18. PINGGIR KOLAM RENANG
Apakah lebih baik bertahan dengan rasa nyaman walau menyakitkan?
Atau
Apakah lebih baik pergi walau harus menyakiti?
~ Yugo Pandu Pranadipa ~
🍭🍭🍭
Rabu pagi ini terlihat sedikit sendu. Karena langit yang seharusnya biru hanya berhias awan kelabu. Di pinggir kolam renang dengan air jernih itu ada dua insan yang tengah berbincang ringan dengan menggunakan pakaian santai. Yang satu hanya memakai celana jeans berwarna navy dengan kaus oblong berwarna putih. Yang satu lagi memakai celana training warna hitam dengan list merah dipinggirannya.
"Jadi senin sore itu lo menghilang ke mana, Go?" tanya Sadam sambil meminum kopi hitamnya.
"Gue gak hilang, cuma keliling aja lihat bangunan kampus Botany," tutur Yugo.
"Terus kenapa pakai acara hape lo ditinggal segala?"
"Itu ketinggalan."
"Ketinggalan atau sengaja ditinggal?" cecar Sadam.
"Lo belajar bahasa Indonesia dari kelas 1 SD sampai kuliah semester 1, kan? Dan gue yakin lo bisa bedain arti dari ketinggalan sama sengaja ditinggal."
"Hm ... gitu, yah? Jadi benar ketinggalan? Berarti gak sengaja tertinggal, yah?" tanya Sadam memastikan.
Yugo menaikkan satu alisnya dan menghadap ke arah Sadam yang duduk di sebelah kirinya, "Kenapa, sih, lo, repot banget?"
"Gak apa-apa, sih. Cuma aneh aja bisa kebetulan menghilangnya bareng Seiza, terus waktu datang juga bisa barengan." Karena memang setelah adegan 'makan cokelat' antara Seiza dan Yugo, mereka mendatangi ruang berkumpul hampir bersamaan, Seiza di depan dan selang satu menit, Yugo pun datang.
"Cuma kebetulan," sergah Yugo.
"Ooh kebetulan, yah? Berarti acara makan cokelat lo sama Seiza juga cuma kebetulan, yah?" ledek Sadam dengan menekankan kata cuma kebetulan dan hal itu sukses membuat Yugo tersentak.
Yugo memalingkan wajahnya yang semula duduk berhadapan dengan Sadam, kini dia menghadap kolam renang yang mana di sana ada Arga, Alex dan Okta dan yang sudah asik berenang.
"Lo lihat kejadian itu?" tanya Yugo tak percaya.
"Cuma kebetulan." Kini Sadam membalikkan perkataan Yugo.
"Atau jangan-jangan lo memang sengaja ngikutin?"
"Gue gak sengaja lihat, yah, Go. Dan gue yakin lo bisa bedain arti dari gak sengaja lihat sama sengaja lihat." Lagi dan lagi Sadam membalikan perkataan Yugo.
"Secara tidak langsung lo udah jadi stalker atau penungtit."
"Heh, enak aja. Gue itu niatnya cariin lo, karena gue hubungin hape lo yang katanya ketinggalan itu gak diangkat mulu. Eh pas di koridor dekat taman belakang, ada acara rebutan cokelat segala pula, ya udah deh gue telepon aja Seiza untuk menghindari hal yang diinginkan," tutur Sadam diakhiri dengan tawa meledek.
Yugo berdecih dan Sadam terbahak bangga bisa mengalahkan Yugo dalam perkataan. "Banyak bacot, lo, Dam!" Sekarang Yugo tahu rupanya Sadam sengaja mengganggu acaranya dengan Seiza.
Setelah tawanya berhenti dan sukses membuat Yugo kesal, kini Sadam kembali berulah dengan pertanyaannya. "Lo suka, yah, sama Seiza, Go?"
"Apaan, sih, lo," elak Yugo.
"Halah! Gak usah pura-pura depan gue. Segitu kelihatannya juga dan lo masih ngelak? Oh, tidak semudah itu, Fer-Yugo."
"Ferguso, woy!"
"Sorry. Jadi gimana?" tanya Sadam masih dalam mode interogasi.
"Apanya yang gimana?"
"Ah, gak seru, lo mah."
Belum selesai perbincangan itu, Bobby datang mengiterupsi.
