21. Erotic Island
"Ya Tuhan." Melati membisik pelan hingga hanya dirinya saja yang mampu mendengarkan suaranya.
Ia melangkah mengikuti sepasang suami dan istri pengurus vila yang membawanya memasuki vila pribadi keluarga Sasongko. Vila Iman bagaikan surga dunia yang terwujud di bumi. Kemewahan dan keanggunan terpancar dari setiap sudut ruangan. Perpaduan gaya modern dan tradisional Bali menciptakan suasana yang hangat dan nyaman. Furniturnya terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi, seperti kayu jati dan rotan, yang memberikan kesan mewah dan elegan.
Saat tiba di ruang tamu, Melati kembali menganga kagum. Ruangan luas serta terbuka dipenuhi berbagai tanaman hias berwarna hijau. Langit-langitnya tinggi, serta berjendela besar hingga cahaya matahari dengan bebasnya menerangi tiap penjuru. Di tengah, sebuah meja kayu jati yang besar diletakkan sebagai tempat berjejernya berbagai vas bunga dan dekorasi khas Pulau Dewata.
"Semua kamar-kamarnya sudah saya bersihkan, Pak, Bu."
"Terima kasih Pak Nyoman," ucap Iman sopan.
Setelah Nyoman dan istrinya meletakkan tas di kamar utama, mereka pun berinisiatif menyiapkan makan siang.
"Nanti saja makan siangnya," cegah Iman.
"Oh, belum lapar, Bapak?" tanya Ida - istri Nyoman.
"Kami sempat makan dulu setibanya di sini," terang Iman. "Nanti saja."
Nyoman dan Ida mengangguk paham.
"Kalau begitu kami permisi, Pak, Bu. Selamat beristirahat. Silakan panggil saya kalau butuh apa-apa," pamit Nyoman.
Iman mengangguk seraya melempar senyum.
Di lain sisi, Melati sibuk memeriksa tiap kamar di vila. Dia bingung menentukan akan tidur di mana, semua kamar begitu indah dan mewah.
"Kamu tidur di mana?" Melati menjatuhkan diri ke atas sofa beludru.
"Di mana saja, terserah," sahut Iman.
Melati tersenyum lebar. "Kalau begitu aku pilih kamar yang paling luas, ya. Yang menghadap kolam renang."
"Silakan saja," kata Iman.
Melati pun meraih beberapa tas belanjanya. Sesampainya di Ngurah Rai, Iman mengajak Melati berbelanja pakaian dulu pada salah satu butik ternama di Beach Walk. Kali ini, Melati benar-benar merasa dimanjakan.
"Terus kamu mau ngapain?" pancing Melati. Sebenarnya, ia sedikit kesal karena Iman berniat mengundang 'wanita panggilan' pada 'honeymoon' mereka.
"Berenang mungkin," jawab Iman. "Rasanya gerah dan aku butuh merenggangkan badan."
"Ya sudah." Berlagak cuek, Melati pun bangkit dan melenggang menuju kamar pilihannya.
Di dalam, Melati melempar tubuhnya ke atas ranjang king-size empuk berselimut tebal. Di samping tempat tidur terdapat jendela besar yang menghadap ke kolam. Selain itu, terdapat juga bathroom pribadi yang dilengkapi bathtub berpancuran besar.
"Surga ..." kata Melati bicara sendiri.
Otaknya sibuk merencakan serangkaian kegiatan selama di Bali. Ia pikir, ia bisa pergi berkeliling diantar sopir. Dari pada harus mendekam di kamar dan menjadi saksi bisu aktivitas lendir Iman dengan salah satu lonte panggilannya. Sialan.
Dengan bergegas, Melati beringsut menuruni kasur. Ia harus mandi dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
***
BYYYUUURRR.
Atensi Melati teralih tatkala rungunya menangkap suara berisik pada swimming pool. Ia baru saja selesai membersihkan diri saat menemukan Iman sedang berenang.
Lelaki itu menenggelamkan tubuhnya tanpa beban. Sesekali kepala Iman menyembul ke permukaan, tapi ia lebih banyak hilang dan menyelam di dasar air.
Melati mengintip dari balik jendela, mengamati bayangan punggung Iman yang lebar. Secara bergantian, tangan Iman mengayuh di permukaan. Kulit Iman yang kecokelatan, membuat tampilannya kian seksi, menggoda bukan main.
Melati sontak menelan saliva.
Sungguh bodoh jika sebagai wanita normal ia tak terkesima oleh Iman. Iman memang punya karismatik tersendiri. Lelaki itu luar biasa menarik ketika berlagak cuek. Namun, bisa menggetarkan hati saat menunjukkan perhatian berlebihan.
Melati lantas membongkar belanjaannya tadi. Ia ingat, Iman membelikannya sesuatu untuk meledeknya. Seutas senyum lebar pun terukir di bibir Melati.
***
Iman terhenti di pinggir pool tatkala mendapati Melati menghampirinya. Ia mengusap wajah dengan telapak tangannya untuk mengurangi sisa air yang menghalangi pandangan.
"Hei," sapa Melati sumringah.
Iman memicingkan mata. Ia lantas menaikkan tubuh dan menampakkan tubuh atletisnya yang masih basah. "Mel," gumamnya. Iman terpaku ke arah Melati yang mengenakan outer dress rajutan berwarna putih. "Kamu pakai ..."
