BAB 1 JENDERAL LEE IN HWAN
Trang. Trang. Trang.
Terdengar dentingan pedang yang beradu, dua orang tengah beradu pedang di tengah lapangan. Trang. Trang. Trang. Bugh.
Suara tepuk tangan dibelakangnya membuat Jenderal Lee berbalik, ia membungkuk sebentar lalu menghampiri Yang Mulia Raja Kim.
"Hormat Yang Mulia." Kata Jenderal Lee.
Yang Mulia Raja Kim tersenyum kemudian mengacungkan jempolnya. "Kamu semakin hebat, Jenderal Lee. Sepertinya kapan-kapan kita harus berlatih bersama." Kata Raja Kim.
Pangeran Kim Ye Sung mendapat gelar Raja setelah Yang Mulia Raja Kim Jiang wafat karena sakit, lima tahun setelah kejadian kebakaran rumah keluarga Gyu.
Oleh karena itu, sebagai putra mahkota Pangeran Kim Ye Sung segera di nobatkan menjadi Raja Kerajaan Yeongsan yang baru.
Jenderal Lee mengambil pakaiannya lalu mengenakannya, setelah itu ia mengajak Raja Kim ke tenda yang terletak tidak jauh dari sana. Seorang pelayan menuangkan minuman ke dalam cangkir.
Raja Kim mengambil cangkir lalu meminumnya hingga habis, matanya menatap jauh ke atas bukit yang terletak di belakang Istana. Jenderal Lee menoleh kearah yang sama.
"Pasti akan sangat menyenangkan jika Gyeong Woo ada disini bersama kita." Kata Raja Kim.
Jenderal Lee menggenggam erat cangkir yang kini ada di tangannya.
"Apa kamu tidak ingin menikah?" tanya Raja Kim.
Melihat Jenderal Lee yang terdiam, Raja Kim menghela napas panjang, "Jangan menyalahkan dirimu terus menerus, kita bukan dewa yang bisa menyelamatkan semua orang. Masa depanmu terbentang luas di depan."
"Bagaimana kabar permaisuri?" tanya Jenderal Lee mengalihkan pembicaraan.
"Baik-baik saja, permaisuri tengah mengandung. Pengawalan di perketat, entah apa yang dipikiran orang-orang kejam itu. Mereka bersaing untuk mendapatkan jabatan, harta dan kekuasaan." Kata Raja Kim.
Jenderal Lee terkenal berhati dingin, tegas dan kuat. Sejak kejadian kebakaran dulu, ia semakin mengasingkan diri, yang dilakukannya hanya berlatih dan berlatih. Katanya hal itu dilakukan karena rasa bersalahnya pada Yeon Hwa.
"Bagaimana dengan persiapan perang di selatan?" tanya Raja Kim.
"Persiapan sudah sembilan puluh persen, kami berangkat lusa." Jawab Jenderal Lee.
"Aku percaya padamu, aku hanya ingin bilang, jangan hidup dibawah bayang-bayang masa lalu."
***
"Selamat malam, Yang Mulia." Permaisuri Areum menghampiri Raja Kim yang baru masuk.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Raja Kim Ye Seung.
"Aku dan calon Pangeran baik-baik saja. Terima kasih, Yang Mulia sudah memberikan beberapa pengawal untukku." Kata Permaisuri.
"Kamu harus menjaga diri dengan baik. Banyak orang yang tidak menginginkan calon Putra Mahkota lahir. Ayo, makan bersama." Ajak Raja Kim.
Permaisuri mengambilkan beberapa makanan untuk Raja Kim. "Aku akan menjaga calon Putra Mahkota dengan baik, Ayahku juga ikut melindungi calon Putra Mahkota kita. Jawab Permaisuri Areum.
Ayah Permaisuri Areum adalah Raja dari kerajaan Yeongsan, pernikahan keduanya tentu untuk saling memperkuat wilayah kerajaan masing-masing. Meski kerajaan yang dipimpin ayah Permaisuri Areum lebih kecil tetapi, pasukan militer mereka terkenal sangat kuat.
"Terima kasih." Jawab Raja Kim. Ye Seung.
"Apakah perang di selatan membutuhkan bantuan prajurit kami?" tanya Permaisuri.
"Untuk saat ini tidak perlu, Jenderal Lee in Hwan pasti bisa mengatasinya." Jawab Raja Kim Ye Seung.
