Bagian 4: Pink Prince
Sebuah interior kamar besar yang di dalamnya terdapat lemari besar, kaca hias, dan beberapa pernak-pernik penghias kamar, sebuah meja kecil di sebelah kasur berukuran kig size. Di kasur tersebut seorang gadis berambut coklat tengah tertidur pulas, hembusan angin yang masuk ke melalui jendela kamar membuat kain gorden yang tergantung melambai dengan lembutnya. Perlahan gadis yang tertidur tersebut pun bangun.
"ugh...eh? Dimana aku?" ucap Alicia yang sudah tersadar sepenuhnya.
Suara decitan pintu membuat Alicia menoleh ke sumber suara. Eh? Tidak ada orang kenapa pintunya terbuka?, batin Alicia.
Ketika Alicia ingin beranjak dari kasur, sosok pria setinggi 110 cm, mengenakan pakaian layaknya orang bangsawan, bersurai pink dengan kedua iris mata berwarna biru laut, membuat Alicia terlonjak kaget.
"Kur-kurcaci pink?!"
"Aku bukan kurcaci!" serunya
"Mau kemana kau,Alice?"ucapnya lagi yang kini sudah berdiri di atas kasur.
"Ka-kau siapa? Dan dimana ini? Tu-tunggu dulu ! Dimana Dichan?"
"Oh...maksudmu Red Alice, dia sedang tidak sadarkan di ruang bawah tanah."
"Apa?! Ruang bawah tanah?!" pekik Alicia
"Dia Alice palsukan, Pink Prince akan memberi hukuman berat padanya."
"Apa maksudmu? Dia salah apa sampai kau ingin menghukumnya? Tunggu, kau Pink Prince?"
"I-iya te-tentu saja aku Pink Prince, penguasa Sugar Castle."
Mendengar itu, Alicia tertawa lepas membuat pria yang mengakui dirinya sebagai Pink Prince menyirit heran. "Apa yang lucu?"
"Demi kue nastar, kau Pink Prince? Ahahaha...wajar saja Dichan tertawa ketika mendengar namamu...haha... Kalau Dichan sadar mungkin dia bakal nistahin dirimu. "
"Hei ! Jaga sikapmu!"ucapnya marah.
Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di luar, membuat Alicia menghentikan tawanya. "Ada apa diluar?"
Pria yang bernama Pink Prince pun turun dari kasur dan berjalan cepat keluar kamar. Alicia yang melihat itu pun ikut beranjak dan berjalan ke arah pintu kamar.
"Hei ! Kemari kau kelinci nakal !" seru Dichan sambil mengejar kelinci hitam ke abu-abuan dengan membawa gagang sapu di tangan kananya.
"Di-dichan?"
"Tahanan kabur ! Tangkap dia !" seru Pink Prince membuat para prajurit berbentuk kartu mengejar Dichan.
"Dichan ! Selamatkan dirimu!" seru Alicia.
Tapi terlambat, Dichan berhasil di kepung oleh prajurit berbentuk kartu tarot. Dichan pun melihat sekelilingnya. "Apa-apaan kalian ini, kalian ingin mengurungku lagi di ruang bawah tanah?"
"Kau Red Alice, Alice palsu, kau akan di hukum untuk kejahatanmu." ucap Pink Prince.
"Sudah ku katakan padamu cebol, aku bukan Alice, namaku Dichiany, Di-chi-any, mengerti."ucap Dichan penuh penekanan.
"Holy nastar !" Alicia tertawa mendengarnya.
"Tidak ! Kau Red Alice, yang berarti kau Alice palsu. Kau harus di hukum karena kau Alice palsu." ucapnya sambil menunjuk ke wajah Dichan sambil melompat.
"Tidak logis,"degus Dichan sebal.
Dichan mengayunkan gagang sapu tersebut pada prajurit kartu hingga mereka berhamburan entah kemana.
"Tangkap dia!" seru Pink Prince.
