.trashed file 12

Dia tidak percaya akan apa yang disaksikan. Di hadapannya, sebuah siluet manusia terbakar. Nyala api terus membara melahap siluet itu.

Tampak anggota tubuh lengkap, hanya saja keseluruhan kelam gelita. Lengan kanan yang terkelupas, tangan kiri teriris membara. Tungkai yang pincang juga bengkok, kaki satunya tak henti gemetar. Kepala yang gelap muka, tak jelas tampang, dan itu terbakar hebat. Dada yang seperti arang hangus terbakar, perutnya juga membara terang, punggung pun menyala-nyala. Jelas sekali seluruh badan itu dilalap api hitam merah, tetapi warnanya begitu hitam. Asap membubung darinya, jelaga tercipta. Lidah api yang menari-nari membentuk gaya, tertiup sepoi-sepoi. Di tengah senjakala, siluet itu dilahap api. Seluruh langit menggelap dengan bulan pucat menggantung. Pemandangan yang memukau sekaligus penuh teror. Menyaksikan siluet yang terbakar dan menciptakan asap tebal ke angkasa.

Tak mau berurusan dengan sesuatu yang dia pikir halusinasi dan mengira ini semua mimpi, laki-laki itu bergerak memutar lewati tempat lorong, sementara siluet manusia terbakar lebih dekat di depan pintu kamar pojok milik temannya.

Lelaki itu turun melalui tangga kecil, tetapi naik lagi karena berkata terlupa bahwa kunci motor masih di kamar. Maka dia menuju pintu di lorong kiri bergegas mengambilnya. Dia juga mengumpat si teman masih di kamar, sebab motornya ada di tempat parkir bawah. Segera dia mengirim pesan, cepat-cepat menyuruh keluar karena ada sesuatu yang mengerikan dan tak beres, tetapi pesannya tidak dibalas, lalu dia menelepon seraya mengumpat dan kacau tak kunjung diangkat, tetap tak ada respons.

Kepanikan melanda segenap jiwa dan pikirannya, dari kuku kaki sampai ujung rambut. Siluet hitam yang terbakar kini mendekat ke arahnya. Karena bahaya sudah dekat, dia memprioritaskan untuk menyelamatkan diri sendiri dahulu. Laki-laki itu bergidik ngeri lantas berlari menuruni tangga. Sayang sandal japitnya terasa licin, kakinya terpeleset dengan cepat dan sebelah sandal lepas lalu terlempar. Tangan kiri berusaha menggenggam pegangan, tetapi tubuh telanjur jatuh dan terdengar suara gedebuk keras. Gawai menggelinding sampai ke lantai bawah. Di atas anak tangga tubuhnya menghantam beton dengan kuat, kepalanya di posisi atas, kaki sampai di anak tangga terakhir, tangan satu masih mencekal kuat pegangan, tangan kanna terkilir bertumbuk tembok. Butuh waktu beberapa saat baginya untuk tersadar, lalu mengaduh kesakitan dan meremas seluruh bagian yang sakit. Telapak kiri perlahan melepas genggaman dari pagar tangga, lalu dengan sedikit gerakan meluncur turun sampai lantai bawah sempurna. Dengan posisi menyelonjor, laki-laki itu mencari sandal yang terlepas, dan ketemu, berada di dekatnya.

Dengan langkah tertatih-tatih dia juga mengambil gawai di lantai, menampakkan wajah yang menyedihkan. Dahi terbuka lebar, mengucurkan darah. Hidungnya tersayat, meneteskan cairan merah. Bibir sobek, lecet di mana-mana. Lengan kirinya memperlihatkan daging segar berwarna merah muda.

Tidak ada waktu lagi, dia bangkit perlahan, sedikit mengaduh dan berhenti sejenak dalam posisi bungkuk, lalu berdiri dengan sempoyongan. Setelah beberapa saat, meremas kepala, mata berkernyit dan dahi berkerut, mukanya masam, keringat mengucur deras dari kulit. Penampilannya tampak berantakan. Posisi kamera pun diganti, menampakkan kondisi lantai bawah yang sepi, seakan rumah indekos kosong. Seluruh pintu di kamar-kamar tertutup, lorong gelap, lampu tidak menyala. Ada meja di tengah, tertata beberapa alat makan, juga teko air.

Lelaki itu bergegas berlari dengan kaki pincang, mengarah ke pintu keluar dari indekos. Dia tak menyadari tatkala cahaya terang amat luar biasa menyilaukan tengah menyirami jalanan di luar.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top