21. THE REASON WHY
Ini part isinya ghibah-in Julian 😂
Raga bisa saja berbohong.
Tapi jiwa? Jiwa merasa kesakitan.
Coba tanyakan lagi pada raga, masih sanggupkah berbohong?
Berbohong untuk mengatakan tidak cinta. Berbohong untuk mengatakan tidak peduli.
Karena nyatanya, jiwa terus saja meronta dan memohon pada raga untuk menghentikan kebodohan ini.
🍭🍭🍭
Waktu lima belas menit sebelumnya sangat berarti bagi Seiza. Kini hatinya sudah terasa lega walaupun sedikit. Perlahan rasa takut yang menggerogoti dirinya mulai terkikis oleh usapan lembut dari tangan kekar milik kekasihnya yang hilang ingatan itu.
"Jadi siapa mereka?" tanya Yugo memecah keheningan ketika mereka duduk bersebelahan di dalam mobil milik Yugo.
Seiza masih bergeming menutup mulut, tak berani menjawab. Sisa air matanya masih sebagian tertinggal di ujung mata. Tangannya masih bergetar dan hidungnya masih sedikit merah efek tangisannya.
"Lo punya masalah apa sama mereka? Punya utang? Atau lo bikin salah sama mereka?"
Masih belum ada jawaban, sampai akhirnya suara ponsel Seiza berdering dan Seiza tak berniat mengangkatnya. Karena deringnya sedikit mengganggu, Yugo mengambil paksa ponsel Seiza dari saku hoodie sebelah kanannya. Seiza sempat terpekik.
Ponsel itu menampilkan penelepon dengan nama Riko Tampan Sedunia. Yugo geleng kepala dan menaikkan sebelas alis melihatnya . Dalam pikirannya tidak yakin kalau nama itu adalah Seiza yang memberi, karena memang nyatanya Riko yang memberi nama tersebut.
"Hallo, Kak. Lo di mana? Gawat ini, Kak. Barusan temen gue telepon, katanya si Julian ada di Jakarta. Lo jangan pergi sendirian, yah, Kak." Baru saja tersambung, Riko sudah langsung berbicara panjang lebar. "Kak Seiza? Kok diam aja?"
"Kakak lo lagi sama gue, kalau lo mau tau kenapa alasannya, gue tunggu di kafe Diamond dan ada hal yang mau gue tanya juga ke lo. Gue tunggu setengah jam lagi," jawab Yugo tegas.
"L-lo? Kak Yugo?"
Telepon diputus sebelah pihak oleh Yugo. Dia menyimpan ponsel Seiza di saku hoodie miliknya. "Kalau lo gak mau cerita, biar gue tanya sama cowok yang katanya adik lo itu." Lalu Yugo mengambil ponsel milik sendiri dan segera menghubungi seseorang dan langsung berbicara setelah tersambung, "Dam, gue tunggu lo sama Bobby di kafe Diamond, kalau perlu bawa Manda."
🍭🍭🍭
Seperti halnya kehidupan yang tidak bisa ditebak, cuaca pun tidak bisa diprediksi meskipun hanya hitungan menit. Terbukti dengan hari ini, tadi saat meninggalkan parkiran mall, cuaca masih sangat terik dan sekarang saat sudah sampai di kafe, hujan deras sudah menyapa.
Riko, Sadam, Bobby dan Manda sudah lebih dahulu sampai, mereka sedikit terkejut melihat kedatangan Yugo dan Seiza secara bersamaan memasuki kafe, terlebih lagi dengan raut wajah Seiza yang nampak pilu dan tentu saja yang lebih mencengangkan adalah mereka menggunakan hoodie couple yang mana terlihat sangat cocok untuk mereka berdua.
"Kok gue kayak lagi lihat pasangan suami istri yang baru nikah, sih," gumam Manda.
"K-kalian?" tanya Bobby heran.
"Apa ada hal yang gue lewatkan?" timpal Manda.
Sadam mendengkus lalu tertawa geli dan bergumam pelan, "Kemarin aja sok gak ngaku, sekarang udah pakai couplean."
"Man, bawa Seiza ke lantai atas, pesanin dia cokelat panas," titah Yugo yang langsung diangguki Manda, lalu kedua wanita itu segera bergegas menaiki tangga di dekat meja kasir.
