19. KEJAR DAN LARI
Mentari tak selalu bersinar dikala siang. Pelangi pun tak selalu tampak setelah hujan.
Apalagi dengan cinta. Cinta tak selalu bersemi walau selalu bersama.
🍭🍭🍭
"Za ... please maafin gue, yah? Benar deh, gue gak tau kalau lo gak bisa renang, Za." Kejadian kemarin membuat Bobby terlihat frustrasi karena Seiza masih tak mau berbicara dengannya.
"Makanya lo kalau becanda jangan suka sembarangan!" cerca Manda, dan Bobby hanya diam tertunduk. Bobby yang biasanya heboh kali ini lebih sedikit bicara.
"Kamu gak perlu minta maaf, Bobb. Aku tau kamu gak sepenuhnya salah," tutur Seiza lembut.
"Alhamdulillah, memang lo tuh benar-benar bidadari, Za. Kalau gue udah sukses, gue bawa lo ke KUA, deh. Sebagai permintaan maaf, gue antar jemput lo aja selama sebulan ke depan? Atau sampai UAS, deh, gimana?"
"Gak usah, Bobb. Aku gak apa-apa, kok."
"Duh, Za, gue benar-benar gak sabar pengin bawa lo ke penghulu, deh." Seiza terkekeh mendengar ucapan Bobby yang terdengar serius, tapi dengan nada canda.
Kini mereka sudah sampai kembali di Jakarta dan sedang ada di parkiran kampus setelah pulang dari Bogor. Setelah kejadian di kolam renang, Seiza belum mau banyak bicara. Luka lama yang kembali muncul ke permukaan membuat hati dan pikiran Seiza kembali resah.
Seiza berencana akan mengucapkan terima kasih pada Yugo karena sudah menyelamatkan dirinya dari jerat air kolam renang yang seolah mengikat dirinya. Karena saat pulang mereka tidak berada di dalam satu mobil, maka ini kesempatan yang baik untuk berbicara dengan Yugo.
Nahas, semesta tak mendukung niat baik Seiza saat ini. Karena tepat saat Seiza berjalan menghampiri Yugo yang sedang menunggu jemputan itu, ada mobil putih yang memasuki pelataran parkiran kampus. Kalau Seiza tidak salah ingat, itu mobil Maura.
"Yugo," panggil Maura saat sudah keluar dan segera berlari kecil. Tanpa disangka, Maura langsung menghamburkan tubuhnya pada tubuh tegap Yugo. "Aku kangen."
Yugo tak membalas, ia hanya terkekeh melihat tingkah Maura. "Iya, aku juga kangen."
Seiza mematung, tubuhnya kaku, seperti mati rasa. Jangan tanyakan bagaimana hatinya, karena sudah dapat dipastikan hatinya sudah terbagi yang entah menjadi beberapa keping bagian.
"Alay!" Suara interupsi dengan nada sinis itu datang dari bibir seksi Sindy.
"Apa, sih, lo. Sirik aja!" balas Maura seraya mengurai pelukannya.
"Gue? Sirik? Hello!" Tampang Sindy sudah berubah menjadi seperti wanita yang siap menerkam mangsanya dan lanjut berucap dengan nada lebih tinggi, "Gak level!"
Terdengar riuh tepuk tangan dari beberapa yang di sana, di antaranya Manda dan Alex. Mereka terlihat senang sekali apabila kedua wanita yang sering pergi ke club itu bertengkar.
"Heh! Maksud lo apa, Bitch!" teriak Maura.
"Ngaca, woy! Lo bitch yang sesungguhnya!" balas lagi Sindy.
Maura berjalan dengan hentakan kasar untuk segera menuntaskan amarahnya pada Sindy. Karena terbakar emosi, dia tak sadar atas apa yang ada di sekitarnya sampai akhirnya dia menabrak tubuh Seiza sampai terjatuh.
"Aww!" Seiza terpekik saat tubuhnya berbenturan dengan paving block parkiran, tangannya yang menyangga kini memerah dan ada sedikit darah akibat goresan.
"Kenapa, lo? Disenggol gitu aja langsung jatuh, dasar cewek lemah!" Telunjuk Maura menunjuk jelas pada Seiza. Ia melampiaskan kekesalannya pada Seiza.
"Maura!" Yugo berjalan mendekat. "Bukannya kamu udah janji gak akan bikin keributan lagi. Sekarang, apa?" Rahang Yugo mengeras tatkala melihat Seiza yang berusaha bangun dari jatuhnya, Manda datang menghampiri bersama Delia.
"Yugo. M-maaf," lirih Maura, yang ditanggapi decihan oleh Sindy.
"Minta maafnya bukan sama aku. Dan kamu gak bisa bertindak kayak gitu terus."
"I-iya, Yugo." Layaknya anak yang sedang dimarahi ayahnya, Maura menunduk dalam.
"Cepat minta maaf sama Sindy dan Seiza."
"Seiza? Siapa Seiza?" Maura kebingungan.
"Lo gak lihat nih dia jatuh terus tangannya berdarah gini?" Manda menginterupsi.
"Oh, jadi cewek itu namanya Seiza." Maura mengangguk-angguk. "Oke gue minta maaf sama lo, Sindy." Maura menghadap Sindy dan kini berbalik ke Seiza. "Gue juga minta maaf gak sengaja tabrak lo, Seiza." Maura mengulurkan tangannya. "Dan kenalin, gue Maura, calon masa depannya Yugo," ucap final Maura tanpa disergah oleh Yugo.
