43. PECIPTA KEBOHONGAN
Pernah dengar istilah 'Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan jatuh ke tanah', atau 'Serapi apa pun menyimpan bangkai, pasti baunya akan tercium juga'?
Begitu pula dengan kebohongan. Sehebat apa pun menyimpan kebohongan, suatu saat akan terbongkar juga.
🍭🍭🍭
Kita bisa saja berbohong pada dunia ini, namun perlu diingat ... bahwa Sang Pemilik Semesta tak pernah tidur. Dari singgasana-Nya, Sang Penguasa Alam Semesta selalu memerhatikan segala tingkah laku kita semua. Lantas percuma saja berbohong bila pada akhirnya tetap saja akan ada yang mengetahui.
Sama halnya seperti yang sekarang sedang Yugo rasakan. Lagi dan lagi perasaan gundahnya muncul ke permukaan. Rasa bimbang yang ia sering rasakan kembali datang tanpa diundang.
Kegalauan yang ia simpan selama ini sudah tak mampu ia bendung lagi. Bahkan beribu kubik air matanya pun rasanya tak cukup untuk menebus rasa bersalahnya selama ini.
Rasa bersalah atas semua kebohongan yang ia ciptakan. Kebohongan akan perasaannya, kebohongan akan tingkah lakunya dan kebohongan akan segala ucapannya.
Yugo adalah pembohong besar! Sebut saja begitu.
Hanya saja semua kebohongannya seketika terasa percuma jika untuk kesekian kalinya justru membuat orang yang ia cintai terluka. Bahkan kini Yugo khawatir, apakah ia akan mendapatkan kepercayaan lagi atau justru ia akan didepak dari kehidupan orang itu?
Yugo selalu berdoa jika apa yang sudah ia perjuangkan hingga saat ini akan membuahkan hasil indah. Namun, ia sekarang jadi tak yakin, apalagi setelah melihat gadis yang paling ia cintai lagi-lagi terluka, terluka karenanya dan menangis pilu karenanya pula.
Yugo memang mencintai Seiza, bahkan rasanya tak pernah pudar sedikit pun walau ia harus terpisah jauh kala itu.
Semua kisah kasihnya harus rela ia hancurkan karena sebuah pesan yang dengan lancang masuk ke ponselnya waktu itu.
Tinggalkan Seiza sekarang juga. Jangan usik dia, jangan ganggu dia dan jangan libatkan dia dalam urusanmu, Yugo. Cukup untuknya kehidupan pahit selama ini, tolong jangan tambahkan lagi. Kalau memang kamu mau Seiza bahagia, maka jauhi dia. Karena dengan dia berada di dekat kamu, maka keselamatannya akan terancam, bahkan bukan hanya Seiza, namun keselamatanmu juga akan terancam, Yugo.
Begitulah isi pesan yang kini Yugo baca kembali dari ponsel lamanya yang ia simpan rapi dalam lemari yang ada di kamar misterius dari rumah rahasia miliknya.
Itulah alasan selama ini kenapa ia pergi meninggalkan Seiza malam itu. Walaupun hatinya amat tersayat ketika melihat air mata luruh dari mata indah gadisnya, Yugo tetap harus melakukan hal jahat itu, bahkan ia rela berpura-pura amnesia agar bisa dengan mudah menyelidiki kasus kematian mamanya bahkan ayah dari gadisnya.
Hati Yugo pun kembali diuji ketika pertama kali ia berjumpa dengan Seiza di ruang musik awal kepindahan Seiza, ia pikir tak akan bertemu gadisnya itu sebelum urusannya terselesaikan, namun semesta sepertinya tak pernah ingin membuat hati dan pikirannya tenang. Dan akhirnya kebohongan lain ia lakukan untuk terus menutup kebohongan yang sebelumnya ia ciptakan.
"Maafin aku, Seiza." Air mata Yugo kembali luruh ketika ia mengingat bagaimana raut sedih wajah gadisnya, mengingat bagaimana pilu isak tangis Seiza dan Yugo benci akan hal itu.
Sampai saat ini pun tak ada yang pernah tahu bagaimana terlukanya hati Yugo ketika ia harus berlaku dan berkata kasar pada Seiza di awal pertemuan dan kedekatan kembali mereka berdua. Setengah mati Yugo hampir selalu gagal ketika harus dihadapkan Seiza kala itu. Ia bahkan berlatih setiap malam agar bisa berucap kasar dan berlaku dingin pada gadis cinta pertamanya itu. Sungguh menyakitkan dan tak ada satu pun yang tahu akan hal itu.
