Bagian 2: Cheshire Cat
Mereka berdua mengejar kelinci berbulu hitam keabu-abuan. Hingga dirinya berhasil kabur lewat pintu kecil seukuran dirinya dan tertutup dengan sempurna. Pintu itu berada di batang pohon besar yang di kiri-kananya terdapat bunga mawar merambat dengan duri besar yang tersebar pada mawar tersebut.
Untunglah Alicia dapat mengerem larinya hingga dirinya tidak mencium manisnya batang pohon besar. "Alicia !"
"Dicha-" terlambat. Dichan yang tidak mampu mengerem larinya membuatnya menabrak Alicia yang hampir tersungkur kedepan.
"Dichan ! Kau hampir membuatku tersungkur kedepan.!"
"Hehehe...maaf deh."ucap Dichan sambil nyengir
"Mana Kelinci itu?" ucap Dichan sambil melihat sekeliling.
"Dia berhasil kabur lagi, bagaimana kita bisa masuk ke dalam pintu kecil itu, " Alicia menarik kenop pintu kecil tersebut.
" Pintunya terkunci, pasti kuncinya ada disekitar sini. "
Dichan melihat sebuah kunci tergantung di dahan pohon. Pasti itu kuncinya batin Dichan. Segera Dichan berjalan mendekati dahan pohon tersebut dan berusaha meraih kunci tersebut, namun kunci itu malah terlempar ke arah lain.
"Alicia, ambil kuncinya." Mendengar itu Alicia pun melompat lompat mengambil kunci tersebut. Hingga tanpa sadar mereka berdua terantuk kerena terlalu fokus mengambil kunci tersebut.
Keduanya mengaduh kesakitan hingga suara tawa terdengar entah dari mana.
"Ahaha... Kalian seperti anak kucing yang sedang bermain dengan mainanya. Ayo, ayo lagi." ucap pria bersurai pirang sedang duduk di atas dahan pohon sambil memainkan kunci yang menjadi incaran kedua gadis tersebut.
"Tamaki. "ucap Dichan dan Alicia serempak.
"Heh~ Siapa itu Tamaki? Apa aku ? Aha...bukan, namaku Cheshire Cat."
"hah? Cheshire?"
"Jadi Tamaki?"
"Iya, eh? Bukan Dichan, Tamaki jadi Cheshire."
"Oh...iya."
"Heh~ kalian berdua Alice yah. Selamat datang di Wonderland. Kalau kalian ingin kunci ini maka, berikan potongan kue mengecil dan membesarkan tubuh kalian itu dan kalian akan mendapatkan kuncinya." seru Cheshire dengan semangat.
"Tunggu, bukannya cheshire itu adalah kucing, bukannya manusia." ucap Dichan
"Tentu saja, aku kucing. Ini hanya perubahan wujud menjadi manusia untuk sementara saja" Cheshire pun berputar hingga dirinya hilang.
"Jadi bagaimana? " Cheshire muncul di tengah-tengah Dichan dan Alicia dalam wujud kucing berbulu priang.
"Baiklah,"Dichan segera mengeluarkan kedua potongan kue yang berbeda fungsi tersebut. Ketika tangan Cheshire ingin menyentuh kue yang Dichan pegang, segera dichan menjauhkannya dari Cheshire.
"Eits..kuncinya tuan Cheshire."
"Tidak...kuenya dulu."
"Tidak, kuenya nona Alice merah."
"Tidak, kuncinya dulu, baru aku akan memberikan kue ini"
"tidak, kue dulu."
"Kunci dulu"
"Kue dulu"
"Kunci !"
"Kue !"
"Kunci ! "
"Kue !"
"Kunci !"
"CUKUP! " Alicia pun langsung mengambil dua kue yang di pegang Dichan dan kunci yang di pegang cheshire dan menukarnya pada dua mahkluk yang asik bertengkar.