Seiza menerima uluran tangan Maura seraya berucap, "Iya, gak apa-apa, kok. Aku Seiza." Lalu Seiza tersenyum dan bergumam dalam hati. Masa lalunya Yugo.
"Oke, sebagai tanda permintaan maaf. Buat lo semua, gue mau ngundang kalian ke acara pesta ulang tahun gue minggu depan. Tempatnya di kafe Bintang jam 8 malam. Gue tunggu kalian semua," ujar Maura.
🍭🍭🍭
Mentari di hari Minggu pagi ini seperti memberi sinyal semangat pada Seiza untuk melakukan aktivitas. Sejak kemarin Seiza sudah bertekad untuk mengucapkan terima kasih pada Yugo yang sempat tertunda sebelumnya. Namun, bukan ucapan cuma-cuma, kini Seiza berniat ingin memberikan chocolate chip cookies buatannya.
Waktu SMA, Seiza pernah membuatkan Yugo dan tak disangka Yugo benar-benar menyukainya, hingga Seiza mendapat hadiah kecupan lembut pada pipi kirinya. Ah, dengan mengingatknya saja Seiza sudah merona. Apakah salah saat ini Seiza berharap akan terjadi lagi?
Seiza berjalan gontai melewati beberapa toko dan kafe dalam mall tersebut setelah selesai membeli keperluan membuat cookies, sampai akhirnya dia melewati kafe cepat saji yang di dalamnya ramai sekali pengunjung.
"Bro, bro! Gue gak salah lihat, kan? Bukannya itu Seiza yang lo cari itu?" ucap salah seorang pria pada teman yang duduk di depannya sambil menunjuk ke luar kaca.
"Mana?" Pria yang diajak bicara langsung menoleh ke arah luar dan dia melihat sosok wanita yang sedang berjalan dengan membawa plastik putih, sosok wanita yang selama hampir beberapa bulan ini ia cari. "Cepat kejar!" titah pria itu setelah memastikan bahwa benar itu adalah Seiza.
Keempat pria yang sedang menikmati makanannya itu sontak langsung bergegas dan berlari terburu-buru takut Seiza hilang dari pandangan mereka. Mereka berlari tanpa menghiraukan pengunjung yang lain, sampai beberapa orang ditabrak dan tak sedikit pula yang mengumpat kesal.
Mereka mengedarkan pandangan saat di persimpangan dan salah satu dari mereka berhasil menangkap sosok wanita dengan memakai sling bag bergambar lolipop itu.
"Itu, Bos!"
"Ayo kita kejar!"
Mereka semakin mendekat, hingga akhirnya di depan toko buku ada toko aksesoris yang menjual berbagai macam benda lucu, termasuk cermin. Sejenak, semesta kini berpihak pada Seiza. Entah mengapa daya tarik cermin itu memikat pandangannya dan persis saat melihat pantulan dirinya di cermin, dia melihat pemandangan mengerikan di belakangnya.
Bukan, ini bukan pemandangan hantu seperti di film horror, melainkan ini adalah iblis, iblis yang menyamar menjadi manusia, iblis yang sangat kejam menurut Seiza dan iblis yang menyebabkan banyak luka di tubuh Seiza.
"Julian ...." gumam Seiza yang masih bergeming. Saat itu juga Seiza berbalik dan benar saja, Julian―pria iblis menurut Seiza―bersama ketiga temannya sedang berlari ke arahnya. Seiza tersadar dan seketika langsung ikut berlari menjauh dengan sekuat tenaga.
Badan Seiza bergetar ketakutan, air matanya luruh. Namun, ia tak boleh menyerah, kini ia harus berjuang, karena mustahil ada yang menolongnya saat ini, para pengunjung di sini tak ada yang mengenal Seiza dan tak ada juga yang Seiza kenal.
"Seiza tunggu, Sayang. Jangan lari kamu!" teriak Julian yang masih berada di belakang Seiza.
Seiza tak peduli namanya terus dipanggil dan diteriaki, dia tetap berlari sekuat tenaga. Bahkan di eskalator pun dia tetap berlari menuruninya. Ketika sampai lantai dasar, Seiza mengedarkan padangan dan berpikir harus ke mana lagi dia berlari, bahkan orang di belakangnya sampai menabrak tubuh Seiza sehingga terhuyung dan plastik yang tadi ia pegang terjatuh, Seiza tak peduli lagi dengan belanjaannya, yang dia pedulikan sekarang adalah keselamatannya.
Seiza buntu harus lari ke mana, apabila lari ke toilet, pasti Julian akan menunggu di depannya, kalau lari ke toko sekitar, pasti teman-teman Julian akan berpencar mencarinya. Seiza mengedarkan pandangannya dan dia menemukan pintu keluar. Ya! Seiza pikir keluar mall lebih baik.
"Seiza tunggu, kamu gak akan bisa lari lagi dari aku sekarang."
Seiza berhasil keluar pintu dan tercengang karena pintu itu adalah pintu yang mengarah ke parkiran. Bersembunyi di parkiran pasti akan cepat tertangkap, Seiza pun tak tahu ke mana arah keluarnya, dia tak peduli lagi, kakinya terus berlari sampai akhirnya terjatuh karena terbentur.
Tak peduli siapa pun yang ia tabrak saat ini, yang jelas Seiza harus segera mendapatkan pertolongan. Seiza mendongak dengan air mata yang sudah berlinang sedari tadi.
"Tolongin aku ... aku mohon ...." lirih Seiza pada orang yang menabraknya itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top