Walaupun pada awalnya dokter sudah yakin akan diagnosanya yang mengatakan bahwa Yugo tidak amnesia, namun Yugo bersikukuh tidak mengingat satu hal pun sebelum kecelakaannya sehingga membuat dokter akhirnya menuruti apa yang pasiennya itu katakan.
Yugo terdiam merenungi segala tindakan yang telah ia perbuat selama ini, ia memikirkan rencana apa lagi yang harus ia lakukan selanjutnya tanpa perlu melukai perasaan gadisnya lagi.
Apakah terlambat jika ia meminta maaf dan mengakui secepat ini? Tapi rencananya belum berjalan sempurna. Yugo masih harus mengumpulkan beberapa bukti lagi untuk benar-benar membuktikan siapa dalang di balik semua ini.
Yugo berdoa dalam hati, berharap semoga tindakan selanjutnya tak akan membuat Seiza menangis lagi. Dan Yugo akan berdiam diri terlebih dahulu di rumah ini sampai pikirannya tenang kembali sebelum ia pulang ke rumah yang ia tinggali dengan Papa dan Omnya.
🍭🍭🍭
Setelah Sadam benar-benar mengantar Seiza pulang sampai di depan gedung apartemen yang ditempatinya, ia kembali ke kampus untuk menjemput Bobby dan Manda. Dan setelah kepergian Sadam itu, Seiza memanfaatkan waktu yang masih belum terlalu sore dan segera memesan ojek online untuk menuju ke salah satu perumahan di kawasan Kemang, lebih tepatnya di perumahan Jasmine Residence, tempat di mana Julian tinggal.
Seiza mengetuk pintu rumah berwarna coklat dengan perasaan bimbang. Kali ini ia benar-benar sangat penuh tekad untuk mengunjungi seorang pria yang pernah menyakiti secara fisik dan batinnya itu.
Hati kecilnya berkata bahwa kali ini ia melakukan hal yang benar. Namun, ketika pintu itu terbuka dan menampakkan seorang pria dengan tubuh jangkung dan rambut yang sedikit berantakan, keberanian Seiza seketika runtuh.
"S-Seiza? Kamu?"
Julian langsung keluar dari dalam rumah tersebut dan menutup kembali pintunya dari luar.
"Kamu ngapain di sini?" Julian bertanya dengan kepala yang ia tengokan ke belakang Seiza, namun ia tak menemukan siapa pun. "Sama siapa? Sendiri?"
Seiza masih tak berani mengeluarkan sepatah kata apa pun itu, ia bungkam. Dan kebungkaman Seiza itu membuat Juilan tersenyum menyeringai.
"Kenapa, hm? Sekarang kamu udah tau, kan, kalau pacar kamu itu ternyata berbahaya? Dan sekarang justru temuin aku?"
Dengan keberanian yang memuncak, Seiza menegakkan kepalanya dan bertanya, "Kenapa kamu bisa ngomong kayak gitu, Julian? Atas dasar apa?"
"Atas dasar apa yah?" Julian mengetukkan jari telunjuknya di dagu, seolah sedang berpikir dan sengaja membuat Seiza mengernyit heran.
"Julian! Siapa itu?" Suara seseorang memanggil dari dalam membuat Julian seketika mematung.
"Bukan siapa-siapa, kok! Ada orang tanya alamat," sahut Julian dari luar dengan nada berteriak.
Julian berdeham sebentar dan kedua tangannya reflek memegang kedua bahu Seiza yang sekarang sudah mulai bergetar takut, karena pikirnya Julian hanya tinggal sendiri, namun ternyata ada orang lain di dalam, Seiza sekarang merasanya dirinya terancam. Seiza benar-benar masuk kandang singa.
"Intinya kamu ke sini mau tanya tentang pacar kamu itu, kan? Selama ini aku tunggu, akhirnya kamu datang juga temuin aku, Seiza. Ada banyak hal yang mau aku kasih tau ke kamu dan kayaknya ini sangat penting, aku juga baru tau belakangan ini, Za."
Julian membasahi bibirnya karena ia pun merasa sedikit gugup. "Gini aja ... kita ketemuan lagi di tempat lain. Aku minta nomor kamu. Nanti aku kabarin untuk waktu ketemuannya. Kalau di sini gak aman, Za. Kamu bisa lebih bahaya. Orang di dalam lebih bahaya dibanding Yugo. Dan sekarang aku benar-benar mau lindungin kamu, Za. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa."
Setelahnya Julian mengambil ponselnya dari saku celana jeans yang ia kenakan dan memesan taksi sebelum menyerahkan pada Seiza. "Ketik nomor kamu di sini." Dan ketika Seiza selesai mengetikkan nomornya, taksi itu segera datang, karena memang di depan perumahan itu ada taksi yang selalu siaga.
