Part 13


"Maju terus, Brooo!"

Karena suara sang kembaran jadi amat keras di ujung telepon, hingga memekakan telinga, maka ponsel pun segera dijauhkannya.

"Gue dukung lo."

Celotehan Yama Adyatama masih dapat dengan jelas tertangkap indera pendengarannya, walau handphone sudah berjarak dengam telinganya.

Dan ketika ingin disahuti, dirinya sudah sampai di tempat tujuan, yakni lantai dua puluh dua, dimana apartemen keluarga Ayodya berada.

"Gue telepon nanti malam lagi."

Tanpa mendengar balasan sang kembaran, ia pun lekas mematikan telepon di antara mereka.

Lalu, berjalan keluar dari lift.

Kaki-kaki bergerak mantap ke depan, menyusuri lorong panjang yang tampak cukup sepj. Ia tentu ingin segera sampai di apartemen nomor 202.

Segara sebenarnya tegang bukan main karena dalam hitungan menit, akan bertemu langsung ayah mantan kekasihnya, Gentama Ayodya.

Walah bukan pertama kali, namun terasa perdana bagi Segara, mengingat mereka sudah tak saling berjumpa hampir delapan tahun lamanya.

Dulu, hanya dua kali, saat itu dirinya dan juga Samiya masih duduk di kelas sebelas SMA.

Pertemuan pun layaknya anak muda. Menyapa dan mengobrol hal-hal biasa, bukan datang guna mengutarakan keinginan menikahi Samiya.

Momentum kali ini benar-benar berbeda.

"Nomor dua ratus dua," ujar Segara membaca tulisan yang terpampang di depan pintu.

Tempat tujuannya sudah ditemukan.

Tok!

Tok!

Tok!

Ketukan pada pintu apartemen rasanya sudah cukup empat kali saja, pasti akan didengar di dalam. Ia hanya perlu menunggu beberapa saat.

Dan memang penantian Segara tidak lama.

Sosok pemilik hatinya yang membukakan pintu.

"Hai." Disapanya dengan ramah. Senyuman pun mengembang karena senang melihat Samiya.

"Hai juga, Kapt."

"Masuklah."

Sang kekasih mengulurkan tangan, Segara pun lekas menggapai dan juga menggenggam erat. Samiya tidak menolak apa yang dilakukannya. Ia cukup bernapas lega. Tentunya juga senang.

Segara gugup mendadak, saat dipeluk Samiya.

Segera dilingkarkan tangan-tangannya di tubuh wanita itu, tentu dengan segenap rasa rindu.

"Terima kasih sudah datang, Kapt."

"Aku pasti akan datang," jawab Segara mantap.

"Kamu sudah ditunggu Papa."

"Apa aku akan diinterograsi?"

Candaannya berhasil membuat Samiya tertawa. Ia padahal merasa tak berbakat sebagai pelawak.

"Tidak diinterograsi, palingan Papa akan tanya beberapa hal sebelum diterima jadi menantu."

Ya, tadi pagi, Samiya sudah memberi tahu kedua orangtuanya soal rencana untuk menikah dengan Segara Adyatama agar tak terlalu terkejutt ketika pria itu menemui mereka siang ini.

Nyatanya, ayah dan sang ibu tetap begitu kaget karena keinginannya melepas masa lajang yang terkesan tiba-tiba. Tapi, tak melarangnya menikah, tetap didukung penuh.

"Semoga aku siap diinterogasi seorang ketua umum partai, walaupun pengetahuanku tentang politik masih sedikit," canda Segara kembali.

"Nanti setelah kita menikah, kamu wajib masuk sebagai kader partai, yah, Kapten."

"Asal diterima jadi menantu, aku akan siap jadi kader baru di partai mertuaku."

Segara dan Samiya tertawa bersama kemudian.

Mereka berdua juga berjalan beriringan menuju ruangan yang akan dijadikan tempat bertemu dan berbicara dengan Bapak Gentama Ayodya.

Segara tegang sudah pasti. Namun tetap akan berusaha rileks dan fokus menghadapi situasi.

Siapa yang tidak akan merasa gugup melakukan pertemuan dengan orangtua dari wanita yang hendak dirinya nikahi segera. Apalagi, tujuan bertemu dalam usaha meminta restu.

"Papa ada di ruang duduk, kita akan ke sana."

"Di sebelah situ."

Segara mengikuti arah dari jari telunjuk tangan Samiya yang menunjuk salah satu ruangan. Ia dan sang pujaan hati masih terus berjalan.

Mereka semakin dekat dengan tempat tujuan.

Bahkan hanya beberapa detik untuk sampai. Dan rasa gugup tambah besar menerjang dirinya.

Tok!

Tok!

Tok!

Ketukan tiga kali pada pintu dilakukan Samiya agar sang ayah mengetahui kedatangannya.

Tentu atensi orangtuanya lekas teralih padanya dan Kapten Segara. Lalu, sang ayah tersenyum.

"Tamu spesial sudah hadir, Pa," celoteh Samiya dengan nada canda guna mencairkan suasana.

"Ajak masuk tamu spesialmu, Miya."

"Papa ingin bicara bersama Kapten Segara."

"Siap, Pa," jawab Samiya seraya menggandeng Kapten Segara Adyatama menuju sofa dimana sang ayah tengah duduk dengan santai.

Samiya yakin kedatangan pria yang merupakan mantan kekasihnya dalam upaya meminta izin menikah, pasti akan diterima oleh sang ayah.

Apalagi, ia sudah mantap mengatakan jika hanya ingin mengikat janji suci dengan Kapten Segara Adyatama. Lagi-lagi ayahnya tak keberatan.

"Selamat siang, Bapak Gentama Ayodya."

"Selamat siang, Nak Segara. Apa kabar? Sudah lama saya tidak bertemu kamu, terakhir kali sepertinya saat kelulusan kalian SMA."

Pak Gentama Ayodya pun lebih dulu menjabat tangan Segara Adyatama. Beliau akan merestui kapten muda itu menjadi suami sang putriï.

Hendak disiapkan pula Segara Adyatama untuk mewarisi bisnis Ayodya Aviasi bersama Samiya. Akan dijadikan sang menantu sebagai CEO.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top