlu lo ingat cuma satu. Gue bakal bikin lo puashari ini, gue bakal bikin lo teriak penuh kenikmatan. Gue bakal bikin lo mabukkepayang lebih dari apa yang Yugo kasih ke lo," bisik pria itu di telingaSeiza dan selanjutnya ia menindih tubuh Seiza membuat Seiza tak bisa berkutiklagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top