.trashed file 13 - 1305002
Di teras indekos, perhatiannya tertuju pada motor-motor yang berjajar. Dia mencari-cari kendaraan miliknya, butuh waktu untuk ditemukan, terletak di tengah dengan warna biru hitam dan model keluaran 2002. Dia melihat motor lain di sisi kanan dengan warna oranye, itu milik sang kawan, tetapi karena dia tak dapat balasan dari pesan di gawai, akhirnya lelaki itu memfokuskan pada diri sendiri sebagai prioritas.
Tangannya langsung memasukkan kunci ke lubang, memutar ke kanan. Setelah itu dia naik jok, gawai masih di pegangan kiri. Kaki mendorong engkol, tetapi pada gerakan pertama tak ada respons. Telapak tanpa alas kakinya terus berusaha menghidupkan mesin secara manual, sayangnya motor tak kunjung menyala. Saat upaya ke sekian kali tetap tidak membuahkan hasil, laki-laki itu mengutuk, kulit telapak kaki mulai lecet, ditambah luka habis terjatuh dari tangga memberi perih luar biasa. Ketika mesin motor mulai mengeluarkan suara, dia berseru panik, terus memaksa menginjak engkol dengan napas terengah-engah, badan ikut bergerak gelisah, kepala terantuk dasbor motor. Meski begitu, dia dengan kalang kabut terus mencoba menyalakan. Lalu terdengar suara seperti ranting yang patah, cahaya oranye terang keluar dari dalam indekos. Sosok siluet manusia terbakar berada di samping.
Si laki-laki langsung turun dari motor, dia berlari tanpa alas kaki, memutari api dan asap yang membara, langkah kalang kabutnya menyusuri gang kecil dengan tanaman hijau di kiri, lalu berbelok ke jembatan beton dengan selokan besar di bawah. Selokan yang dalam tetapi asat tersebut memanjang sampai ke ujung.
Dia menoleh ke belakang, siluet manusia terbakar masih mengejar, gerakannya tampak lambat, hanya berjalan pelan, tetapi tahu-tahu menyusul dengan cepat. Lelaki itu makin memperlaju lari, memutari pertigaan jalan berblok batu ampar, di tengah terdapat tugu. Akan tetapi, langkahnya langsung terhenti. Dia bergetar hebat seraya berseru.
Di hadapannya, termanifestasi jalur rel yang membentuk lingkaran, mengelilingi kompleks ruko dari kiri ke kanan, kemudian sebuah kereta kelabu muncul dengan asap hitam membubung.
Tampilan diarahkan ke langit. Seketika, pada angkasa, siluet burung-burung hitam beterbangan seakan bergerombol dan pergi dari sarang. Kemudian, siluet burung itu berganti rona ke putih, awan-awan seketika menggelap, langit menghitam.
Si laki-laki amat ketakutan, lantas berlari ke arah berlawanan. Dia menyusuri jalan kecil di samping selokan besar. Di sebelah kirinya, jalan raya tampak lengang, tetapi suara ribut seperti logam dipukul berulang-ulang amat memekakkan telinga.
Dia terus berlari compang-camping, di sela-sela napas tersengal-sengal laki-laki itu mengucapkan doa.
"Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya ....
Kakinya terus berlari, dengan jarak lebar bergantian menginjak batu ampar, gawai di genggaman jadi berguncang hebat. Napasnya makin berat, suara hampir habis, meski begitu dia tetap berdoa.
"Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak pula oleh tidur ...."
Di depan, jalan itu lurus terus tanpa belokan. Di ujung tampak kegelapan belaka. Tampilan diarahkan ke belakang, kekelaman gelita pekat makin mendekat.
"Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka ...."
Kini tampilan menuju selokan dalam yang airnya dangkal. Di daaar terlihat lumpur. Seketika, hari berganti malam dalam sekejap. Cahaya matahari lenyap, langit hitam kelam. Senter pada gawai menyala.
"Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya, ilmu dan kekuasaan-Nya, meliputi langit dan bumi ...."
Awalnya di selokan ada sampah-sampah daun, kasur, bantal, ban bekas. Lalu berganti semacam kain-kain tebal, lusuh, berlumpur. Terlihat potongan-potongan daging tulang berbalut kulit. Tubuh-tubuh manusia bergelimpangan di dasar sungai. Makin ke sana makin banyak, saling menumpuk.
"Dia tidak merasa berat memelihara keduanya ...."
Dia tersandung, gawai terlempar dan tersangkut di antara semak. Tampak tubuhnya yang penuh lecet dan bersimbah keringat. Dia terus merapal doa, dadanya kembang kempis, tubuh naik turun dalam posisi bertelut.
"Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung--"
Siluet manusia terbakar berdiri di belakangnya, menggenggam pisau. Pisau diarahkan ke leher, dalam sekali gerakan menebas kepala laki-laki itu. Darah mengucur lalu menyembur amat deras, cairan merah pekat memenuhi tanah, membentuk genangan darah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top