Part 30 END
"Kak Miya, aku boleh ikut masuk?"
"Kenapa kamu mau masuk, Dik?"
"Mau lihat hasilnya dong." Sanistya menjawab dengan mantap. Ia pun sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Siap untuk ke dalam.
"Aku penasaran Kak Miya hamil atau nggak."
"Aku masuk, Kak Miya." Sanistya merajuk.
"Diam aja di luar. Bentar lagi selesai."
Saat ingin dibantah, ponselnya berdering.
Sebuah panggilan masuk.
Langsung diambil handphone yang diletakkan di saku kemeja kerjanya. Telepon akan diangkat.
Sang suami yang menghubunginya.
"Hallo, Mas Prabhaaa!"
"Aku? Lagi di rumah Kak Miya."
"Aku pulang jam delapan ntar. Kenapa, Mas? Mau ajak aku makan malam romantis?"
"Huh? Testpack? Punyaku? Maksud, Mas?"
Sanistya langsung mengerutkan kening, belum paham dengan pertanyaan dari Prabha Winangun mengenai alat tes kehamilan yang dikatakan.
Otaknya pun sudah memikirkan rentetan demi rentetan kejadian hari ini, dimulai sejak pagi.
Kemudian, ia teringat akan pembelian beberapa testpack di apotek bersama Prabha Winangun.
Jadi itulah yang membuat sang suami bertanya apakah dirinya sudah mengetahui hasil testpack?
"Itu punya Kak Miya, bukan milikku."
"Iya, jangan berpikiran aku hamil."
Saat selesai bicara, pintu kamar mandi dimana sang kakak berada pun membuka. Dan tampak sosok saudarinya keluar dari sana.
Rasa penasaran Sanistya kian membuncah.
"Sudah selesai kan Mas Prabh curiga aku hamil? Kita bertemu nanti malam di rumah, yah."
"Sampai jumpa, Mas. Daahh!"
Tanpa mendengarkan jawaban sang suami lebih dulu, Sanistya pun mengakhiri panggilan.
Lalu fokus dengan kakaknya lagi.
Didekati segera saudarinya yang kembali masuk ke dalam mandi dengan pintu tetap dibuka.
Sanistya berdiri tepat di samping Samiya.
Atensi dipindahkan kemudian pada alat-alat uji kehamilan yang berjejer di atas wastafel.
"Garis dua."
"Garis dua."
Sanistya mengamati dengan saksama semuanya. Ia pun sudah tahu apa artinya karena beberapa hari belakangan dipelajari cara kerja testpack.
"Kyaaaa!" Sanistya berseru penuh gembira.
"Kak Miya hamil!" Sanistya kian berteriak.
Dipeluk sang kakak lantas, tentu masih dengan rasa senang yang menggebu-gebu. Tawa cukup kencang pun turut dikeluarkannya.
Berjingkrak-jingkrak kecil juga.
Siapa tak bergembira jika akan segera memiliki keponakan? Apalagi bayi pertama di keluarga Ayodya yang menjadi cucu pertama.
Walau masih harus menunggu sampai beberapa bulan lagi hingga sang kakak melahirkan, tapi ia sangat antusias menyambut keponakannya.
Mau bayi perempuan atau laki-laki, tak masalah bagi keluarga Ayodya, yang penting segera lahir cucu perdana untuk kedua orangtuanya.
"Selamat, Kak Miya!"
"Ihh, aku pokoknya senang Kak Miya hamil."
"Kayaknya aku harus ikut kelas parenting biar nanti bisa ajak adek bayi dengan benar."
Sebenarnya Samiya sedang diserang rasa haru luar biasa karena akhirnya positif mengandung, namun celotehan sang adik sangat menghibur.
Tawanya pun keluar seraya meneteskan air mata juga. Perasaannya sedang campur aduk saat ini.
"Kak Miya kenapa nangis? Nggak boleh nangis, Kak. Nanti aku ikutan mau mewek. Hiks."
Dengan masih terkekeh, cairan bening semakin deras keluar dari sepasang matanya. Tidak akan bisa dihindari rasa haru karena momentum ini.
"Selamat sekali lagi, Kak Miya. Harus bahagia selama hamil, nggak boleh banyak pikiran."
"Selalu sehat sampai keponakan aku nanti lahir. Hihi. Nggak sabar nunggu."
Ucapan sang adik membangkitkan lagi semangat di dalam dirinya. Dan tidak sabar ingin memberi tahu sang suami tentang kehamilannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top