Prajurit kartu pun berusaha mendekati Dichan, tapi dengan mudah Dichan memukulnya dengan gagang sapu yang kini menjadi senjata andalannya. Alicia yang kebingungan ingin membatu Dichan pun melihat ke segala arah-----mencari barang untuk di jadikan senjata dan menemukan sebuah vas bunga dan juga beberapa miniatur yang terpajang di meja panjang. Tak perlu berpikir panjang, Alicia pun melempar vas bunga dan juga beberapa miniatur ke arah prajurit kartu.
Dichan pun mulai kewalahan menghadapi mereka, salah satu dari mereka menyerang Dichan dengan memukul bagian belakang, membuat Dichan berbalik dan menatap tajam sang pelaku.
"Cih, Sialan kau!" serunya langsung menendang sang pelaku membuatnya membentur patung besar yang bediri kokoh. Patung tersebut mulai goyah, Dichan melihat kelinci hitam abu-abu sedang membersihkan bajunya dari debu sedang berdiri tepat patung itu mulai jatuh.
"AWAS!" jerit Dichan sambil berlari ke arah kelinci hitam abu-abu tersebut.
"Dichan!"
Patung itu pun jatuh membuat abu berterbangan memenuhi pandangan. Alicia pun sedikit terbatuk-batuk sambil mengipas di sekitar wajahnya. Akhirnya Alicia pun dapat melihat dengan jelas patung tersebut hancur lebur.
"Dichan, " Alicia pun segera berlari ke arah hancurnya patung tersebut.
"Aku tidak apa-apa, lihat aku berhasil menyelamatkan kelinci nakal ini. "ucap Dichan yang kini sedang mengendong kelinci hitam keabu-abuan tersebut.
Alicia yang melihatnya pun menghela nafas lega. "Kau ini membuatku jantungan saja. " Dichan hanya nyegir mendengarnya.
Suara derapa langkah dari arah berlawanan membuat kedua gadis itu menoleh ke sumber suara. "Apa yang terjadi disini?" ucap pria bersurai pink.
"Enju?" ucap Alicia dan Dichan bersamaan.
Seekor serigala berlari dan ketika dia melompat wujudnya berubah menjadi manusia. "Maafkan saya, yang mulia. Tahanan berhasil kabur." ucapnya sambil membungkuk hormat.
"Riku?!" lagi-lagi ucap mereka serentak.
"i-itu...maafkan saya, yang mulia. Semuah kerusakan ini di akibatkan oleh Alice palsu itu."
"AKU BUKAN ALICE PALSU ! AKU DICHIANY !" pekik Dichan.
"Baiklah, Gryphon."
"Iya, yang mulia." ucapnya yang kini tiba-tiba saja sudah berdiri di samping pria yang di panggil yang mulia tersebut.
"Tolong suru pelayan untuk membersihkan kekacauan dan juga obati prajurit kita yang terluka."
"Baik, laksanakan yang mulia." ucapnya yang langsung melesat pergi entah kemana.
Dichan pun berjalan mendekati Alicia. "Bukankah tadi itu Ranran? Dia jadi kaki tangannya Enju? Luar biasa." bisik Dichan takjub.
"Biasalah, husbandku." bisik Alicia balik dan kembali mereka berdua tertawa cekikian.
"Kalian berdua,"ucap pria yang di panggil yang mulia.
"Apakah kalian yang membuat kerusakan?"
"Iya, aku yang melakukannya karena Pink Prince sialan itu yang membawaku ke ruang bawah tanah." ucap Dichan sambil menunjuk pria pendek yang kini warna rambutnya berubah menjadi hitam.
"Ma-maafkan saya, yang mulia Pink Prince."
"Hah? Jadi, pink prince itu kau Enju." ucap Dichan.
"Jaga sikapmu, nona." ucap pria yang berada di sebelah pink prince.
"Biarkan saja, apakah kalian berdua ingin makan siang bersamaku?"
