4. Esok Pasti Jumpa

"Lo yakin ini profil mereka? Nggak salah kan? Apa lo salah ketik keyword waktu nyari di search google engine?" Janina memandangi dua lembar kertas berisi profil Sunda Kelapa. Ada tiga personil, dan salah satunya tidak asing lagi untuk Janina.

"Kenapa sih, emangnya? Gue yakin, kok! Gue udah kepo official twitter mereka juga. Emang bener!" Nandia menunjuk-nunjuk kertas yang dipegang Janina. "Dan ini list pertanyaannya." Diulurkannya selembar kertas berisi daftar pertanyaan.

"Gue mah, kenal kalo sama yang ini!" Janina menunjuk salah satu foto.

"Mana? Siapa? Oh, si Andrew ini? Lo kenal dimana?"

"Dia ini Abangnya si Kanya. Minggu lalu gue pulang di anter dia sama Kanya, terus mampir ke coffee shop punya dia."

"Wah!" Nandia menepuk-nepuk tangannya. "Tangkepan lo bagus juga. Hahahaha. Dunia sempit banget, ya."

Janina tertawa. "Iya, emang. Udah sana! Gue mau mempelajari ini dulu, biar ntar gue nggak salah."

"Eh, anyway, si Andrew ini katanya most wanted bachelor, lho."

Janina memutar bola matanya. "Ya, terus gue harus apa? Udah ah, sana! Lanjutin kerjaan lo yang lain!" Janina mengibas-ngibaskan tangannya dan Nandia terkikik geli lalu kembali ke kubikelnya. 

Janina membaca dengan seksama profil dari personil Sunda Kelapa ini, dan saat membaca profil Dru dia teringat akan pertemuan kedua mereka di Kota Koti. Malam itu, Janina akhirnya pulang tengah malam dan Dru mengantarnya pulang. Dan, Kanya juga sering sekali mengirimkan pesan kepadanya. Terkahir dua hari lalu, Kanya mengajaknya ketemuan di McD sepulang sekolah. Janina sempat bertanya kenapa gadis itu tidak dijemput Abangnya. Kanya menjawab jika Abangnya lagi ada kerjaan dengan sepupunya dan dia akan dijemput supir selepas bertemu dengan Janina.

Selama pertemuannya dengan Kanya siang lalu, gadis manis berkucir kuda itu tak henti-hentinya bercerita tentang Abangnya yang beginilah dan begitulah. Janina menanggapi sekenanya sembari menikmati kentang gorengnya.

"Abang tuh ya, Mbak, orangnya super rapih. Semua barang diletakkan pada tempatnya, semacem penyakit gitu deh!" Janina tergelak. "Misal nih ya, aku lagi nonton film yang diputer Fox Movies atau HBO sambil makan chips atau pop corn dan remah-remahnya ngotorin sofa atau karpet, itu Abang ngomelnya udah ngalah-ngalahin Bunda! Itu mulut ngomel, tapi akunya nggak peduli. Ntar dia tiba-tiba ambil sapu atau vacuum cleaner dan dia bersihin. Mulutnya mah, tetep!"

Kanya menelan makanannya lalu melanjutkan. "Kamar dia yang di rumah itu, rapiiiii banget! Kalah deh, kamar aku. Aku rapi semenit, habis itu udah kayak kapal Titanic nabrak karang es. Ntar yang beresin si Bibi. Kalau ketahuan Abang, nih! Aku yang dimarahin terus aku disuruh beresin sendiri dan bilang,'kamu ini anak gadis tapi males banget!' gitu. Bunda aja cuman bilang, 'Nya, beresin kamar!' udah gitu aja. Mau aku yang beresin apa si Bibi, Bunda juga nggak peduli."

"Nih, ya Mbak, jadi Abang itu mainnya sama sepupu yang hampir seumuran sama dia. Tiga orang. Kalo udah kumpul, udah deh, jangan harap ada ketenangan! Mereka itu dari kecil sampe sekolah barengggg mulu." Kanya lalu mengibas-ngibaskan tangannya. "Kalo Mbak Janina gimana?"

"Hah? Gimana... gimana maksudnya?"

"Maksud aku, tipe orang kayak Abang atau aku? Yang rapihan apa berantakan?"

Janina nyengir lebar. "Aku malas kalau suruh bersih-bersih. Ngumpulin niatnya itu lhooo... susah! Hahaha. Tapi sekalinya niat, semua aku beresin. Rapi!" Kanya terkikik geli dan kembali mengalir cerita tentang Dru.

