Bagian 5.

Matahari sudah mulai terik, walaupun ini adalah pedesaan, namun karena semakin menipisnya lapisan ozon, maka pinggang gunung pun matahari terasa membakar juga, tapi tidak membuat Jaka mengeluh. Dengan cekatan dia membersihkan kelopak daun tebu yang sudah mengering dan mengelupas. Sesekali kulit coklatnya tergores oleh daun tebu yang bergerigi cukup tajam. Semua itu sudah biasa, tergores, berlumuran tanah atau berkubang lumpur sekalipun.

Jaka merenenungkan apa yang sedang dijalaninya saat ini. Menikahi seorang gadis yang merupakan anak juragannya sendiri, ini tak ubahnya dengan kisah novel yang terjadi di dunia nyata.

Pada awalnya dia menolak mentah- mentah ide gila ayah Alena itu, akan tetapi ketika ayah Alena memohon kepadanya dengan binar mata penuh harap, Jaka tak kuasa menolak.

Siapalah dia? dia hanya anak yatim piatu yang kehilangan orangtuanya sejak kecil. Ibunya adalah salah satu pekerja kebun tebu yang dimiliki oleh ayah Alena. Kini dia sebatang kara karena ibunya meninggalkannya tepat diusianya 16 tahun.

Kebaikan dan pertolongan ayah Alena lah yang membantunya selama ini. Dia diberikan tempat tinggal secara gratis, dikuliahkan sampai Sarjana dan diberikan kepercayaan mengelola kebun tebu itu. Jaka tak punya alasan untuk menolak. Walaupun dia akan dibenci oleh istrinya sendiri.

Sejujurnya bukan pertama ini dia mengenal Alena. Sebelumnya dia sudah sering memperhatikan gadis itu setiap ayah Alena pulang kampung sekali setahun. Alena tergolong cuek, sifatnya dingin dan kurang peduli dengan sekitarnya. Setiap jaka mengamatinya, Alena tak pernah lepas dari buku tebal yang ada di tangannya. Dia tipikal orang yang tidak berkeinginan berinteraksi dengan orang lain, buku adalah sahabat sejatinya, dari pagi sampai malam dia tidak pernah lepas dari kumpulan kertas itu.

Alena sering menjadi buah bibir penduduk desa setiap kali dia pulang kampung. Kecantikannya yang tidak terbantahkan. Kulit putih halus bak porselen, tubuh yang padat di bagian yang diperlukan. Gadis itu memang mewarisi seluruh kecantikan almarhumah ibunya.

Jaka tersenyum kecil. Sekarang dia seperti bermimpi, Alena sekarang adalah istrinya yang sah menurut hukum dan agama. Dia berhak menyentuh wanita cantik itu, akan tetapi dia kembali menyadari diri. Yang bisa dilakukannya adalah menunggu. Menunggu gadis itu yang datang padanya. Walaupun itu terdengar sangat mustahil, buktinya Alena menunjukkan sikap menolaknya secara terang-terangan.

Tanpa Jaka sadari, azan zuhur sudah berkumandang dan menandakan dia harus pulang membersihkan diri dan menunaikan sholat berjamaah. Kalau lebih boleh memilih, dia lebih tenang bergelut dengan kebun tebu yang dipenuhi oleh semak belukar dari pada berduaan dengan Alena di dalam rumah karena dia tidak bisa menjaga mata dan perasaannya. Itu salah Alena sendiri, kenapa dia sangat cantik, bertubuh indah dan selalu mengeluarkan aroma yang wangi. Terkadang Jaka semakin pusing, karena aroma Alena memenuhi seluruh penjuru ruangan.

Jaka tertawa sendiri, apakah pernikahan ini merupakan kesialan atau keberuntungan baginya? dia sendiri tidak tau.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top