Tujuh

Kepada siapakah hati menghamba ketika rindu tak menemukan pemilik.
Kepada siapakah hati berharap ketika harapan hanya pantas tertuju untuk yang Maha segalanya.

Rindu, satu kata yang ketika aku menjalaninya mampu menciptakan beribu kata.
Kini rinduku telah bertuan, pun harapanku telah kupupuk kepada pencipta agar indah seminya kelak.

Aku di sini menunggumu. Seseorang yang entah bagaimana caranya bisa hadir di hidupku.
Kata orang aku bodoh, menunggu hal yang belum pasti.
Kata orang aku bodoh setia padahal belum tentu yang kusetiai juga melakukan hal yang sama.
Kata orang aku bodoh, bahkan ada ribuan lelaki tampan dan mempesona, sedang aku hanya mau denganmu.

Namun, tau apa mereka tentang lakumu kepadaku?
Tentang sabarmu menghadapiku?
Tentang tulusmu yang tak berujung padahal kamu tahu segalanya tentangku, yang mungkin orang lain takkan bisa menerimaku, seperti kamu yang tulus menerimaku saat ini.

Tahu apa mereka kalau ada banyak hal yang sudah membuktikan akan setiamu padaku?
Tahu apa mereka tentang banyaknya pengorbanan yang sudah kau lakukan untukku?
Tahu apa mereka tentang sifat baikmu, setiamu, sabarmu, solehmu, tulusmu, bijakmu?

Tidak ... Mereka sama sekali tak tahu apa-apa.
Mereka bilang aku berlebihan memujimu dan mereka berkata tak ada manusia sempurna.

Memang ...

Aku tak pernah mengatakan kamu sempurna, tetapi kamu adalah satu yang istimewa dari ribuan lelaki lain yang hanya bermodal tampang.

Dari dulu aku benci menunggu, tetapi apa boleh buat ketika keadaan mengharuskanku menunggu.
Menunggu dengan kesungguhan.
Meski setiap detik rasanya sangat menyiksa dalam kesendirian yang hampa.

Kata orang lain ini lebay, biarlah, mereka yang berkata begitu tak pernah tau bagaimana sulitnya menjalani hubungan jarak jauh.

Yang pasti, jangan pernah khawatir tentang kata orang. Karena aku di sini setia untukmu. Lelakiku ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top