Bagian 19


Ayo dong 100 vote dulu, udah up cepat nih. Mau next part kan? Yok vote.

....................

"Aku mau yang ini, Sanistya."

"Kayak gini? Atau perlu dimodifikasi lagi?"

"Langsung saja, model yang sudah ada."

Sanistya pun menganggukkan kepalanya segera guna merespons jawaban Jennie Lowson.

"Bisa dikirim minggu depan, Sanistya?"

"Tiga hari lagi bisa."

"Sungguh? Aku tunggu berliannya."

"Siap." Sanistya menyahuti dengan nada yang mantap. Tak lupa tersenyum lebar.

Suasana hatinya jelas sedang bagus hari ini.

Salah satu koleksi perhiasaan termahal telah laku dengan penjualan puluhan milyar. Ia jelas akan mendapatkan bonus cukup besar.

Sepuluh persen dari harga yang terjual!

Sangatlah lumayan bukan? Komisi diperolehnya akan diputar lagi untuk investasi di Amerika.

Bisnis dengan sistem pembagian keuntungan seperti ini, jelas membuatnya semakin semangat memasarkan ke kalangan old money.

Walau posisinya sebagai direktur utama, ia tidak akan malu menawarkan koleksi perhiasan pada mereka yang memiliki banyak uang.

Hitung-hitung sambil membangun relasi yang kuat juga dengan para konglomerat berpengaruh di negeri ini. Tentu penting bagi kariernya.

Bukan hanya sebatas dihargai karena bagian dari keluarga Ayodya dan putri bungsu seorang ketua partai oposisi pemerintahan yang disegani.

Akan diciptakam citra diri sebagai wanita karier sukses dengan bisnis perhiasan kelas atas yang mendunia dan menjadi primadona banyak orang.

Setiap teringat misi dan mimpinya, maka luapan rasa semangat dalam diri Sanistya akan semakin menyala. Ia bertekad lebih bekerja keras dalam membangun perusahaan dan juga bisnisnya.

Semua akan berproses. Dirinya hanyalah perlu terus fokus dan tak lelah berjuang, tentu tabur tuai oleh usahanya akan membuahkan hasil.

"Sanis, kamu dengar nggak Mbak Ratna mau cerai? Katanya sudah masuk ke pengadilan."

"Aku baru dengar kemarin. Aku kira cuma gosip belaka, eh benaran ternyata mau cerai."

Sanistya menarik alis kanannya ke atas. Sedang coba mencerna ghibah diluncurkan Jennie.

"Mbak Ratna Purba?" Sanistya mengidentifikasi siapa yang tengah dimaksud. Belum dipahami.

Jennie Lowson mengangguk mengiyakan.

"Kamu tahu kan Mbak Ratna punya keluarga yang harmonis. Suaminya juga sempurna."

"Alasan mereka pisah karena katanya nggak ada kecocokan satu sama lain lagi, bukan karena ada yang selingkuh. Aku saja sampai keheranan."

"Mbak Ratna nggak ngeri jadi janda sepertinya."

Kening Sanistya kian berkerut. Pembicaraan ini kian mendalam mengurusi kehidupan orang lain yang bukanlah jadi kesukaannya.

Namun jika tak ditanggapi, tidak akan sopan.

"Kenapa kalau jadi janda?"

"Misalkan Mbak Ratna nggak bahagia dengan suami dan rumah tangganya, lebih bagus cerai."

"Kita nggak tahu bagaimana sebenarnya kondisi pernikahan Mbak Ratna." Sanistya beropini.

"Iya juga."

"Kontens yang aku maksud bukan salah atau nggak jadi janda, cuma gosipnya akan banyak."

"Di mata beberapa sosialita, jadi janda nggak baik. Akan merusak citra keluarga dan bisnis."

"Eh, benaran?" Sanistya mengonfirmasi.

"Iya, benar. Contoh saja kakak sepupuku."

"Kasusnya beda emang. Kakak sepupuku kena selingkuh suaminya lumayan sering, lalu cerai."

"Tapi karena jadi janda, usaha restoran semakin sepi. Terus nggak ada keluarga konglo yang mau anaknya dijodohkan sama kakak sepupuku."

Kenapa ia ngeri seketika? Apalagi baru kemarin dirinya meminta cerai dengan sang suami.

Walaupun hanya bercanda dan janji tidak akan mengulangi, tapi tetap saja tak menyenangkan membayangkan menjadi seorang janda, setelah mendengarkan cerita dari Jennie.

Drrttt ....

Drrttt ....

Drrttt ....

Ponselnya berdering. Ada panggilan masuk.

Segera saja diambil handphone yang diletakkan di atas meja kerjanya. Ditinggalkan Jennie.

Dan penelepon adalah suami cueknya.

Full versi part ini bisa dibeli di karyakarsa. Link di bio.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top