"Ini ada apaan, sih? Sumpah kepala gue lagi pening ini, hidung gue lagi meler, ingus gue lagi bening-beningnya, tolong jangan tambah beban gue, dong," ucap Bobby melantur karena dia sedang terkena flu berat, tapi ia langsung diam ketika mendapat lirikan tajam dari Yugo.
Yugo menarik kursi di sebelah Sadam, tepat di depan Riko, lalu ia berkata tegas, "Julian! Coba lo jelasin apa yang lo tau!"
Kening Riko bertaut. "Kok lo tau?"
"Julian? Julian siapa?" tanya Sadam.
"Kakak lo tadi dikejar sama empat orang cowok beringas. Gue yang tolongin dia. Sekarang lo jelasin." Yugo mengetukan telunjukknya pada meja. "Gue gak mau tolongin orang yang salah."
"Lo gak salah tolong orang kok. Kak Seiza memang harus ditolong."
"Ya udah cepat jelasin, Ko. Biar gue gak makin bingung," pinta Sadam.
"Gue tau pasti kak Seiza gak cerita sedikit pun alasan dia pindah ke sini." Pernyataan itu diangguki semuanya.
"Iya, bahkan ke Manda dan Sindy juga enggak," jelas Sadam.
Riko terdiam sejenak untuk menarik napas sebelum nelanjutkan ceritanya. "Oke gue jelasin."
Riko menyeruput sedikit hot vanilla late yang sudah dipesannya sejak tadi. "Kak Seiza pindah ke Jakarta itu bukan keinginannya, ini semua terpaksa, karena Julian."
"Kok bisa?" tanya Sadam lagi.
"Awal masuk kuliah di Bandung, Julian coba pedekate ke kak Seiza. Kak Seiza jelas nolak, dia belum bisa move on dari pacarnya yang berengsek dan sialan itu," tutur Riko menggebu-gebu dengan menatap Yugo penuh amarah, tapi yang ditatap sepertinya tak acuh.
"Sabar, Ko. Pelan-pelan aja ceritanya," titah Sadam.
Riko mencoba menarik napas dalam-dalam. "Waktu itu Julian sama sekali gak tunjukin sifat buruk. Dia baik banget. Dia juga mau berteman baik sama sahabat kak Seiza yang lain. Alhasil mereka dukung kedekatan kak Seiza sama Julian, walaupun sebenarnya kak Seiza gak ada rasa sedikit pun karena kak Seiza belum bisa berpaling dari masa lalunya."
"Masa lalu? Seiza punya pacar?" tanya Bobby.
"Lo semua gak perlu tau siapa cowok berengsek itu." Sudah jelas yang dimaksud Riko di sini adalah Yugo, kekasih Seiza yang pergi dengan segudang pertanyaan dan semakin rumit karena sekarang hilang ingatan.
"Lanjut!" titah Yugo karena dirasa ceritanya sudah keluar jalur dari permasalahan Julian.
"Akhirnya kak Seiza coba turutin nasihat kita. Dia mulai mau jalan sama Julian, ke kampus antar jemput pula. Di situ kak Seiza mulai terbiasa dengan kehadiran Julian. Sampai akhirnya di semester dua, kak Seiza mulai cerita kalau Julian sedikit posesif. Ke mana pun kak Seiza pergi pasti ada Julian, sampai fotokopi tugas pun si Julian ikut. Kak Seiza mulai kesal." Riko menjeda sejenak lalu meminum hot vanilla late.
"Puncaknya, waktu libur semester kak Seiza mulai jauhin Julian, selain karena gak nyaman, kak Seiza juga gak pernah ada rasa sama Julian. Tapi, Julian tetap maksa buat ngajak jalan dan akhirnya kak Seiza mau dengan alasan itu ngedate terakhir mereka. Dan hari itu adalah salah satu hari terburuk buat kak Seiza."
"Hari terburuk?" tanya Bobby.
"Iya. Si Julian bukan ngajak kak Seiza jalan, tapi dia sekap kak Seiza di rumahnya, dia siksa kak Seiza." Ada jeda pada ucapan Riko. "Shit! Gue emosi lanjutin ceritanya." Riko menangkup wajah dengan kedua tangannya, dia mulai frustrasi mengingat kejadian itu.