***

"Jan, Sunda Kelapa udah di ruang meeting. Lo temuin dulu, deh! Tiga puluh menit lagi kita on-air." Janina menganggukkan kepalanya lalu merapihkan kertas yang berserakan di meja kubikelnya dan berjalan mengikuti Nandia yang sudah masuk ke dalam meeting room.

Saat Janina masuk, dia langsung mendapati Dru menyapanya dengan senyum hangat. Janina lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Nggak nyangka, ternyata kamu personil dari Sunda Kelapa."

Dru meraih tangan Janina dan menjabatnya. "Dan saya juga nggak nyangka bakal diundang ke acara kamu."

Janina tersenyum saja lalu menyapa dua personil yang lain. Dia kemudian mengambil duduk di dekat Dru sementara Nandia sudah kembali ke ruang siaran untuk mempersiapkan acara Starry Night.

"Oh iya, kalian nanti mau nyanyi lagu apa? Saya belum tahu. Nandia katanya juga nggak dapat info kalian mau nyanyi lagu apa."

Dru berdehem sejenak lalu menjawab pertanyaan Janina, "nanti saja kami beri tahu, kejutan." 

"Iya, kejutan. Biar seru! Dru bilang sih, gitu."

Janina menatap seorang pria dengan kemeja flanel yang semua kancingnya terlepas menunjukkan kaos berlogo Captain America. "Ryan kan, ya?" Pria itu mengangguk. "Yang satunya... Miku." Pria yang duduk diseblah Ryan dengan hanya mengenakan kaos hitam itu mengangguk kalem.

"Miku ini pemalu, Jan." Sahut Ryan sembari menepuk bahu Miku. "Kadang malu-maluin juga. Hehehe. Dia lebih pendiam. Jadi, sabar aja kalau ntar tanya-tanya sama dia cuman dijawab pake alis naik-turun."

Janina tertawa kecil. "Pantas saja walaupun band Indie tapi kalian punya groupies yang lumayan banyak, orang personilnya ganteng-ganteng begini." Janina memuji secara terang-terangan.

"Jangan sampe naksir ya, Jan. Gue sama Miku uda punya cewek, gue nggak mau khilaf kalo lo manis begini." Gantian Ryan melontarkan pujian. "Tapi kalo lo naksir Dru sih, nggak masalah. Ganteng-ganteng begitu dia jomblo nggak laku. Hahahaha."

Janina melirik Dru dengan mata menyipit karena tertawa kencang. Dru sendiri hanya memberengut kesal dan siap melahap Ryan hidup-hidup.

"Ampun, Bos! Ntar gaji gue nggak cair lagi nih!"

***

 "Halooo, selamat malam! Welcome back with Janina di program kesayangan kita, Starry Night! Sesuai janji Janina minggu lalu, akan ada bintang tamu spesial yang akan menemani Janina selama 60 menit kedepan di Senin akustik ini." Janina kemudian melirik Mas Sandi yng berada di ruang kontrol dengan pembatas kaca. Mas Sandi mengacungkan jempolnya kemudian Janina mengangguk singkat. "Oke, untuk mengawali Starry Night, Janina akan memutarkan lagu Ain't the One dari Jamie Aditya. Tau kan, Jamie Aditya? Mungkin angkatan Janina tahu siapa Jamie ini, hahaha. Jamie Aditya itu dulu VJ MTv Indonesia dan Asia, pernah jadi juri Indoensian Idol juga. Janina sendiri nggak nyangka sih, suara Jamie bisa se-asyik ini. So... what are we waiting for? Jamie Aditya with Ain't the One, enjoy it!"

Lamat-lamat lagu tersebut mengalun dibarengi Dru, Miku, dan Ryan yang memasuki ruang studio. Ketiganya duduk berjajar didekat Janina dan mengenakan headset masing-masing. "Nggak usah gugup, ya! Santai aja. Anggap aja Janina ngajakin kalian ngobrol."

Dru dan Miku menganggukkan kepalanya bersamaan, sementara Ryan mengacungkan kedua jempolnya.

"Kalian tetep nggak mau bocorin lagunya apa?"

"Nggak. Nanti aja dengerin." Jawab Dru.

"Lagu cover kayak biasanya, apa... lagu kalian sendiri nih, jangan-jangan."

"Ada deh!" Ryan menyahut seraya tersenyum geli.

Mas Sandi lalu kembali memberikan kode, dan Janina segera memakai headset yang sempat dia lepaskan. Dilihatnya Mas Sandi menghitung mundur dari lima menggunakan jarinya.  Saat hitungan berakhir dan Mas Sandi kembali mengulurkan jempolnya, Janina kembali menyapa.

"Yap, Jamie Aditya with Ain't the One. Nah, sekarang di studio sudah ada tiga cowok cakep yang bakal menemani Janina. Let's present Sunda Kelapa!"

