3. Sugar Daddy
Melati terpejam menikmati tiap sentuhan dari jemari kokoh nan lembut yang membalur tubuhnya dengan sabun lavender.
Jari-jari itu berasal dari telapak tangan milik lelaki yang berendam bersamanya dalam bathtub. Kumpulan busa sudah memenuhi permukaan air pada bak. Tubuh telanjang mereka berdua sudah mengilap dan licin. Melati dan si Om hanyut oleh gairah membara.
Melati duduk membelakangi; ia sengaja memberi kebebasan bagi Om untuk menggerayangi tiap inci tubuh moleknya.
"Kamu sangat cantik, Jasmine."
Melati mengulum senyum. "Lakukan apa yang aku suka, Om Bram," desisnya.
Jemari Bram menari-nari pada gumpalan sekal Melati. Ia meremasnya lembut, hingga pucuk dada Melati mengeras karena sudah terangsang hebat. Tonjolan merah mudanya sangat sensitif dan tampak menggoda. Bram pun beralih memilin-milin dan menarik gemas puting Melati. Perlakuan tersebut sontak membuat Melati mendesah lirih.
Sesuatu di bawah sana mulai berdenyut-denyut. Stimulasi pada puncak dadanya sungguh menghanyutkan.
"Om." Melati berbalik badan menghadap pada Bram.
Ia mengalungkan lengan pada leher Bram untuk saling beradu pandang. Melati merona; diamatinya wajah Sugar Daddy-nya yang rupawan, hidung mancung, dan sepasang mata monolid beriris gelap. Kemudian bibir merah delima yang sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu.
Tangan Melati turun demi meraba dada bidang Bram. Ia makin bernafsu karena meski sudah berkepala lima, tubuh Bram masih berotot nan atletis. Melati merasa beruntung, punya kekasih setampan Bramantya.
Jari Melati merosot terus ke bawah, sibuk mencari sesuatu yang liat dan keras milik Bram. Dan, sebuah tarikan melengkung pada kedua sudut bibirnya sontak bertambah lebar tatkala Melati menemukan apa yang dia cari.
"Udah bangun, ya?" goda Melati.
Bram menuntun jemari Melati agar memainkan batangnya.
"Mainkan, Jasmine."
Melati menurut.
Ia mengocok kejantanan Bram secara konsisten. Kulit telapak Melati mampu merasakan urat-urat menonjol yang menghiasi batang liat Bram. Akibat ulah Melati, Bram seketika mendesis kenikmatan.
Bram kembali memijat bukit kembar Melati, ia juga melayangkan ciuman liar pada bibir plum sang simpanan.
Mereka berdua saling bertukar birahi yang sudah meletup-letup.
Puas mencumbu bibir Melati, Bram beralih turun. Ia membungkuk untuk mengisap pucuk Melati yang keras menantang. Bram seolah bayi yang menyusu kehausan. Ada rasa pahit yang diakibatkan sisa-sisa sabun, namun Bram tidak peduli. Semua kalah oleh keseksian tubuh sang Sugar Baby yang dikenalnya bernama Jasmine.
Melati kian mendesah.
Dan, Bram sontak memojokkan Melati hingga ke sudut bathtub. Ia melebarkan kedua tungkai Melati agar leluasa menjamah titik intim di antara selangkangan.
"Ehmh!" Melati menggelinjang.
Jari Bram menguasai ambang liang hangat Melati. Telunjuk lelaki itu lihai menggesek biji sensitif yang bersembunyi di antara lipatan. Jemari Bram berputar di sana, kemudian menerobos masuk ke dalam, melesak pada mimpitan daging kenyal nan lembut.
"Oh, ya!" Melati merintih.
"Harder, Baby?" goda Bram.
Melati mengangguk kepayahan. "Ya, please," pintanya.
Bram menyanggupi. Ia intens memporak-porandakan milik Melati. Menyentuh area tersebut dengan cara yang sangat erotis nan memabukkan.
Tubuh Melati pun menegang dan gemetar. Gelombang kenikmatan makin menyengat hebat syaraf-syarafnya. Pinggulnya melengkung ke atas mengikuti permainan jari Bram. Hingga pada akhirnya Melati mengejan akibat serangan dari kedatangan the big O.
"Om Bram ... aku ... keluar." Melati mengerang.
Bram lantas membungkam mulut Melati dengan bibirnya.