"Woy! Lo berdua kagak ikutan berenang?" tanya Bobby yang sudah menggunakan celana pendek dan kaus tanpa lengan.
"Iya nanti gue nyusul, belum ganti baju," jawab Sadam.
"Buruan gih ganti celana lo, Dam. Terus lo, Go? Berenang kagak?"
"Enggak."
"Ah payah lo," ledek Bobby.
"Memang dia mah payah."
"Terserah lo berdua aja." Setelah itu Yugo berdiri dan melenggang meninggalkan area kolam renang.
"Heh mau ke mana lo! Pertanyaan yang tadi belum selesai, woy!" teriak Sadam.
"Pertanyaan apa sih, Dam?" tanya Bobby.
"Kepo aja lo!"
"Ish, dasar Sadam pelit," oceh Bobby dengan gaya gemulai yang membuat Sadam bergidik ngeri.
🍭🍭🍭
"Kak Seiza sama Tita yakin gak ikut renang?" tanya Delia yang sudah siap dengan baju renangnya.
"Iya nih, Del. Aku masih agak pusing, mana besok kita perjalanan pulang," jawab Tita jujur.
"Kak Seiza?"
"Aku gak suka berenang, Del," kekeh Seiza di akhir kalimat.
"Padahal, kan, bisa main air, Za," sahut Manda.
"Enggak ah. Aku lihatin kalian di pinggir aja." Sesungguhnya Seiza sangat tidak menyukai kolam renang. Bahkan ketika sekolah saja setiap praktik renang dia harus didampingi sahabat-sahabatnya dan saat sudah berpacaran dengan Yugo, Yugo lah yang menemani Seiza. Seiza memiliki trauma dengan kolam renang.
Kini mereka berjalan ke samping vila untuk segera menikmati kolam renang dengan pemandangan yang indah. Saat di teras samping, rombongan wanita itu berpapasan dengan Yugo. Dan persis saat berpapasan dengan Seiza, Yugo sedikit melirik lewat ekor matanya. Dia kira Seiza akan menyapanya seperti biasa, tapi nyatanya Seiza berlalu begitu saja, bahkan melirik pun tidak, seolah Yugo tak tampak.
Saat sudah di dekat kolam renang, Bobby meledek Manda sampai akhirnya mengejar Bobby dan berencana memukul punggung Bobby. Namun, dengan cekatan Bobby justru berbalik dan menangkap Manda lalu merangkul dan menggendongnya. Terdengar riuh siulan dari yang lain, tapi detik kemudian Bobby melempar Manda ke dalam kolam renang. Hal tersebut sukses membuat yang lain terbahak, terlebih saat Manda berusaha berenang ke pinggir kolam dan mengumpat mengeluarkan sumpah serapahnya.
Karena terlanjur melakukan hal usil, Bobby pun mendorong Delia ke kolam renang yang mengakibatkan Delia bertubrukan dengan Arga di air dan dengan sigap Arga menarik Delia agar tidak tenggelam. Seketika Delia langsung merona.
Lalu ada Seiza yang sedang duduk di pinggir kolam dengan kaki yang ditenggelamkan setengah. Melihat itu Bobby pun mendorong mangsa selanjutnya ke air. Membuat beberapa orang di sana terkejut.
"Kak Seiza!"
Teriakan Tita tak digubris oleh si pemilik nama. Seiza yang didorong oleh Bobby tak mampu berkutik di dalam air, terlebih karena dorongan Bobby teramat kencang, tubuh Seiza terlempar ke tengah kolam. Seiza tak banyak gerak, hanya tangannya dia gerakkan ke atas menandakan meminta pertolongan. Namun, dari semua yang di sana tak ada yang menyadari akan hal itu, mereka tak menyadari bahwa Seiza kesulitan berenang. Mereka berpikir bahwa Seiza sedang menyesuaikan diri karena pakaian yang dia kenakan saat itu adalah midi dress berbahan denim, sehingga dirasa berat apabila terkena air.
Detik demi detik berlalu. Mereka masih tetap melihat ke arah Seiza, tapi tidak ada pergerakan. Sadam yang tadi duduk pun sekarang berdiri karena mulai panik. Hampir dua menit berlalu, masih tak ada perubahan dan gerakan tangan Seiza semakin melambat. Sampai akhirnya di menit ketiga keajaiban datang.
