Part 16
ENAM BULAN KEMUDIAN .......
"Bagaimana dengan pemilu mendatang, Pak Gentama? Bagaimana strategi partai Anda?"
Pertanyaan diajukan sang ayah pada orangtua Samiya, Gentama Ayodya, ketika mereka sudah duduk di sofa yang letaknya berseberangan.
Bahasan politik sudah pasti akan dimulai.
"Untuk pemilu mendatang, partai kami masih akan menjadi oposisi pemerintahan."
"Sekalipun ada tawaran dari mereka di koalisi."
"Misi yang masih belum sejalan?"
Pertanyaan bernada selidik dilontarkan lagi oleh sang ayah ke mertuanya. Topik kian dalam.
"Benar, Pak Nokka."
"Tidak berminat bergabung ke partai kami?"
"Untuk tahun ini belum, Pak Gentama."
"Kapan pun berminat, bergabunglah. Saya akan menempatkan Pak Nokka di posisi dewan."
"Peran Anda dibutuhkan di partai kami."
"Akan saya pertimbangkan, Pak Gentama. Dan terima kasih atas kesempatan sudah ditawarkan."
"Tawaran dari saya secepatnya diterima, Pak."
Didengar sang ayah tertawa.
"Akan saya beri jawaban saya segera mungkin, Pak Gentama. Saya perlu memikirkannya."
"Saya akan tunggu, Pak Nokka."
Saat pandangan Pak Gentama terarah padanya, ia pun berusaha bersikap hormat. Sikap tentunya harus dijaga di hadapan sang mertua yang punya kedudukan penting sebagai ketua umum partai.
"Bagaimana denganmu, Segara? Apa berminat bergabung bersama Papa di partai, Nak?"
Sang mertua bertanya padanya.
Papa ....
Panggilan yang bermakna khusus bagi Segara. Ia merasa sudah diterima sebagai menantu.
"Saya akan segera menjadi kader, Pa."
Bahasan tentang politik tidak cukup dimengerti, namun tak ada salah bergabung di partai. |Asal dirinya tidak diminta maju menjadi pejabat atau anggota dewan rakyat di parlemen pusat.
"Bagus, Nak."
Tanggapan dikeluarkan sang mertua, sedangkan ayahnya hanyalah tersenyum dengan misterius, tapi ia yakin keputusannya akan diterima kedua orangtuanya, termasuk pilihan politik.
"Pak Nokka harus segera menyusul Segara."
"Akan saya pertimbangkan, Pak Gentama."
Segara hanya bisa bergantian memandang sang ayah dan mertuanya yang masih begitu serius membicarakan soal politik serta partai.
Mereka sangat matching jika sudah membahas topik penting, mengingat ayahnya dan juga sang mertua pernah menjadi anggota bersama dalam salah satu himpunan pengusaha Indonesia.
Dirinya pun baru tahu ketika dilakukannya acara pertemuan khusus di antara keluarga Ayodya dan Adyatama guna membahas pernikahannya.
Ayah serta mertuanya langsung akrab, seperti teman lawas yang tidak bertemu bertahun-tahun.
Segara tak menyangka sebenarnya, namun juga senang karena lebih mudah menyatukan ayahnya dan sang mertua karena hubungan telah akrab.
Selama berlangsungnya prosesi pernikahan yang hampir tiga jam, keduanya sama-sama dalam menunjukkan dukungan moril serta restu sebagai orangtua pada dirinya dan juga Samiya.
Semua keluarga tentu juga bahagia. Tidak ada satu pun yang menentang iklar janji suci yang telah ia dan Samiya buat di depan Tuhan.
Setelah sedari kemarin malam merasa begitu gugup karena hari ini akan menikah, ia akhirnya bisa bernapas lega sebab acara berjalan lancar.
Semesta menyertai penyatuan dirinya dan juga Samiya Ayodya menjadi pasangan suami-istri.
Hati Segara pun sudah sangat mantap menjalani rumah tangga dengan pujaan hatinya. Ia telah berkomitmen teguh akan selalu berusaha untuk membuat Samiya bahagia hidup bersamanya.
Drrttt ...
Drttt ....
Drttt ....
Panggilan berasal dari Samiya, ternyata.
"Maaf, saya keluar dulu untuk angka telepon," pamit Segara pada ayah dan mertuanya.
Setelah keduanya mengangguk, ia segera bangun dari kursi tengah diduduki. Lalu, berjalan cukup terburu-buru keluar dari ruangan.
Saat sudah sampai di luar, deringan ponselnya pun berhenti, panggilan sudah berakhir, bahkan sebelum dirinya berhasil mengangkat.
Hendak dihubungi kembali, namun kemudian ia mendengar derap langkah seseorang mendekat.
Ketika atensi telah dialihkan, sosok Samiya yang sudah menyandang status sebagai istrinya, jadi pusat pandangan dan membuatnya tertegun.
Terpana menyaksikan betapa cantik nan anggun wanita itu dalam balutan kebaya Bali, telah dari pagi digunakan Samiya, masih bertahan sampai sekarang. Ia tak akan bosan melihatnya.
"Sudah selesai?"
Samiya menanyakan perihal pertemuan dirinya lakukan dengan mertua dan sang ayah.
"Sudah selesai, Sayang," jawab Segara dalam nada lembut, lalu dipeluk erat sang istri.
Merengkuh sarat akan rasa syukur dan bahagia karena akhirnya bisa menikahi Samiya. Tuhan baik dengan pemilihan takdir begitu indah.
"Aku sayang kamu, Miya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top