Dalam pelukan, Bram membiarkan Melati lemas menikmati sisa-sisa ledakan klimaks.
"Kita bilas, ya." Bram menuntun Melati penuh kasih sayang.
Ia lantas menyalakan keran air hangat pada shower untuk menyeka tubuh Melati. Perhatian Bram membuat Melati tersipu. Sungguh, ia jatuh hati pada Bram.
Semula - Melati hanya tertarik pada uang Bram.
Mereka berdua saling mengenal kala Bram menyewa jasa Melati sebagai pacar sewaan. Hanya menemani makan malam, tak lebih. Namun, pembicaraan antara Melati dan Bram berjalan tiada putus. Baik Melati mau pun Bram merasakan chemistry khusus. Mereka pun sepakat bertemu lagi di luar sepengetahuan agensi pacar sewaan. Jika sampai ketahuan menjalin asmara dengan klien, Melati terancam dipecat.
Tepat di kencan ketiga, Bram memberanikan diri untuk jujur pada Melati soal statusnya yang sudah berkeluarga. Meski demikian, Bram mengaku tak bahagia. Dia berniat untuk mengajukan cerai.
Klise memang, tapi berhasil meluluhkan Melati.
Melati bak oase di tengah kehidupan membosankan yang dijalani Bram. Sementara, Bram adalah sumber suntikan dana rutin bagi Melati. Selain itu, Melati lama-lama menikmati hubungan terlarangnya bersama Bram. Lelaki itu penuh kasih sayang, seakan-akan Bram berhasil menambal lubang-lubang hati Melati akibat ke-alpa-an sosok ayah. Bapak kandung Melati belum meninggal - tetapi sudah lama ia menganggapnya sudah mati.
Bapak adalah sumber malapetaka, pembawa sial.
Gara-gara bapaknyalah Melati harus terjerumus dalam lingkaran dosa. Semula menjadi pacar sewaan, lalu sekarang merangkap jadi simpanan Bram. Kalau bukan demi uang, mana mungkin Melati nekat begini? Dia dikejar-kejar masalah dan harus menanggung getah pahit dari perbuatan bapak kandungnya.
"Keringkan badanmu, Jasmine." Bram menyodorkan sebuah handuk pada Melati.
Melati menolak. "Tidak perlu, permainan kita belum selesai," godanya.
"Gadis nakal," geram Bram.
Melati sontak menghambur pada Bram. Ia mendaratkan kecupan yang berubah menjadi pagutan dalam. Mereka berdua melangkah keluar dari bath room dan bergegas menuju kamar tidur.
Bram merebahkan Melati di atas ranjang. Kemudian melahap bagian bawah Melati dengan rakus. Ia menyapu tiap jengkal liang basah Sugar Baby-nya. Begitu ranum, begitu rapat. Lidah Bram menerobos masuk, menyapu dinding-dinding Melati yang berkedut. Kesabaran Bram akhirnya habis karena kejantanannya sudah terlalu lama menganggur.
Bram lantas menuntun miliknya agar terbenam sepenuhnya dalam milik Melati.
Ia menghunjam dalam.
Mereka berdua kompak mengerang keenakan saat batang Bram tertancap penuh. Tanpa menunggu lama, Bram bergegas memompa tubuh Melati yang berada di bawahnya.
Ruangan apartemen dipenuhi oleh desahan Melati dan Bram. Tubuh mereka melebur menjadi satu. Menikmati kenikmatan surga dunia.
Bram menggenjot Melati makin kencang. Sementara Melati tak mau tinggal diam, pinggulnya ikut bergoyang menambah rasa erotik. Milik Bram seolah dijepit ketat di dalam sana. Dinding-dinding Melati sungguh sempit dan memanjakan. Pantas saja ia ketagihan.
"Aku keluar, Om ..." Melati memekik.
Tubuhnya menggelinjang dan gemetar tiada terkontrol.
Bram semakin beringas.
Ia juga hampir sampai pada klimaks. Ditusuknya liang Melati tanpa ampun. Milik wanita itu sampai memerah hebat.
"Jasmine ... oh ... Jasmine ..." geram Bram parau.
Cairan kental Bram pun muncrat memenuhi liang Melati. Meleleh keluar membasahi alas ranjang tempat mereka menyalurkan nafsu purba.
"Baby, punyamu terlalu enak," puji Bram. Ia menjatuhkan diri ke samping Melati yang terbaring kelelahan.