" Sudah, selesaikan. "
"Terima kasih"Cheshire pun hilang bersama dua kue yang kini di bawanya.
"Alicia, apa yang kau lakukan?."
"Melakukan yang seharusnya terjadi. Kalian berdua dari tadi berdebat masalah kunci diluan, kue diluan, biar adil aku mengambilnya dan langsung memberikannya pada kalian. Selesai kan." Dichan mengendus sebal sambil memijit keningnya.
"Iya selesai. Tapi, apa kita berdua bisa masuk ke pintu yang sebesar tubuh kelinci ini tanpa kue itu?" Alicia tampak berpikir sejenak dan langsung menepuk jidatnya.
"Oh iya,Jadi gimana nih?"
Dichan pun mengambil sesuatu dari kantongnya yaitu potongan kue yang di bawa oleh Cheshire Cat tapi dalam bentuk potongan kecil.
"Loh, bukannya kue tadi ada bersama Cheshire Cat?" tanya Alicia.
"Saat berdebat tadi, aku diam-diam menganbil potongan kue ini tapi ketika mau mengambil potongan kue yang kiri, Alicia mengambilnya dan memberikannya pada si Tamaki itu." ucap Dichan cemberut.
"hehehe...peach."
"Jadi, ini hanya bagian kue yang kanan?" Dichan hanya mengangguk.
"Mau gimana lagi, kita harus melewati ini." Dichan pun membelah kue tersebut menjadi dua dan memberikannya pada Alicia.
Mereka berdua pun memakan kue tersebut. Perlahan tubuh mereka menyusut setinggi kelinci dan berjalan menuju pintu.
"Dichan, kuncinya." ucap Alicia.
Dichan pun memberikan kunci tersebut pada Alicia dan mereka pun melewati pintu tersebut. Sejauh mata memandang hanya ada tumbuhan besar tinggi menjulang dan semak-semak lebat berdaun besar. Mungkin karena faktor tubuh mereka yang mengecil membuat apa yang di lihat mereka semua berukuran besar.
"Nah, sekarang bagaimana kita menjadi besar kembali? " ucap Dichan.
Alicia terlihat berpikir kerasa dan berakhir dengan gelengan pelan olehnya. "hm..Alicia, apa kau ingat Alice mendapatkan ukuran tubuhnya kembali setelah bertemu dengan ulat yang menyurunya untuk makan sisi-sisi jamur?"
"Iya sih, tapi dimana kita akan bertemu dengannya?" ucap Alicia.
Dichan terlihat kebingungan dan tidak lama terdengar suara orang bernyanyi. "Alicia, kau dengar? ....seperti ada yang bernyanyi," Dichan menutup kedua matanya untuk mempertajam pendengarannya.
"Kau benar. Ayo, kita lihat siapa yang bernyanyi." ucap Alicia sambil berjalan ke arah nyanyian tersebut.
Mereka pun tiba di depan sebuah rumah minimalis yang terbuat dari wafer. Dengan atapnya yang terbuat dari batangan cokalat yang pipih.
"Kenapa ada rumah kue di sini?" ucap Alicia.
"Entahlah, apa kita harus pergi kesana?"
"Kita coba saja." Alicia berjalan mendahului Dichan mendekati rumah Wafer tersebut.
Ketika Alicia hampir sampai di depan pintu mendadak pintu itu terbuka menampilkan sosok laki-laki bersurai hitam dengan kedua iris matanya yang berwarna nila.
"Oh? Kau siapa?" ucap pria tersebut.
"Mi-minato?!"
"Minato? Um...aku?"ucapnya sambil menunjuk diri sendiri.
"Wah...ada Minato disini, senangnya. Kyaa.. Kamu imut." ucap Dichan yang kini berada di depan pria tersebut dan langsung mencubit pipinya.
Sebuah asap muncul dari tubuh pria tersebut, ketika asap itu mulai menghilang, Dichan langsung mundur seribu langkah hingga dirinya terduduk di tanah dengan wajah pucat.
