Bagian 25

Yok bisa yok vote sebelum baca.

Btw Mas Ayank muncul dua part lagi. Yok klu part ini tembus 300 votes, cuss part baru.

...........................

"Habisss!" seru Sanistya sambil menggoyangkan gelas kaca yang tengah dipegangnya.

Dan tak ada setetes pun sisa dari ramuan herbal buatan ibunya. Semua sudah ditenggak sesuai akan perintah diberikan sang ibunda tadi.

Walaupun masih dengan sedikit keterpaksaan, ia akhirnya bisa menghabiskan semua. Jadi, tidak perlu mendapat omelan dari ibunya.

Tentu saja setelah melihat gelas yang tandas oleh ramuan herbal andalan, sang ibunda senang dan tertawa. Sudah jadi kebiasaan orangtuanya.

"Bagus, Sanis. Anak pintar."

Sang ibu membelai lembut rambutnya.

Sanistya jelas tak akan menolak bentuk afeksi seperti ini, walau ia bukan anak kecil lagi.

Memang tidak ada salahnya dimanjakan oleh orangtuanya, disaat usianya sudah seperempat abad. Kasih sayang seorang ibu sepanjang masa.

"Masa cuma anak pintar? Aku ini anak bontot yang paling Mama dan Papa sayang."

"Tercantik juga," ujar Sanistya percaya diri.

Sang ibu sudah jelas akan tertawa karena guyon kekanak-kanakan yang diluncurkannya.

Sanistya selalu merasa bangga dan juga senang menciptakan lawakan yang menghibur siapa pun diajaknya bercanda, termasuk orangtuanya.

Jika membuat hati orang lain senang, maka ia akan menambah pahala dan amalan, bukan?

Minimal, karma baik sudah dilakukan.

Lalu, dipeluknya sang ibu. Tempat yang selalu membuatnya nyaman dan juga merasa dikasihi dengan rasa sayang amatlah besar nan tulus.

"Mama bahagia dapat cucu pertama dari Kakak Miya?" Sanistya menciptakan obrolan ringan.

"Sudah jelas Mama bahagia, Sanis."

"Siap nggak jadi nenek? Mama nggak akan bisa jalan-jalan terus ke luar negeri saat ada cucu."

"Kenapa begitu, Sayang?"

Full versi part ini bisa dibeli di karyakarsa. Link di bio.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top