"Boleh saja." ucap Dichan, di ikuti anggukan dari Alicia.
"Sebelum itu, Dichiany bisakah kau membersihkan dirimu dulu?"
"Baiklah."
"Gryphon akan mengantarmu ke ruang makan nanti. Alice, ikut aku." ucapnya
Alicia melihat Dichan yang menyurunya untuk mengikuti Pink Prince. Dichan pun berbisik pada Alicia,"Oh iya, kalau Enju melamarmu, pajak jangan lupa yah." sontak Dichan mendapatkan pukulan dari Alice yang wajahnya kini merona.
"Jangan mengodaku!" Dichan hanya cekikian melihatnya.
Alicia pun mengikuti Pink Prince pergi sementara Dichan tersenyum sambil mengangkat kelinci hitam keabu-abuan tersebut. "Nah, sekarang kamu aman, kelinci manis."
"Aku menyukaimu karena kamu imut sekali." ucap Dichan sambil ngosokan hidungnya ke hidung kelinci tersebut.
Seketika asap muncul dari badan kelinci tersebut. Dichan terkejut mendapati dirinya tidak lagi memegang kelinci tapi wajah seorang pria berponi samping dengan kedua iris matanya berwarna hijau.
Blush...
Dichan menjerit hingga dirinya jatuh ke belakang dengan rona merah di wajahnya. "So-sora..." ucap Dichan sambil menujuk pada sang pelaku.
"Kau baik-baik saja?" ucapnya hendak mendekati Dichan tapi langkahnya berhenti tak kala Dichan menyurunya berhenti.
"A-aku pergi dulu." ucapnya langsung meninggalkan pria tersebut.
***
Suara pintu di buka dengan keras membuat insan yang berada di dalam ruangan tersebut terkejut.
"A-alicia...*hosh*...kita harus kembali ke dunia kita. "
"Uh? Secepat ini? Tapi-" Dichan berjalan ke arah samping Pink Prince dan mengatupkan kedua tangannya di depan wajah.
"Aku mohon yang mulia Pink Prince, kembalikan kami ke dunia kami."
"Eh? Kenapa harus buru-buru ?"
"Ka-karena..."
"Dichan, kenapa kau kabur dariku?"
"B-Rabbit, ada apa ini?" ucap Pink Prince.
"Maaf yang mulia, saya ingin berbicara dengan Mateku."
"Se-sejak kapan aku jadi matemu ?! " pekik Dichan sambil bersembunyi di balik kursi kosong di sebelah Pink Prince.
Alicia tertawa kecil melihatnya, " Dichan, Sora ingin berbicara padamu loh~" goda Alicia membuat rona merah semakin terlihat jelas di wajah Dichan.
Pria bernama B-Rabbit pun berjalan ke arah Dichan dan Dichan pun segera menjauh darinya.
"Apa kau sekarang membenciku?" ucap B-Rabbit.
"Ti-tidak! Mana mungkin aku membencimu."
"Jadi, kenapa kau menjauhiku ?"
"I-itu ka-karena..." B-Rabbit kembali berjalan mendekati Dichan dan langsung Dichan menjauh darinya.
"Dichan itu pemalu makanya dia seperti itu." ucap Alicia.
"Aku tidak pemalu!"seru Dichan.
Dan makan siang tersebut menjadi waktu yang sangat panjang karena perdebatan Dichan dan B-Rabbit yang tidak ada habisnya membuat, baik Pink Prince dan Alicia hanya mengelengkan kepala.
***
Dichan, Alicia, B-Rabbit, Pink Prince, Gryphon dan Werewolf kini sedang berada di depan sebuah pohon besar yang di tengah batang pohon tersebut terdapat lubang seperti pintu yang akan membawa mereka kembali ke tempat asal mereka.
"Lain kali datanglah kemari, kami disini akan menyambut kalian dengan baik." ucap Pink Prince sambil tersenyum.
