BAB 30 END

TIGA TAHUN KEMUDIAN .......

"Wah, Pak Adhyaksa pintar bercanda," komentar Prabha dalam gelakan sedikit tegang.

Segera pula menghilang suara tawanya, tatkala Adhyaksa Syalendra melontarkan kembali apa yang tadi sudah disampaikan padanya.

Benar, ketua umum Partai Bersatu Nasional itu memintanya ikut dalam bursa kandidat calon wakil presiden pemilu beberapa tahun lagi.

Sangat diluar dugaan karena sebelumnya mereka tak pernah membahas. Bahkan pertemuan yang terakhir seminggu lalu, tidak disinggung.

Walau mereka berkawan baik dan juga rekan bisnis yang akrab, namun berkoalisi untuk maju dalam pemilu mendatang, tak bisa dibayangkan.

Mereka juga bernaung di partai yang berbeda.

Namun, pencalonan bisa saja terjadi, jika dirinya direkomendasikan atau diusung secara khusus.

Lagi-lagi, menjadi calon wakil presiden belum masuk dalam daftar pencapaian ingin dilakukan.

Tanggung jawab sebagai sekjen partai saja sudah cukup banyak dan kompleks, apalagi jika nanti harus mengurus negara yang sudah pasti akan lebih rumit dari segala aspeknya tentu saja.

"Pak Adhyaksa harus memikirkan ulang," jawab Prabha saat konfirmasinya diminta.

"Bukan saya bermaksud menolak Pak Adhyaksa, tapi kita harus mendiskusikan lebih dalam."

"Saya juga harus memberi tahu Pak Sapta yang notabene ketua umum partai. Tanpa izin dari dia, saya tidak berani melangkah lebih jauh."

"Kita bicarakan ini dalam pertemuan selanjutnya dengan yang lain, saya rasa mereka harus tahu."

Adhyaksa Syalendra pun menyetujui sarannya. Dan pembahasan mereka juga usai, sehingga tak perlu memperpanjang obrolan kembali.

Setelah Adhyaksa Syalendra mengucap kalimat untuk mengakhiri panggilan, ia pun melontarkan kata terima kasih sebelum memutus telepon.

Ponsel langsung dimasukkan ke dalam tas kerja, baru kemudian turun dari mobil mewahnya.

Berjalan cepat ke arah bagasi guna mengambil dua balon besar yang tadi dibeli sebelum pulang untuk bayi-bayi kembar kesayangannya.

Walau berukuran jumbo, tak kesulitan Prabha membawa ke dalam rumahnya. Pintu garasi pun cukup memuat balon-balon tersebut.

Didapati ruang tamu kosong. Sunyi suasananya.

Prabha lalu berjalan ke arah kamar bayi, terletak masih di lantai satu, hanya sedikit di ujung.

"Satu ... satu ..."

"Nakula dan Sadewa sayang Mama."

"Dua ... dua ..."

"Baru sayang Papa."

"Tiga ... Tiga ..."

"Sayang Mama lagi."

"Satu ... dua ... tiga ..."

"Sayang semuanyaaa."

Full versi part ini bisa dibeli di karyakarsa. Link di bio.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top