"ugh ! Apa yang kau lakukan nona?! Lihat, wujudku kembali seperti semula." ucap pria yang kini berubah menjadi ulat.
"Hiya !!! DEMI KUE NASTAR APA YANG TERJADI PADAMU MINATO-KUN !!"
"Apa yang kalian bicarakan? Aku harus kembali membuat ramuannya." ucapnya kembali masuk ke dalam rumahnya yang terbuat dari wafer tersebut.
Alicia pun masuk kedalam rumah wafer tersebut. Semua alat-alatnya terbuat dari cokalat dan permen. Alicia kembali melihat ulat tersebut sedang mengaduk-aduk isi dalam paci tersebut.
"Maaf, apa kau bisa membantu kami membuat tubuh kami berdua menjadi semula?"ucap Dichan yang kini berada di sebelah Alicia.
"Ambilkan aku toples yang berada di dekatmu."
Dichan dan Alicia pun melihat dimana toples yang di maksudkan tersebut. Alicia menemukan beberapa toples yang tersusun di meja tepat di sebelah kirinya. Alicia pun mengambil toples yang pertama.
"Bukan yang itu, yang di sebelahnya." Alicia menurutinya dan memberikannya pada ulat tersebut.
"Bagaimana ini?"bisik Dichan pada Alicia.
"Entahlah, berdoa saja dia mau menolong kita." ucap Alicia.
Ulat itu terlihat mengambil cairan yang kini tengah di masaknya dan memasukannya ke dalam wadah berbentuk tabung kecil memanjang. Di kocoknya isi dalam tersebut hingga berubah warna. Ulat itu terlihat mengambil sesuatu di lemari atasnya dan melemparnya ke arah Dichan dan Alicia. Dengan sigap Alicia berhasil menangkapnya.
"Ambil itu, kalian berdua bisa kembali seperti semula dengan itu." ucapnya sambil meneguk cairan yang tadi di buatnya.
"Benarkah? Serius nih?"ucap Alicia semangat.
Gumpalan asap keluar dari tubuhnya, wujudnya kembali menjadi manusia. "Kalian ingin aku berubah pikiran ?"
"Tidak tidak tidak terima kasih Mina-maksudku tuan Ulat"ucap Alicia senang ingin memeluk pria tersebut tapi di tahan oleh pria tersebut.
"Jangan buat aku membuat ramuan itu lagi !. Pergilah, sebelum aku mengubah kalian menjadi ulat juga." ucapnya dengan nada mengancam.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak." ucap Dichan sambil tersenyum senang.
"Terima kasih" kali ini Alicia yang tersenyum senang membuat rona merah samar di kedua pipi pria tersebut.
"Su-sudahlah pergi sana. Kalian mengangguku."
Kedua gadis itu pun keluar dari sana sambil tertawa cekikian. " Pufftt... Dimana-mana Minato tsundere."
"Kau benar, dan sedikit mengerikan sih Minato bisa berubah seperti itu."
"Bukannya, dia itu Husbandomu." Alicia memukul pelan Dichan.
"Sudahlah, ayo kita minum ini." Alicia membuka penutup botol tersebut dan meneguknya hingga setengah.
Dichan mengambil botol tersebut dari Alicia dan meneguknya hingga habis. Akhirnya mereka berdua pun akhirnya mendapatkan ukuran tubuh mereka semula.
"Kupikir aku bakalan sedikit lebih tinggi gara-gara minum ini ternyata enggak." ucap Alicia.
"Hehehe...dia kan memberi kita ramuan kembali seperti ukuran semula bukan ramuan penambah tinggi badan." Alicia yang mendengar itu hanya cemberut.
"Lebih baik kita lanjutkan perjalan kita, ayo." Ucap Dichan langsung lari meninggalkan Alicia.
"Eh? Tunggu aku Dichan."
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top