"Nanti aku hubungi kamu untuk ketemuandan aku bakal ceritain semua yang aku tau."
Seiza benar-benar tak paham dengan apa yang Julian lakukan saat ini. Semuanya amat tergesa-gesa. Sepertinya Julian sangat tidak ingin Seiza ada di sini. Namun, Seiza pun cukup bersyukur karena ia tak perlu berlama-lamadan sekarang ia tak sabar untuk menunggu kabar dari Julian tentang pertemuannya.
Hal yang sangat disayangkan di sini adalah ketika Julian dan Seiza sama sekali tak menyadari bahwa dari dalam ruangan, ada seseorang yang merekam aksi dan percakapan mereka berdua menggunakan video, lalu setelahnya orang tersebut dengan cepat memasuki ruangan lebih dalam lagi sambil menghubungi seseorang.
"Bos! Saya kirim video sebagai bukti bahwa Julian gak sejalan lagi sama kita. Dia justru ngebebasin perempuan itu, Bos."
🍭🍭🍭
Tiga hari sudah Seiza berdiam diri dalam apartemennya. Ia meratapi hidupnya yang entah mengapa selalu ditinggalkan pria yang ia sayangi. Berawal dari sang ayah, lalu kekasihnya dan bahkan orang yang mau membantunya pun ikut menghilang.
Seiza tak pernah menyesal telah menghabiskan waktu selama beberapa bulan ini bersama Yugo. Setidaknya Seiza pernah berjuang walau hasilnya tak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Pada hari keempat setelah kejadian pahit itu, Seiza memulai aktivitasnya secara normal, ia mencoba mengikhlaskan apa yang sudah digariskan oleh Sang Pencipta.
Untung saja masih ada beberapa sahabatnya yang masih setia, seperti Sadam yang masih rela menjemputnya pagi ini bersama Bobby dan Manda.
Hanya saja ketika selesai perkuliahan saat siang menjelang, Seiza harus lebih menguatkan hati karena ia harus mengikuti latihan musik kembali dan di sinilah pertemuannya kembali dengan Yugo.
Saat Seiza memasuki ruang musik, di sana sudah ada beberapa anggota lainnya termasuk Yugo.
Sebelumnya ia sudah meminta izin pada Sadam bahwa tiga hari tidak ikut latihan dan untungnya Sadam sangat memaklumi itu.
Seiza masuk bersama dengan Manda dan Sindy. Semua mata yang ada di ruang itu tertuju pada pintu yang baru saja dibuka oleh Sindy.
Pandangan pertama Seiza sangat tepat jatuh pada Yugo yang ikut menatapnya. Sebelum Seiza berkedip, ia masih berharap bahwa Yugo akan menghampirinya dan mengatakan maaf. Namun, saat kedipan pertama berlalu, ternyata harapan Seiza harus terkubur dalam karena Yugo memutuskan pandangan mereka.
Hanya saja siapa yang menyangka, bahwa dalam hati Yugo ia mengumpat keras pada dirinya yang bodoh itu.
Batinnya tak kuasa melihat mata gadisnya yang terlihat sembab, bukti bahwa tiga hari ini pasti mengeluarkan banyak air mata, ditambah lingkaran hitam di bawah matanya, juga tatapan yang terlihat sangat sendu.
Ah! Rasanya Yugo ingin berlari dan merengkuh tubuh gadisnya yang sedang rapuh itu. Namun, lagi dan lagi kenyataan harus berkata bahwa ini bukan saatnya. Yugo harus bisa menahan ego untuk bisa melancarkan niat yang selama ini sudah ia susun rapi.
"Dam, nanti baliknya mampir ke kedai kopi dekat rumah gue, yah. Ada menu baru katanya, gue mau coba," ajak Bobby ketika selesai latihan dan Sadam hanya mengangguk saja.
"Gue duluan, yah, guys," ucap Sindy dan berpamitan pada yang lain.
Tak lama setelah itu Seiza berbisik pada Manda sehingga membuat kening Manda berkerut, lalu Seiza beranjak dan menghampiri Sadam.
"Sadam," panggil Seiza saat sudah di dekat Sadam.
Seiza tak berani menoleh pada Yugo yang masih duduk memangku gitarnya, ia hanya heran kenapa Yugo belum pulang juga, padahal kata Manda hari-hari sebelumnya Yugo selalu pulang lebih awal tanpa alasan.