Membuat Alicia yang melihatnya jadi salah tingkah sendiri. "Tapi, bagaimana kami bisa kembali?" tanya Dichan.
Pink Prince memegang tangan kiri Alicia dan menyematkan sebuah cincin berukir mahkota yang di tengahnya terdapat mata ruby yang indah.
"Aku harap kau suka dengan cincin ini," wajah pink prince di dekatkan ke telinga Alicia, "Datanglah kembali dengan cincin ini di jarimu, sayang." bisik Pink Prince dengan nada sededuktif mungkin, membuat rona merah di wajah Alicia.
Sementara Dichan berusaha menahan tawanya melihat kejadian yang di alami Alicia.
Tanpa sadar B-Rabbit memakaikan sebuah kalung berliontin kelinci di leher Dichan. "Ini untukmu dariku, my mate." bisik B-Rabbit di telinga Dichan, membuat desiran aneh menjalar di sekujur tubuhnya.
"A-apa ?" Dichan pun menoleh ke arah B-Rabbit yang kini tengah tersenyum padanya.
"Waktunya kalian harus pergi, fortalnya tidak akan bertahan lama." ucap Pink Prince.
"Arigatou minna." ucap Dichan sambil membungkukan badannya.
"Bye bye semua." ucap Alicia berjalan menuju fortal di tengah pohon tersebut sambil melambaikan tangannya pada mereka. Mereka berdua pun masuk ke dalam fortal tersebut.
"Hei, Alicia bangun."ucap seseorang sambil menguncangkan bahu Alicia.
Baik Alicia maupun Dichan terbangun dari tidur mereka. "Ugh...kalian? Sedang apa disini?" ucap Alicia.
" Kami tadi menghubungimu, tapi kau malah tidak mengangkatnya makanya kami kesini." ucap Shita
"Kalian aneh sekali bisa tidur di bangku luar seperti ini." ucap Aika.
"Kenapa kalian ada disini?" ucap Dichan membuat Alfiana mengendus geli.
"Yah ampun Dichiany, kau tidak dengar apa yang barusan Shita bilang." Dichan hanya berguman tidak jelas.
"Woha...Alicia cincinnya cantik sekali, beli dimana? Berapa harganya? Ini emas apa perak? "ucap Nancy sambil menarik tangan Alicia.
"Eh? Ini...pemberian dari seseorang," semua yang ada disana pada men-cie-ria pada Alicia.
"Apa-apaan sih, ini tidak seperti yang kalian pikirkan."
"Jangan-jangan Alicia sudah tuanangan cieee..." ucap Nancy.
"Tidak!"
"Hei, hei, sebelum ini semakin panjang, Dichan punya kalung baru loh." ucap Alfiana membuat yang lain malah men-cie-in Dichan.
"Apa yang kalian 'cie-in', ini mamaku yang memberikannya." semua yang mendengar pun pada ber-oh-ria minus Alicia.
"Benarkah? Padahal ini bukan hari ulang tahunmu kan." ucap Aika.
"Memang, tapi kan tidak selalu saat ulang tahun mendapatkan hadiah, bukan." ucap Dichan.
"Iya juga sih." ucap Aika.
"Alicia, suru teman-temanmu untuk masuk." ucap ibunya Alicia dari dalam rumah.
"Iya," ucap Alicia setengah teriak.
"Ayo semuanya." ucap Alicia sambil beranjak dari tempat duduknya.
Ketika Alicia sampai di depan pintu, Dichan memegang tangan Alicia membuatnya menoleh pada Dichan.
"Ada apa?"
"Sstt...Sudah resmi yah menjadi waifunya Enju." bisik Dichan membuat Alicia sedikit merona.
"Memang sudah dari dulu kan," ucap Alicia membut Dichan tertawa kecil .
"Iya deh, iya."
"Hai, apakah kalian berdua masih di sana terus sampai pagi?" ucap Alfiana.
"Eh-iya." ucap Dichan Dan mereka berdua pun segera masuk ke dalam rumah.
The End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top