Bagian 01


B1 ~ Pencarian Jodoh

...................

"Mana pacar kamu, Nak?"

"Papa mau mengenal pacar kamu, sebelum Papa menerimanya sebagai menantu Papa."

Jika saja jus mangganya tak ditelan, ia pasti akan tersedak akibat ucapan sang ayah yang begitu santai bicara, dengan peringai tenang.

Sanistya lantas berdeham cepat, upaya paling pertama memastikan suaranya tidak akan serak, saat sebentar lagi memberikan tanggapan.

Sanistya juga menarik kedua sudut bibir, usaha memperlebar senyuman ramah pada sang ayah.

Harus tampak tenang. Walaupun, otaknya tengah diserbu kata demi kata guna disusun jadi kalimat paling masuk akan mendukung dustanya.

"Hmm ...."

"Aku sudah putus, Pa."

"Baru sebulanan ini lah, kami putus. Aku yang minta putus karena dia sibuk di Inggris."

"Dia sekolah magister, di sana."

Sanistya ingin menyoraki diri sendiri dan juga bertepuk tangan riuh, karena sudah begitu lancar meluncurkan jawaban-jawaban atas pertanyaan diajukan oleh sang ayah tadi.

Sekitar enam bulan lalu, Sanistya mengarang ke keluarganya, terutama ayah dan sang ibu, jika ia memiliki kekasih karena sudah selama tiga tahun belakangan, dirinya tak menjalin hubungan.

Ya, sebagai orangtua yang sangat peduli akan nasib sang putri, maka ayah dan ibunya selalu saja menanyakan kabarnya. Terutama kedekatan dijalin apakah ada bersama seorang pria.

Dan karena tak mau terus menjadi beban pikiran ayah serta sang ibu. Ia terpaksa berbohong.

"Alasan yang klise, Nak."

"Iya, sih, Pa." Sanistya menjawab santai.

"Tapi, aku nggak bisa punya pacar yang jauh di luar negeri. Pacaran jarak jauh nggak enak."

"Cari pacar di sini saja, yang dekat, Sanis."

"Maunya juga gitu, Pa. Tapi, aku belum dapat lagi, pria lajang seperti yang aku mau."

"Apa perlu Papa bantu kamu, Nak?"

Sedotan sudah di dalam mulut, siap digunakan untuk menyesap jus mangga lagi. Namun karena sang ayah melontarkan pertanyaan sedikit aneh, maka Sanistya mengurungkan niatan.

"Papa mau bantu aku cari pacar. Boleh juga ide, Papa. Tapi, aku yang milih laki-lakinya, ya."

Jelas harus diusulkan supaya orang tuanya tak salah dalam menemukan pasangan untuknya.

Baik, sang ayah ataupun ibunya, belum pernah secara gamblang menyebutkan keinginan dalam menjodohkan dirinya dengan anak kolega bisnis terdekat. Namun apa salahnya waspada diawal?

Sanistya juga tak suka perjodohan.

"Siapa laki-laki yang kamu mau, Nak? Bilang saja, Papa akan membantumu, Sanis."

"Papa yakin nggak, nih, bisa dapat laki-laki itu untuk aku? Nggak mau aku muluk-muluk."

"Andai Papa bisa, aku akan menikah tahun ini." Sanistya secara tak langsung tengah menantang sang ayah, walaupun ia tertawa renyah.

"Siapa laki-laki yang kamu suka, Nak?"

"Pak Prabha Winangun." Sanistya menjawab mantap seraya menambah cengirannya.

Dusta dihadirkan kembali.

Jangankan suka, ia dan juga sosok pria bernama Prabha Winangun itu, baru pernah bertemu satu kali, dalam rakernas partai sang ayah sebagai kader, sekitaran tiga bulan yang lalu.

Bahkan, mereka tak pernah saling sapa.

Hanya saja, ia penasaran akan gosip-gosip para staf perempuan yang bekerja di kantor pusat sekretariat partai, tentang Prabha Winangun.

Mereka mengagumi pria itu. Dielu-elukan pula sebagai pria matang yang kaya. Berparas tampan dengan bisnis-bisnis mentereng. Omset ratusan milyar dalam berbagai bidang.

Prabha Winangun juga memegang posisi cukup strategis di dalam partai ayahnya, yakni salah satu anggota dewan penasihat.

Apa benar Prabha Winangun sekeren itu? Ia harus mencari bukti langsungnya.

"Prabha Winangun, Nak?"

"Apakah kamu serius dia adalah orang yang kamu sukai, Sanis?"

"Iya, Papa. Aku lagi bucin nih, sama Pak Prabha Winangun." Sanistya tertawa cekikikan.

Dari ekspresi diperlihatkan sang ayah dan juga nada bicaranya, sudah jelas menunjukkan rasa kaget. Mungkin sangat tidak menyangka.

Sanistya juga mendengarkan selentingan kabar burung jika sang ayah suka memiliki perbedaan pandangan dengan Prabha Winangun, terutama saat diadakan acara-acara rapat guna menyusun program-program kerja partai.

Jadi, besar kemungkinan ayahnya tidak akan mau. Ia pun terbebas dari desakan untuk punya kekasih lagi dalam waktu dekat ini.

"Papa akan menghubungi Prabha."

"Eh?" Sanistya yang kaget sendiri.

"Apa, Pa?"

.................

Yok mana vote dan komennya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top