Melati memotong, "Outer dan bikini yang kamu beliin tadi," sergahnya.
"Katanya nggak bakal kamu pakai," ucap Iman.
Melati terkikik. "Harganya dua juta, setelah kupikir lagi, sayang banget kalau nggak kukenakan."
"Ka-katanya kamu nggak bisa berenang?" Iman menelan ludah kasar. Bahan rajutan yang Melati kenakan, sempurna menampakkan siluet bikini yang wanita itu coba sembunyikan.
Melati membuka outer-nya dengan penuh percaya diri. "Nggak masalah, bukan? Banyak wanita nggak bisa berenang tapi tetap pamer bikini di pantai," sahutnya. "Lagi pula, aku pikir kamu bisa mengajariku berenang atau paling tidak menunjukkan kesenangan dari aktivitas air ini."
Melati memamerkan tubuh langsing yang hanya ditutupi oleh two piece bikini warna putih tulang. Ia lantas duduk di tepian kolam dan memasukkan kaki ke dalam air. Ulah Melati sontak membuat. Iman terbelalak penuh kagum. Dada Melati bulat menyembul menggoda. Sudah demikian, tonjolan puting (yang tampaknya) telah mengeras, timbul dari balik cup bikini yang tipis.
"Ya, boleh aja, sih, kalau kamu mau berenang," kata Iman mempersilakan. Ia mengulurkan tangan agar Melati bergabung dengannya. "Masuklah."
Darah Iman seketika berdesir saat kulit tangan mereka saling bersentuhan. Dan, setelah Melati sudah sepenuhnya masuk ke dalam kolam, Iman refleks memegang lekukan pinggang sang istri untuk menjaganya.
"Katrok banget, ya, aku nggak bisa berenang," kikik Melati.
"Ya, nggak juga," ucap Iman menahan gairah.
"Terus, apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu?" Melati dan Iman beradu pandang. Jarak keduanya sangat dekat satu sama lain.
"Tergantung." Iman menyeringai jail. "Kamu mau latihan serius atau cuma bermain-main?"
Melati tertawa. "Have fun aja deh."
"Good choice," kata Iman menyeringai. Ia lalu meraih kedua tangan Melati agar melingkar pada pundaknya. Sementara, Iman berbalik membelakangi Melati. "Pegangan, ya, Mel."
Melati memeluk bahu Iman erat-erat.
Iman berenang pelan sambil membawa tubuh Melati mengapung bersamanya. Ia berkonsetrasi keras untuk mengabaikan embusan napas hangat Melati yang menggoda telinganya. Selain itu, mana bisa dia mengabaikan gundukan sekal Melati yang menekan punggungnya. Damn. Kejantanan Iman sudah bangun saja dalam tidur.
"Tahan napas!" Iman serta merta menenggelamkan badannya, beserta Melati ke dasar kolam. Ulah Iman berhasil membuat Melati kepayahan. Alih-alih minta maaf, Iman justri terbahak-bahak puas.
"Jahat. Kamu mau bunuh aku?!" Melati melotot dengan hidung memerah.
"Astaga, Mel? Cuman masuk ke dalam air tiga detik aja udah dituduh mau bunuh segala," kelakar Iman.
Melati cemberut. "Tapi, kan, aku takut setengah mati!" protesnya.
Iman pun mendekat dan mengimpit Melati menuju tepi kolam. Ia menyeka paras Melati dengan lembut. "Maaf, aku cuma bercanda," bisiknya.
"Hampir saja aku kehabisan napas." Melati enggan melawan tatkala Iman menyusuri sisi pinggulnya.
"Kalau kamu kehabisan napas—aku bisa kasih napas buatan," balas Iman.
"Mana?" tantang Melati.
Tanpa permisi, Iman membungkam bibir Melati dengan bibirnya. Ia memagut liar Melati hingga aliran darah pada tubuhnya sontak memanas hebat. Lidah Iman bermain-main mengejar lidah Melati yang hangat.
"Kamu baper, nggak?" Iman melepaskan tautan.
Melati menggeleng. "Nggak. Kamu mungkin," dalihnya.
"Aku juga nggak." Iman kembali melumat bibir Melati. Keduanya saling terpejam karena terbuai oleh sensasi manis yang membakar gelora.
CUT. BACA UTUH DI KARYAKARSA
Demi menambah bujuk rayu, Iman beralih mengecup bibir Melati secara seduktif. "Mel, kurasa sudah saatnya—"
Melati pasrah dalam buaian. Ia justru menarik rahang Iman agar ciuman mereka kian rapat dan beringas.
Sudah waktunya! Tangan Iman bersiap melucuti celananya sendiri. Namun, netranya melebar tatkala seorang wanita berambut blonde tiba-tiba menerobos masuk ke dalam halaman.
"Tara, here you are."
Iman dan Melati berjingkat terkejut, khusunya Melati.
"Sa-Sara!" seru Iman melotot.
SUGARBABY sudah tamat dan naskah utuh di karyakarsa. Kalian bisa cek dan cari akun Ayana Ann di sana, ya!
Thank you buat dukungan, vote, mau pun komentar penyemangatnya selama ini 🖤🖤🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top