"Tapi Yang Mulia, hamba mendengar prajurit dari kerjaaan Junjia sangat kuat, aku hanya khawatir prajurit kita tidak dapat mengatasinya." Kata Permaisuri Areum khawatir.
"Aku juga sudah mendengar hal itu, aku sudah mendiskusikannya dengan Jenderal Lee in Hwan. Jangan terlalu kahwatir, pikirkan diri kalian berdua." Kata Raja Kim memegang tangan Permaisuri.
"Baik, Yang Mulia." Kata Permaisuri Areum.
***
Suasana Istana di malam hari sangat sepi, seseorang dengan pakaian serba hitam dan tertutup berlari di atas atap, ilmu terbangnya sangat ahli, gerakannya halus nyaris Bersatu dengan angin.
Wussh.
Orang itu menelungkup di atas atap ketika dua prajurit yang tengah berpatroli melintas. Setelah prajurit itu terlihat menjauh, ia kembali berlari dengan cepat. Wusshh. Ia turun ke bawah kemudian ia mengambil sebuah kunci untuk membuka ruangan didepannya . Di belakang terdengar suara orang yang sedang berbincang. Ia segera mengutak atik kunci itu.
Klek.
Secepat kilat ia masuk kemudian menutup pintu itu kembali.
"Lusa kita akan berangkat perang ke selatan, apakah istrimu sudah mengizinkanmu?"
"Sudah, dia khawatir tapi kita tidak bisa menolaknya.
Samar-samar orang itu mendengar percakapan kedua prajurit itu, ia mengangguk pelan lalu mulai berjalan masuk ke tengah ruangan. Ia mulai mencari-cari di smeua tempat, rak-rak buku dan juga meja yang ada disana. Gerakan tangannya sangat cepat membuka buku-buku itu, tapi sudah begitu banyak buku yang dibukanya ia belum menemukan apa-apa.
Orang itu menghela napas Panjang, ia terlihat putus asa lalu ia kembali mencari ke segala penjuru, sampai akhirnya ia menemukan beberapa lembar kertas yang dicarinya. Ia menyelipkan kertas-kertas itu dibajunya lalu keluar dari ruangan itu.
Keesokan harinya, berita kantor kehakiman yang dimasuki penyusup tersebar, seluruh Perdana Menteri diminta menghadap ke hadapan Raja.
"Hormat pada Yang Mulia Raja. Semoga Paduka Raja selalu dilimpahkan kesehatan, umur yang panjang."
Tanpa basa basi, Raja Kim langaung bertanya, "Bagaimana bisa kantor kehakiman di masuki penyusup?" tanya Raja Kim Ye Seung dengan marah.
"Ampun Yang Mulia, maafkan kelalaian kami." Kata Perdana Mentri Lee Hajun. sembari berlutut dihadapan Raja.
"Apakah penjagaan kantor kehakiman selemah itu? Sampai-sampai dimasuki oleh penyusup dengan mudah." Kata Perdana Mentri Han.
"Penjagaan kami sudah ketat, tapi mungkin beberapa prajurit kami sibuk mmepersiapkan diri untuk berangkat perang besok." Bela Perdana Mentri Lee Hajun.
"Sudah cukup, apa yang hilang?" tanya Raja Kim.
Hening, mereka menunggu Perdana Mentri Lee Hajun berbicara.
"Apa yang hilang?" tanya Raja Kim dengan suara berat.
"Ampun Yang Mulia, yang hilang beberapa berkas tentang kasus kebakaran rumah keluarga Gyu sepuluh tahun yang lalu."
"Apa?"
Semua orang yang ada disana sama-sama terkejut, mereka kembali mengingat dan membicarakan kasus kebakaran rumah keluarga Gyu. Mereka penasaran siapa yang mengambil berkas-berkas itu? Untuk apa? Bukankah anggota keluarga Gyu semuanya sudah tewas dalam kebakaran itu.
Para penduduk disana melihat dengan jelas semua anggota keluarga saat itu ada di rumah. Yang terakhir masuk ke dalam rumah itu adalah putri keluarga Gyu yaitu Gyu Yeon Hwa. Dan tidak ada yang keluar ataupun masuk ke dalam rumah itu.
"Diam." Hardik Raja Kim meminta semua Perdana mentrinya untuk diam.
"Untuk apa orang mencuri berkas kebakaran yang terjadi sepuluh tahun yang lalu?" tanya Raja Kim.
"Ampun Yang Mulia, kami akan segera menyelidikinya." Kata Perdana Mentri Lee Hajun.