"Wohooo! Haloo!" Ryan bertepuk tangan heboh dan menyapa dengan heboh pula. "Kami dari Sunda Kelapa!"

"Hahahaha," Janina tertawa ringan melihat tingkah Ryan. "Oke, sekarang kalian perkenalkan diri kalian dulu kali, ya? Dimulai dari siapa, nih? Dru mungkin?"

Dru mendekatkan bibirnya pada mic, "Halo, gue Dru pada vokal dan gitar."

"Gue Miku di bass."

"Dan gue Ryan di gitar!"

"Oke! Buat Starlight yang mau ikutan ngobrol bareng Sunda Kelapa atau mungkin groupies Sunda Kelapa yang pengen nimbrung juga, bisa telpon ke line telpon kami di 021-5489090 atau bisa mention kami di @SkyHighRadio dengan hastag #StarryNightSundaKelapa juga mention ke official twitter Sunda Kelapa di @SundaKelapaID." Janina kemudian membalik script-nya dan mulai mengajukan pertanyaan kepada Sunda Kelapa. "Sebenernya Janina penasaran banget, nih! Kenapa kalian menamai diri kalian Sunda Kelapa?"

"Sederhana saja sih," Dru berdehem sejenak. "Kita ini asalnya dari Jakarta semua. Gede di Jakarta dan main-main juga di Jakarta. Sunda Kelapa adalah cikal-bakal nama Jakarta, yang sebelumnya Jayakarta. Ya, se-simple itu aja sih. Hehehe."

Janina teringat bagaimana Dru memberi nama coffee shop-nya dengan Kota Koti. Jadi, kalau boleh Janina menyimpulkan, Dru ini mempunyai jalan pikir yang begitu sederhana. Nggak rumit dan muluk-muluk.

"Wow, bahkan mungkin orang lain nggak kepikiran." Janina kemudian melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. "Kalau boleh dibilang, kalian ini kan, nge-topnya mirip sama Boyce Avenue ya, lagu yang kalian gubah jadi aliran folk ternyata enak juga. Sementara lagu kalian sendiri baru ada satu album, ya? Full album? Apa mini album, sih?"

"Baru mini album, kok. Ada lima lagu didalamnya." Miku menjawab dengan kalem.

"Terus kapan ada project album baru yang mungkin full album gitu?"

"Planning sih, belum ada. Tapi kita--gue sama Miku--minta do'a dari Nyiur supaya si Dru mau bikin full album. Maklum lah, bapak yang satu itu sibuk sama project lain, kita di anak tirikan."

"Masa sih? Anyway, sibuk apa sih, Dru?"

"Apa ya?" Dru menggaruk pelipisnya. "Sebenarnya, Sunda Kelapa ini, project iseng sih. Gue sama Ryan ini temen SMP, kebetulan tetanggan. Terus awalnya kita iseng gitu sok-sok bikin video cover lagu. Dari situ gue kenal Miku dari Ryan. Projectnya sih, dimulai sepulang gue dari London. Terus habis itu gue bikin label rekaman sendiri yang membawahi beberapa grup musik indie. Sebenernya Miku sama Ryan ini kebanyakan bantu gue di balik layar. Mereka dibagian produksi juga. Jadinya ya, gitu deh! Gue, Ryan sama Miku keasyikan di balik layar. Itu aja mini album udah setahun lalu. Tapi mungkin, kalo full album... gimana Yan, Mik?"

"Gue sih, ngikut lo aja." Ryan mengedikkan dagunya.

"Ya, ditunggu aja deh. Mungkin tahun depan ada kejutan dari kami."

Janina mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh iya, kenapa groupies kalian dikasih nama Nyiur, sih? Lucu banget!"

"Tadinya sepupu gue mau ngasih nama Es Degan, lebih gila lagi, kan?" Dru terkikik geli mengingat Damian--sepupunya--yang dengan hebohnya memberi nama itu. "Terus gue keingetnya lagunya Pak Ismail Marzuki yang Rayuan Pulau Kelapa, ada satu liriknya, 'nyiur di pantai'. Ya, jadi itu aja. Nyiur. Bahasa filosofi  a la gue sih, yang ndengerin lagu kita bisa sambil santai kayak di pinggir pantai. Hehehe. Miku sama Ryan setuju-setuju aja lagi, ya, daripada repot... itu aja udah."

Janina mau tidak mau tergelak hingga matanya menyipit karena tertawa. "Asatagaa!! Ini pemberian nama yang paling kocak selama yang pernah gue denger! Gue jadi khawatir kalau lo punya anak, bakal dikasih nama se-absurd itu nggak ya?"

