BAB 1

Suara gegap gempita terdengar di atas panggung, Wulandari masih memakai anting yang ada di tangannya. Ia pasang anting-anting itu ke telinga. Wulandari, sudah lama menginginkan momen ini. Sebagai seorang wanita yang sukses dalam berkarier, juara satu kontes menyanyi di Amerika, kini ia persembahkan dirinya untuk negerinya sendiri. Ia akan menyanyi di depan para fans dalam negeri.

Wulandari melangkah ketika salah seorang kru televisi memberitahu kalau sebentar lagi ia harus naik ke atas panggung. Wulan, begitu namanya disebut, ia langsung naik dan di salah satu sudut panggung sudah menunggu seorang pria. Tidak lain dan tidak bukan adalah seorang penyanyi legendaris, Bombes.

Bombes dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai penyanyi yang produktif sehingga Wulandari kagum atas karya-karya beliau. Bombes tidak hanya produktif, ia juga serius dalam mengerjakan sesuatu, apalagi urusan nyanyi di atas panggung.

Suara musik berbunyi, Wulandari mulai mengeluarkan suara indahnya. Para penonton bersorak ria menyambut suara Wulandari. Disusul dengan suara Bombes yang sangat gentle. Baru beberapa menit bernyanyi, Wulandari merasakan ada getaran di kakinya. Suaranya menjadi tidak stabil. Wulandari melihat ke atas, lampu bergoyang. Suara lampu jatuh diiringi teriakan penonton. Wulandari dan Bombes menghentikan pertunjukan. Para kru televisi langsung dengan sigap menuju ke panggung, memastikan tidak ada yang terluka.

Tampak di kejauhan, seorang penonton memakai hoodie, tersenyum. Ia menggunakan sihir untuk membuat jatuh lampu. Anak-anak berbakat seperti Wulandari harus tewas. Wulandari adalah ancaman untuk Yang Mulia Pangeran Kegelapan.

Wulandari merasa ada seserang yang melihatnya. Ia terus berdoa, dilihatnya Bombes, tidak mengapa. Tidak terluka, namun yang mengejutkan, seorang pianis jatuh dari kursinya lalu berteriak-teriak.

"AAAAA! AAAA!" teriakan pianis bernama Gucon membuat beberapa orang penonton berteriak. Gucon menyanyi di depan kamera, sebuah lagu yang dipakai untuk memanggil iblis ia nyanyikan. Gucon semakin lama semakin menjadi. Ia menyanyi-nyanyi tanpa henti, menari.

Ya Lucifer

Ya Lucifer

Engkaulah penerang

Lala lalal lalaa

Begitu saja liriknya yang membuat ketakutan semua orang. Teriakan dan ketakutan menjadikan malam itu semakin mencekam, beberapa penonton keluar dari studio. Rasanya studio itu menjadi panas.

Pria yang memakai hoodie pergi meninggalkan studio, ia menyengir, itu adalah bentuk peringatan kepada para indigo. Sekian lama ia tidak memperingati mereka, kini ia memperingati mereka lagi. Target pertamanya adalah Wulandari!

Pianis itu coba disadarkan oleh Wulandari. Ia membaca doa untuk mengusir roh jahat yang menaungi pianis itu. Si pianis masih berteriak-teriak. Tubuhnya berkelojotan karena ia menolak didoakan Wulandari.

Roh jahat akhirnya lepas dari tubuh si pianis. Si pianis lalu pingsan. Para kru membawanya ke belakang untuk menyadarkannya. Keadaan ini adalah peringatan bagi Wulandari.

***

Di sebuah rumah, seorang penulis bernama Yunda sedang merapikan naskah yang ia kirim esok pagi, namun rasanya malam ini tubuhnya lelah sekali, ada hal yang membuat ia merasa tidak enak. Ada bisikan mengatakan terjadi sesuatu di luar sana. Yunda terus mengetik. Pada menit kesekian ia mencoba mencari ide dan browsing. Di saat browsing, ia tak sengaja menemukan video tentang kejadian di show tempat Wulandari bernyanyi. Kegemparan terjadi. Ia rasa ini bukanlah kekuatan biasa, teapi kekuatan jahat yang mengerikan.