"Lo semua pada tolol!" Teriakan kasar itu lolos begitu saja.
Dengan gerakan renang sangat cepat layaknya perenang andal yang sedang berlomba, akhirnya Seiza berhasil diraih. Tangan Seiza ia tarik dan pinggang Seiza diraih dengan lembut. Dibawanya Seiza ke dalam dekapannya dan ia tuntun menuju tepi kolam.
Saat sudah bersandar pada tembok di pinggir kolam, pria itu menggoyangkan tubuh Seiza perlahan yang ada dalam dekapannya seraya bertanya, "Seiza, lo gak apa-apa?" Dan yang lain mulai heboh ikut berkumpul.
"Za, lo gak apa-apa, kan?" tanya Manda.
Seiza masih bergeming dan tak mampu menjawab, badannya bergetar. Tubuhnya kembali direngkuh dan diangkat ke atas kolam lalu didudukan. Masih dalam dekapan, akhirnya suara parau terdengar. "Y-yugo ... a-aku takut ...." Setelah itu padangan Seiza kabur dan menjadi gelap. Sebelumnya Seiza merasa sedikit aman sekarang, karena Yugo berhasil menyelamatkannya dari ketakutan dan trauma masa lalu.
Saat menyadari tubuh Seiza melemah, Yugo mengangkatnya dan bermaksud membawanya ke dalam vila.
Baru berhasil berdiri, mata Yugo menyorot tajam penuh amarah dan berkata, "Becanda lo keterlaluan, Bob!" Lalu setelahnya dia melenggang meninggalkan yang lain dan para wanita akhirnya ikut bergegas mengikuti Yugo.
Bobby mengerjap tak percaya bahwa Yugo membentaknya. Saat Yugo sudah masuk ke dalam, Bobby berkata pada Sadam, "Dam, sumpah gue gak tau kalau Seiza gak bisa renang. Sumpah, Dam, gue kagak tau. Duh gimana ini? Gue panik." Bobby membeo sendiri dan terlihat ketakutan. Sadam mengabaikan ucapan Bobby dan justru meninggalkannya. "Woy, Dam, tungguin gue. Bantuin gue minta maaf nanti, yah, Dam."
🍭🍭🍭
Setelah kejadian tadi, Seiza belum juga sadar dari pingsannya. Tadi Manda dan Delia yang menggantikan baju Seiza yang sudah basah. Saat selesai berganti pakaiannya, mereka kini berkumpul di depan kamar Seiza, di sana hanya ada Sadam, Yugo, Bobby, Sindy dan Delia.
"Gimana, gimana? Seiza udah sadar?" tanya Bobby masih panik saat Manda keluar dari kamar.
"Belum."
"Duh mampus gue, kalau anak orang kenapa-napa, berarti gue harus tanggung jawab, yah? Ya udah gak apa-apa, gue siap kok pulang dari sini bakal bawa Seiza ke KUA." Perkataan Bobby itu langsung dihadiahi pukulan di jidatnya oleh Sindy dan pelototan tajam oleh Yugo.
Manda yang terlihat diam saja pun membuat semua keheranan, karena biasanya justru Manda yang paling panik dan heboh dalam keadaan seperti ini.
"Lo kenapa, Man? Kok pucat banget?" tanya Sadam.
"Lo semua sadar gak, sih, kalau kita itu gak pernah tau alasan utama Seiza pindah ke kampus kita?"
"I-iya, sih," sahut Sadam. Jeda sejenak dan kembali berkata, "Memang kenapa, Man?"
"Kok gue mikir kalau Seiza tutupin sesuatu, yah, dari kita," tutur Manda.
"Maksudnya?" tanya Delia bingung. "Kalau ada hal yang aneh, besok aku tanya deh ke Riko."
Manda masih tak mau menjawab, mukanya pias seperti habis melihat hantu.
"Manda?" tanya Sadam kembali. "Ada apa sebenarnya?"
Manda menarik napas dalam dan panjang dan berucap, "Ditubuh Seiza banyak luka. Luka paling parah ada di perut sebelah kiri, kayak luka tusukan gitu." Ucapan Manda berhasil membuat yang lain membelalakan matanya. "Dan kelihatannya, luka itu masih baru."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top