Entah berapa kali Bram muncrat di dalam, baik Melati mau pun Bram tidak khawatir. Beberapa tahun yang lalu, Bram telah menjalani prosedur vasektomi atau KB permanen pada pria. Semua ia lakukan atas anjuran istri sahnya.
"Punya Om juga bikin nagih," balas Melati tersenyum. Ia lalu memeluk Bram ketat. "Om," panggilnya.
"Ya, Sayang?"
"Aku penasaran kapan Om akan menceraikan istri Om. Om serius, kan, sama aku?" selidik Melati.
"Seriuslah." Bram membalas tatapan Melati. "Sudah kubilang, bukan, aku harus mewujudkan rencanaku dulu, baru bisa menceraikannya."
"Soal membangun perusahaanmu sendiri itu?"
"Iya." Bram mendengkus. "Istriku dan keluarganya telah memperbudakku selama bertahun-tahun. Mereka memanfaatkanku tanpa tahu terima kasih. Hidupku diatur laksana boneka. Istriku merasa berwenang atas diriku karena perusahaan itu memang milik keluarganya. Namun, andilku cukup besar dalam memajukannya hingga seperti sekarang. Kamu tahu sendiri, bukan, keuanganku bahkan dikuasai oleh istriku."
"Ya ..." Melati menggumam pelan.
Melati akui, ia tak seperti Sugar Baby yang lain.
Kalau simpanan lain pasti sudah dibelikan apartemen, mobil, atau diajak jalan-jalan ke luar negeri. Sedangkan, Melati hanya mendapatkan uang bulanan kurang dari sepuluh juta per bulannya dari Bram.
Entah mengapa Melati mau.
Kini dia sadar, dia sudah terlanjur terbawa perasaan bersama Bram. Lelaki matang berkebangsaan Korea Selatan ini berhasil mencuri hati Melati.
"Sabar, ya. Sebentar lagi, aku akan me-ratu-kanmu, Jasmine. Apa pun yang kamu mau, akan kuberikan. Termasuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh bapakmu," janji Bram.
Melati mengangguk.
"Om, katakan padaku, perusahaan mana, sih, tempatmu bekerja selama ini? Aku penasaran."
Bram terkekeh. "Aku akan memberitahunya jika kamu juga memberitahuku nama aslimu. Jasmine bukan nama aslimu, bukan?"
"Itu ..." Melati ragu-ragu.
Bram mencubit hidung Melati. "Kurasa, kita berdua masih sama-sama menyembunyikan jati diri masing-masing. Sudahlah, kita jalani saja dulu seperti ini, okay?"
"Ya, Om."
Ketika sedang bercengkerama, ponsel Melati tiba-tiba berdering kencang. Melati pun beringsut dari ranjang demi meraih gawainya yang terletak pada nakas. Panggilan dari Antok, staf pada agensi pacar sewaan.
"Halo, Mas Antok?" angkat Melati.
"Halo, Jasmine. Sorry, ya, telvon malem-malem," sahut Antok dari seberang. "Gini - besok pagi kamu bisa temui klien?"
Melati mengernyit. "Besok? Perasaan aku nggak ada jadwal, deh."
"Iya, memang dadakan," ujar Antok. "Gimana?"
"Kalau mendadak gini, aku kayaknya-"
Antok bergegas menyela, "Mending kamu terima, deh, Jas. Ini klien potensial banget. Dia berani bayar sepuluh kali lipat. Delapan puluh persen di kamu, dua puluhnya buat agen. How?"
"Huh? Sepuluh kali lipat?" Manik mata Melati membulat.
"Iya! Deal, kan?"
"Kalau bayarannya segitu, sih, aku mau nerima, Mas," sahut Melati sumringah.
"Mantep. Kalau gitu besok pagi jam delapan, ya. Abis ini aku share lokasinya."
"Okeh," ucap Melati. "Oh, ya. Ini klien baru apa gimana?"
"Baru," terang Antok. "Tetapi dia enggak mau talent lain, special request mintanya kamu, Jasmine. Sepertinya dapat rekomendasi dari temannya yang dulu pernah pakai jasa kita."
"Namanya siapa?" Mendadak - perasaan Melati waswas.
"Ehm," gumam Antok. "Iman. Namanya Imantara Putra Sasongko."
Darls, Sugarbaby udah tamat di Karyakarsa, ya! Silakan baca jalur cepat di sana 🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top