Iya! Karena sehabis Yugo melakukan latihan, ia selalu pergi ke apartemen yang Seiza tempati, memastikan bahwa gadisnya berada di sana dan tidak pergi ke mana-mana.
"Iya, Za? Udah mau pulang? Ya udah kita pulang!"
"Hmmm ... Sadam? Aku ...." Seiza terdiam sejenak untuk mengatakan alasan apa yang tepat untuk ia berikan pada Sadam.
"Iya? Kenapa, Za?"
"E-eh ... ini ...." Seiza menggigit bibirnya sedikit sebelum kembali berkata, "A-aku gak ikut pulang sama Sadam hari ini."
"Lho? Kenapa?" Sadam sedikit terkejut dengan penuturan Seiza.
"Itu, soalnya...." Seiza menarik napas panjang membuat Sadam mengernyit. "Soalnya aku pulang sama Riko. Tadi Riko bilang katanya mau pulang bareng sekalian ada yang mau diomongin."
"Benar sama Riko?" Sadam menegaskan.
"Iya. Itu Riko udah nunggu di parkiran. Gak apa-apa, kan?"
Sadam berpikir terlebih dahulu sambil menimang ucapan Seiza. Ia berpikir tidak masalah kalau pulang dengan Riko. Lagi pula Riko bisa dipercaya dan pasti melindungi Seiza.
Akhirnya Sadam mengangguk. "Oke. Nanti bilang sama Riko dia suruh telepon gue kalau udah sampai."
Seiza tersenyum tipis sambil mengangguk. "Makasih Sadam. Aku duluan yah." Seiza bahagia sekali memiliki sahabat seperti Sadam yang benar-benar baik, lalu akhirnya ia pun berlalu dari ruangan itu.
"Gak usah segitunya juga kali lihatinnya! Kalau lo gak mau dia pergi, lo harusnya cegah. Jangan sampai lo nyesal saat dia benar-benar pergi dari hidup lo!" sarkas Bobby pada Yugo yang kedapatan sedang melirik Seiza yang keluar dari ruangan itu.
Karena memang dari tadi Yugo tak henti mencuri pandang pada Seiza, sehingga semua yang Seiza lakukan tak luput dari pandangan Yugo. Anggap saja sebagai pengobat rasa rindu Yugo pada gadis berambut lurus itu.
"Gak usah banyak bacot lo!" bentak Yugo.
Bobby mencebikkan bibirnya. "Halah! Lihat aja nanti siapa yang bakal nyesal! Buktinya giliran Seiza masuk hari ini, lo gak buru-buru pulang. Kemarin aja sebelum latihan selesai, lo udah cabut duluan."
Yugo kesal karena selalu disudutkan seperti ini dan hebatnya mereka selalu benar dalam perkataannya. Sehingga membuat Yugo semakin goyah akan pendirian yang ia bangun sangat kokoh.
Akibat ucapan Bobby yang menyentil hatinya, Yugo meninggalkan ruangan ini dan segera bergegas ke apartemen Seiza, untuk memastikan bahwa Seiza memang sudah di sana. Dan seperti biasa, ia akan bertanya pada satpam apakah gadisnya keluar atau tidak. Untung saja satpamnya bisa diajak kerja sama karena Yugo mengaku sebagai kekasih Seiza dan mengatakan sedang bertengkar.
Baru saja Yugo meletakkan gitar pada tempatnya, Riko muncul dari pintu utama.
"Hai, semuanya!" seru Riko membuat heran yang ada di dalam ruangan. "Kenapa mukanya pada tegang gitu? Eh iya ... Kak Seiza mana? Kok gak ada?" Riko bertanya layaknya memang tak tahu apa pun.
"Bukannya Seiza balik sama lo?" tanya Manda.
"Hah? Gue? Biasanya juga Kak Seiza balik sama Kak Yugo, kan? Itu Kak Yugo ada di sini, berarti Kak Seiza masih di sini juga, kan?" tanya Riko lagi.
"Jangan becanda lo!" Bobby jadi kesal.
"Becanda apaan, sih, gue gak ngerti."
"Lo beneran gak pulang sama Seiza?" Sadam menanyakan kembali.
"Gue justru ke sini mau ngomong sama Kak Seiza, abis dari kemarin gue telepon gak aktif mulu nomornya," ucap Riko jujur.
"Bentar, deh. Kalau bukan Riko yang pulang sama Seiza, terus siapa dong? Masalahnya tadi Seiza terima telepon dari seseorang, tapi Seiza bilangnya itu Riko," ucap Manda yang akhirnya ikut angkat bicara.
.
.
.
Ketebak gak?
LOVEYOUSEMUANYA💙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top