BAB 3

Yunda dan Bila merasa lega, file naskah yang sudah direvisi bisa selamat, itu hanya hang sesaat yang diakibatkan kekuatan Lucifer yang masuk ke dalam laptop. Bila bisa secara leluasa memeriksa file naskah Yunda.

Ponsel Yunda berdering kencang ketika Bila memeriksa naskah Yunda. Yunda izin keluar ruangan editor. Ponsel diangkat lalu terdengar suara tantenya.

"Halo Tante, ada apa?"

"Yunda, tolong. Heyre sudah lima bulan tidak pulang. Tante sudah meminta polisi mencarinya namun tidak ketemu-ketemu. Tolong tante, Nak."

"Heyre hilang?"

"Dia minggat karena kecewa sama Tuhan. Entah dia sedang ke mana, yang pasti terakhir Heyre bilang dia kecewa sama Tuhan."

"Tante tenang dahulu, nanti aku cari."

"Ya sudah, terima kasih, Nak."

"Sama-sama Tante."

Yunda menutup teleponnya. Ia bernapas sejenak lalu berpikir. Matanya melihat ke sebuah tempat di mana Heyre pergi. Ada sebuah rumah yang sangat energinya sangat kelam. Di rumah itu ada patung-patung malaikat yang jatuh.

"Lucifer."

Lucifer adalah sosok yang sedang memeluk Heyre, sepupunya saat ini. Ia melihat Heyre sedang dicengkeram oleh tangan kegelapan. Tidak hanya itu, ia melihat sosok-sosok monster yang sangat aneh. Serupa orc. Mereka sangat mengerikan. Gigi mereka bertaring dengan taring warna hitam legam.

"Yunda, kamu kenapa?"

"Habis ini aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Sepupuku hilang, aku lihat Lucifer dalang utama ia hilang."

"Kamu yakin?"

"Yakin banget. Seram sekali rasanya. Aku nggak tahu ada apa sebenarnya tapi sepupuku kecewa banget sama Tuhan."

"Ya Allah, ngeri amat sepupumu bisa sampai kecewa sama Tuhan."

"Ada banyak monster yang mengelilingi sepupuku dan ketua monster-monster adalah si Lucifer."

"Aku bakal kenalin kamu ke Kak Maira, dia kalau gak salah penulis juga dan dia pernah nyebut sesekali soal monster."

"Yang jelas Bil, kita berdua dulu ke sana. Kalau nggak nemu sepupuku kita temui Kak Maira atau teman-teman indigo lain dari berbagai kalangan."

"Baik Yun, aku ikut kamu saja."

***

Selesai urusan revisi naskah, mereka berdua masuk ke dalam mobil. Yunda menyetir sambil mencari-cari tempat yang ia lihat di dalam penglihatannya. Kurang lebih sejam mereka sampai ke sebuah tempat namun hari sudah malam.

Mereka pun turun dari mobil dan hendak mendekati sebuah rumah yang dimaksud Yunda. Namun beberapa monster bermunculan menghadang mereka. "Mau apa kalian ke sini?" tanya salah monster. Ada enam monster yang menghadang mereka.

"Kami mau cari teman kami. Teman kami ada di rumah itu." Yunda menjawab.

"Di sana tidak ada apa-apa! jangan ganggu kediaman Tuan kami. Tuan Lucifer!"

"Kalian silahkan bermukim di mana saja, tetapi jangan ganggu bangsa kami. Bukankah dia menciptakan jin dan manusia untuk beribadah saja?!"

"Terserah kalian! Oh ya kalian siapa? Sepertinya kami kenal kalian! Ooh kamu anak indigo kan?!" tanya si monster tajam.

"Kami akan hancurkan kalian dan tuan kalian itu kalau kalian tidak memberitahukan di mana Heyre!" tantang Bila.

"Ooh! Kalian berani mengancam! Jangan-jangan kalian teman Maira ya!"

"Dia kenal Kak Maira?" bisik Yunda.

"Maira pernah menghadapi kami dan sayangnya Maira dan teman-teman kalian itu kalah. Malang sekali!"

"Kami mau tanya juga kepada kalian! Kalian yang mengganggu acara Wulandari kan?"

"Jangan asal tuduh! Memangnya monster seperti kami doyan nonton acara musik! Salah alamat kalian!"

Karena kesal dan tidak ada jawaban yang pasti, daripada ngalor-ngidul tidak jelas, mereka pun bertarung. Bila menendang kepala salah satu monster dan membenturkannya ke tembok. Monster-monster itu merasa kesal. Menurut mereka itu adalah perbuatan kurang ajar yang tidak bisa ditolerir.

Bila dan Yunda menyatukan kekuatan mereka, memanggil energi positif untuk melawan para monster. Monster-monster itu mengamuk ketika Yunda dan Bila melemparkan energi cahaya serupa ke tubuh mereka. Para monster jatuh.

"Ternyata kalian lebih kuat!"

"Kami semakin kuat karena kami berdoa pada Tuhan! Bukan kepada Lucifer!" bentak Bila.

Para monster mundur, pertarungan sepertinya tidak bisa dilanjutkan. Ketika para monster hendak mundur, sebuah sosok berhoodie hitam nendekati mereka.

"Halo semua! Ada apa kalian ke sini?"

"Kami mencari teman kami, namanya Heyre|!" jawab Yunda dengan muka masam, keringat membasahi sekujur tubuhnya. Sosok berhoodie itu semakin mendekati mereka lalu tertawa-tawa.

"Kalian cari pacar gue? Gue nggak tahu di mana. Mau apa? Mau jemput dia pulang? Nggak bisa. Dia sudah milik gue sekarang."

"Kamu siapa?" tanya Bila.

"Panggil aku Kak Setan!" jawab Setan sambil tertawa-tawa. Tawanya semakin menggema.

Setan lalu cemberut, ia berkomat-kamit lalu ia mencoba melayang-layangkan tangannya, lalu mengeluarkan pukulan keras di udara dari jarak beberapa senti saja. Yunda dan Bila terjatuh. Jatuhnya mereka ke aspal membuat para monster dan Setan tertawa-tawa.

Bila dan Yunda mengeluarkan muntah darah yang hitam dari mulut mereka. "Bil, kita mundur dulu, keadaan tidak memungkinkan melawan."

"Segitu saja kalian sudah menyerah?!"

"Hahaha!" tawa para monster serentak.

"Kalian akan kalah!" Bila nekat, ia berdiri lalu menyerang energi positif ke wajah Setan. Wajah Setan terluka. Setan terjatuh. Para monster khawatir, namun Setan tertawa-tawa lalu berdiri lagi.

"Aku ini kebal!" Setan lalu melayangkan sebuah energi ke leher Bila. Tubuh Bila terangkat. Bila berteriak-teriak dengan kencang. Bila tercekik, lehernya tercekatt lalu ia dilempar. Bila terjatuh. Setan dan para monster seketika hilang. Mereka raib, meninggalkan Yunda dan Bila.

"Kita harus telepon Kak Maira." Bila berkata.

***

Wulandari sedang mengobrol dengan sesosok wanita berambut pendek. Sosok wanita itu adalah teman sekelasnya di SMA. Sebuah suara telepon masuk ke dalam ponsel temannya Wulandari itu.

"Kak Maira, Pangeran Kegelapan, Si Yang Mulia Kejahatan sudah datang."

Maira menutup teleponnya lalu mengangguk kepada Wulandari. Wulandari lalu mengangguk juga.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top