Simbol 666 terpampang jelas di dinding kamarnya, menandakan kalau keadaan makin gawat. Seorang penyanyi bisa saja tewas, namun syukurnya Wulandari tidak kenapa-napa. Ia tidak terluka sama sekali. Sungguh keprihatinan bila jatuhnya korban.

Bila keadaan makin parah, ia harus segera mengumpulkan kekuatan, memberi tahu teman-teman penulisnya bila Lucifer sedang melancarkan aksinya di muka bumi, sangat mengerikan dan sangat tajam. Keadaan di dunia ini sangat mengerikan semenjak beberapa tahun terakhir. Ada saja perbuatan kriminal yang tidak henti-hentinya.

Keesokan harinya Yunda masuk ke dalam ruang editor, di sana ia bertemu Bila, seorang editor terkenal yang mengurus naskahnya. Yunda lalu memberikan flash disk kepada Bila yang berisi naskah yang sudah direvisi, namun entah mengapa laptop Bila mendadak hang lalu ada tulisan.

SELAMAT DATANG!

AKULAH KEGELAPAN

Bila yang juga peka dengan hal-hal di luar nalar manusia pun merasa ada yang aneh dengan hal ini, semakin lama semakin mengerikan. Getaran keberadaan Lucifer semakin nyata dan semakin berbahaya.

"Keadaan genring Kak. Kita harus gimana?" tanya Yunda ketakutan. Wanita berambut panjang itu merasa khawatir.

"Aku shalat dulu deh. Udah Zuhur nih. Aku bakal bentengi kamu dari iblis itu."

Bila, wanita berjilbab merah itu langsung mengambill wudhu, sementara Yunda duduk di kursi sambil berdoa menurut kepercayaannya. "Tuhan Yesus tolong. Dalam nama Yesus! Aku perintahkan kau pergi Lucifer!" bisiknya keras.

Di musholla kantor, Bila melakukan salat Zuhur. Segenap kekuatan dan doa ia panjatkan untuk melawan kejahatan. Keadaan tidak akan bisa dikendalikan bila Lucifer dilawan dengan emosi. Harapan yang pasti adalah berdoa kepada Tuhan agar Dia memberikan tamengNya untuk melindungi umat manusia dari kekuatan setan yang penuh tipu daya.

"Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah kami kekuatan untuk melawan segala tipu daya iblis. Hancurkanlah kegelapan di muka bumi ini. Aamin!" bisiknya di dalam doa. Bila merasa ada kekuatan halus yang menghadangnya dari depan. Sesosok makhluk bersayap hitam, berwajah tengkorak tertawa-tawa di depannya.

"Aku Tuhanmu! Bukanlah Allahmu!" sosok itu menyeringai, tersenyum penuh kelicikan. Ia mencoba membayang-bayangi Bila dengan bayangan kegelapan, namun tameng darui Tuhan membentengi Bila.

Di depan laptop Yunda masih berdoa. "Jangan ada Allah yang lain. Dia adalah penolongku. Hancurkanlah segala kegelapan! Tuhan, aku berlindung dalam namamu, dalam kasihMu!"

Dinding-dinding terasa bergetar, energi doa dan energi sihir beradu di dalam kantor penerbitan. Sosok tengkorak menghembuskan keraguan terus kepada Bila.

"Teman-temanmu sudah pergi, kau ditinggalkan! Kau tahu! Kau dan geng bermainmu tidak akan bisa bersatu lagi!"

"Diam kamu iblis laknat!" teriak Bila.

Sementara gelas yang ada di meja ruang editor jatuh menumpahkan air dan pecah. Yunda berhenti berdoa namun ia segera melanjutkan lagi. Ia tidak mau terpedaya oleh bujukan iblis yang selalu menggoda.

"Adam jatuh karena aku! Kalian akan mati karena aku! Mati kalian manusia-manusia lemah tidak berguna!" teriaknya keras. Keras sekali, mengerikan dan tidak bisa ditahan oleh kepala manusia biasa.

Bila dengan segenap kekuatannya memukul si makhluk tengkorak lalu membuat wajah tengkorak terluka karena sebelum memukul si tengkorak, Bila membuat lafadz Allah di udara. Si makhluk jahanam itu berteriak dan kesakitan. Si tengkorak berlari dengan kencang sambil menahan sakit. Bila menyelesaikan doanya dan memanjatkan rasa syukur karena telah mengusir tengkorak itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top