"Ya nggak lah!" Sahut Dru cepat.

"Oke, oke, Janina sampe ngakak parah nih! Anyway, di segmen kali akan Janina tutup oleh penampilan dari Sunda Kelapa. Tapi... di segmen selanjutnya, Janina akan kembali lagi bersama Sunda Kelapa sekaligus bacain mention kalian yang, ya ampunnnn... udah banyak banget! Sama nanti akan ada satu penelpon yang ikutan gabung bareng kita! So we'll be right back! Don't go anywhere and please welcome, Sunda Kelapa!"

Dru, Ryan dan Miku segera bersiap-siap dengan alat musik mereka. Dru dan Ryan dengan gitarnya dan Mika dengan bass-nya. Janina sudah sedikit menyingkir menunggu penampilan dari Sunda Kelapa. Janina sendiri masih menebak-nebak dalam hati lagu apa yang akan dibawakan oleh Sunda Kelapa.

Terdengar petikan gitar Dru disusul petikan gitar Ryan dan bass Miku. Janina terpaku ditempatnya, bukan karena Dru yang sesekali mencuri perhatian kepadanya, tapi lebih kepada lagu yang dibawakan oleh Dru. Lagu itu sekali Janina dengar dan Janina tidak pernah mau mendengarkannya lagi. Karena ada perasaan bersalah, rindu, dan juga sepercik sayang yang datang secara bersamaan di dalam dadanya.

https://youtu.be/hDfSPijGer8

Tidurlah tidur dekap saja aku

aku disampingmu

Usah kau risah malam kan pergi
Esok burung-burung kan bernyanyi pagi

(Dua Senja Pohon Tua - Matahari Terbit)

***

Malamnya selepas siaran Starry Night, Dru memilih pulang ke apartemennya. Sudah lama sekali dia tidak singgak ke tempat itu. Tempat pelarian yang akan dia datangi jika hatinya sedang tidak tenang. Seperti malam ini. Dia tidak bisa tidur. Dia teringat bagaimana Janina diam-diam mengusap air matanya saat dia menyanyikan lagu dari Dua Senja Pohon Tua. Ada jutaan pertanyaan yang mengganggu Dru hingga matanya sulit terpejam.

Kenapa Janina menangis?

Apa Janina hari ini pulang dengan selamat?

Bagaimana jika Janina sudah ada yang punya?

Hingga pertanyaan yang belakangan kerap muncul.

Apakah dia sedang jatuh cinta?

Lalu Dru memikirkan esok hari. Padahal sebelum-sebelumnya Dru tidak pernah peduli esok hari akan seperti apa. Baginya, esok adalah esok tidak perlu dipikirkan hari ini. Malam ini. Dan ini untuk pertama kalinya Dru memikirkan esok hari dalam sebuah pertanyaan besar.

Akankah, esok dia berjumpa dengan Janina?

Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya melayang jauh dalam pikiran Dru. Sejauh bintang yang tengah menghiasi malam tanpa mendung. Langit yang tertutupi polusi dan kalah akan cahaya lampu Ibu Kota malam ini begitu indah. Bahkan Janina yang sedang duduk di teras, tidak mau melewatkan hal itu. Dalam lamunanya dia teringat akan seorang yang pernah menyanyikan lagu yang tadi dibawakan Dru. Lagu pertama dan terkahir yang dia dengar dari seorang yang sekarang sudah berada di tempat ternyaman dan terdamai di langit paling tinggi. Bukan, bukan bersama bintang-bintang. Jauh lebih tinggi lagi. Kaptennya sudah menjadi Kapten abadi di atas sana. Janina tersenyum membayangkan Kaptennya dengan baju seragam. Walaupun hanya secuil rasa sayang, tapi Janina berterima kasih atas hadirnya orang itu dalam hidupnya walaupun sekejap.

***


Haloooo... maaf ya, nyampah dikit. Yang nunggu Eat Zone, mohon sabar karena prosesnya lumayan makan waktu. Wkwkwk. (ngeles)

Oh iya, beberapa waktu lalu, saya sempet tanya-tanya buat yang tinggal di Solo atau sekitarnya. Ya, yang deket-deket Solo gitu. Saya mau ngajakin kumpul gitu, Sabtu besok atau minggu depan di weekdays bukan di weekend. Kalo sabtu ini, maunya kita saturdate bareng gitu. Wkwkwk. Nanti yang ada waktu bisa line aku di lararasaty26. eehhehehe.

Satu lagi, yang kesel sama Starry Night karena Janina dan Dru nggak secepet Jenar dan Damian, yaaa... kan, orang beda-beda. Wkwkwk.

-larasaty laras-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top