"Tenang, Ko, tenang. Seiza ada di sini kok sekarang." Sadam menenangkan walau sebenarnya ia pun cukup terkejut.
Begitu juga dengan Yugo. Tangannya sudah mengepal kuat mendengar pernuturan dari Riko. Dan amarahnya semakin memuncak ketika Riko melanjutkan cerita.
"Kak Seiza nyaris jadi korban pemerkosaan saat itu," ucap Riko lirih dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Hah!" teriak ketiganya.
"Nyaris, woy, nyaris! Dia selamat kok, walaupun kita telat selamatin kak Seiza. Telat dalam artian kak Seiza udah terlanjur disiksa sama Julian iblis itu. Kak Seiza dipukulin, tubuhnya disayat pakai silet, terakhir waktu gue sama teman gue datang tolongin, si Julian nekat tusuk perut kak Seiza. Makanya di tubuhnya kak Seiza banyak banget luka dan itu perbuatan si iblis Julian."
"Dasar manusia otak ibils! Biadab!"umpat Bobby. Lalu Sadam menggeleng tak percaya dan Yugo semakin mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang mengeras.
"Dia obsesi banget sama kak Seiza karena belum berhasil dapatin kak Seiza. Makanya dia nekat cari ke mana pun dan berakhir di sini ternyata. Padahal semua udah tutupin keberadaan kak Seiza. Dan yang tau kak Seiza pindah itu cuma orang terdekat aja." Riko menghela napas lega. "Jadi kurang lebihnya kayak gitu. Dan gue harap, kalian mau lindungin kak Seiza juga dari Julian."
"Kita pasti ikut jagain Seiza, kok. Lo tenang aja," tutur Sadam
Yugo mendorong kursi dan berdiri. Tanpa aba-aba dia langsung berjalan cepat menuju tangga ke lantai dua.
"Heh, Go, mau ke mana?" Bobby ikut berdiri dan mengejar, diikuiti Sadam dan Riko.
Saat sudah sampai di atas, dia mendapati Seiza yang menangis dalam pelukan Manda, sepertinya Seiza baru saja menceritakan cerita kelam itu pada Manda.
"Mulai hari ini, lo gak usah lagi pulang pergi kampus sama Riko. Karena pasti si berengsek itu bakal cari keberadaan Riko juga. Lo pergi sama Bobby nanti! Dan lo juga jangan pergi ke mana pun sendiri. Ajak siapa aja di antara kita buat temani lo!" titah keras Yugo pada Seiza yang mulai mengendurkan pelukannya.
"G-gue?" tanya Bobby sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Bukannya lo kemarin yang tawarin diri buat antar jemput Seiza selama sebulan atau sampai UAS, kan?" sarkas Yugo kembali.
"O-oh iya, yah?" Bobby menggaruk kepalanya bingung. "Tapi gak apa-apa yah, Za, naik motor sama gue?"
"Menurut gue lebih baik naik motor, jadi kalau dikejar juga bisa cepat ngebut dan nyalip." Sadam memberi masukan.
"T-tapi, apa aku gak ngerepotin kalian?" Akhirnya sedari tadi Seiza bungkam, kini terdengar suara serak khas orang sehabis menangis.
Sekarang Seiza sudah duduk tegap dengan isakan kecil yang masih tertinggal. Tanpa ada yang menyuruh, Yugo berjongkok di depan Seiza dengan sebelumnya menggeser meja yang menghalangi.
"Lo utang nyawa dua kali sama gue, Za. Anggap aja ini permintaan pertama sebagai tanda balas budi lo. Dan gue harap lo gak ngebantah keputusan ini. Karena ini demi kebaikan lo juga," ucap Yugo tegas dengan sorot mata yang menusuk tajam ke manik mata Seiza.
Seiza tak bisa menolak, apalagi permintaan Yugo kali ini sepertinya terlihat serius. Dan ini pun terkait keselamatannya. Maka dari itu, Seiza mengangguk sebagai tanda setuju yang menyebabkan helaan napas lega dari Yugo yang kini mengusap puncak kepala Seiza.
Aku sayang kalian 💙😘🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top