***
"Kamu sudah dengar yang terjadi di kantor Kehakiman?"
"Sudah." Jawab Jenderal Lee.
"Menurutmu apa yang sedang terjadi?" tanya Raja Kim.
Jenderal Lee nampak berpikir, "Hamba benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, tapi untuk apa seseorang mencuri berkas kasus kebakaran rumah keluarga Gyu yang terjadi sepuluh tahun yang lalu? Tidak hanya itu, di dalam berkas itu juga terdapat bukti-bukti tentang pengkhianatan keluarga Gyu terhadap Raja." Balas Jenderal.
"Apa kamu percaya tentang tuduhan itu?" tanya Raja Kim.
10 tahun yang lalu
"Hormat pada Yang Mulia Raja.."
Semua perdana mentri yang hadir memberi hormat pada Raja. Perdana mentri Lee langsung menyerahkan bukti-bukti kepada Raja tentang pengkhianatan yang dilakukan Perdana Mentri Gyu, Perdana mentri Gyu dituduh telah menyalahgunakan uang Istana yang digunakan untuk persediaan alat-alat perang dan dapur Istana.
"Perdana Mentri Gyu tidak mungkin melakukan hal itu, mohon Yang Mulia Raja melakukan penyelidikan ulang. Hamba yakin pasti ada kesalahan." Kata Perdana Mentri Ming.
Perdana Mentri Lee tersenyum sinis lalu menatap Perdana Mentri Ming, "Bukti sudah ada kenapa anda yakin kalau terjadi kesalahan? Apakah kalian bekerja sama?"
"Kamu ..."
"Sudah hentikan, kita harus memanggil Perdana Gyu kemari, dan kenapa kalian tidak mengundangnya?" tanya Raja.
"Ampun Yang Mulia, kami sudah mengirimkan pesan tapi sepertinya beliau memang tidak mau hadir."
Disaat perdebatan yang begitu sengit tiba-tiba seorang pengawal masuk, "Lapor Yang Mulia, kediaman rumah keluarga Gyu terbakar habis, semua .... Anggota kelurga Gyu meninggal dunia."
"Apa?" seru Raja dan semua perdana mentri yang hadir disana.
"Apakah keluarga Gyu tidak berani menghadapi keslaahannya? Sampai-sampai mengajak seluruh keliuarganya untuk bunuh diri."
"Diam, anda tida berhak menuduh keluarga Gyu seperti itu." Kata Perdana mentri Ming.
"Perdana mentri Ming, tolong cari tahu apa yang terjadi?" perintah Raja.
"Baik Yang Mulia." Kata Perdana Ming. Seluruh Perdana mentri sayap kanan segera bergegas menuju rumah keluarga Perdana Menttri Gyu.
"Yang lain, bubar." Lanjut Raja.
Seluruh Perdana Mentri sayap kiri menunduk kemudian mundur keluar dari ruang siding.
***
"Kita masih kecil waktu itu, banyak hal yang tidak kita mengerti, Yang Mulia." Kata Jenderal Lee.
"Lalu, apakah orang yang mencuri berkas itu mengerti apa yang terjadi? Penduduk disekitar juga marah dan tidak percaya dengan dekrit yang dibacakan oleh Istana waktu itu." Jawab Raja Kim.
"Kemungkinan, ada orang yang ingin membersihkan nama baik keluarga Gyu, tapi siapa?" tanya Jenderal Lee.
Mereka berdua terlihat sama-sama memikirkan segala kemungkinan yang terjadi.
"Kita tunggu apa yang akan dilakukan orang itu lagi, aku yakin ini hanya permulaan." Jawab Raja Kim.
"Benar apa kata Yang Mulia, kita tunggu langkah dia selanjutnya." Kata Jenderal Lee.
"Apakah pasukan sudah siap?" tanya Raja Kim.
"Sudah, kami akan berangkat tengah malam nanti, mohon doa Yang Mulai Raja." Kata Jenderal Lee.
"Aku selalu mendoakanmu, kamu bukan sekedar Jenderal, kamu adalah saudara dan juga sahabat bagiku. Kalau kamu butuh bantuan kamu harus segera mengirim pesan." Kata Raja Kim.
"Terima kasih banyak Yang Mulia Raja, semoga anda selalu sehat dan Panjang umur." Kata Jenderal Lee sebelum undur diri.
***
Makasi yang udah baca and ninggalin jejaknya yaaa ;)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top