13 - jalan


"Hiks... Hueee... Awaeawa... HUWEEEE, HUWEEE!!"

"Eh, eh, loh! Jangan nangisss, anak Papa kan anak pinter, anak kuat... Jangan nangis, dong." Thorn—si Ayah dari bayi yang menangis tadi itu menggendongnya. Dia membenar bedongnya yang sudah tak terikat erat karena si bayi yang memberontak sedari tadi.

Istrinya, [Fullname] atau lebih dikenal sebagai [Name] saat ini sedang reunian bersama teman masa SMP-nya. Awalnya [Name] mengajak Thorn untuk ikut dengannya, namun Thorn menolak dengan alasan 'tidak ada yang menjaga si kembar', padahal kan bisa titip ke Gempa atau saudaranya yang lain.

Makanya, sekarang dia sedang berada dirumah bertiga dengan kedua anak kembarnya.

Masalahnya itu cuman satu, anaknya kalo salah satu rewel atau nangis—yang satu ikutan juga. :(

"Duhh, cantiknya Papa yang satu ini kok ikutan nangis jugaaa?? Papa jadi bingung, ini. Aaaaa [Name]! Cepet pulaaang."

—Dan kalau sudah seperti itu, Thorn akan panik, lalu ikut menangis bersama bayi kembarnya.

"Ah, betul juga!" Si ayah menaruh kedua bayinya yang masih menangis itu ke ranjang semula. Ia dengan cepat berlari kearah dapur untuk mengambil stok asi yang memang sudah [Name] siapkan jika nanti dia pergi jalan dan anaknya dirumah.

Selesai menaruh asi itu kedalam botol dot, Thorn kembali berlari ke kamar, dan mencoba meredakan tangisan si bayi.

"Siapa yang mau susuuuu?? Berhenti dulu nangisnya, nanti Papa kasiih susu, loh!!"

Netra hijaunya melirik netra [e/c] milik kedua anaknya, Ia mengelus kedua pipi sang anak dengan lembut—bermaksud memberi sedikit ketenangan, lalu sebuah botol dot yang berisi susu itu dimasukkan dengan pelan ke mulut mereka.

Sebenarnya agak rawan, sih. Thorn sendiri agak takut-takut pas mau masukin dotnya.

Mulut dedek bayinya kecil. :(

Merasa tangisan keduanya sudah mereda, Thorn menghela napas panjang. Ayah dari dua anak itu duduk di pinggiran ranjang sembari memandangi wajah anaknya yang sangat mirip dengan dirinya.

"Ututuu, minum susunya cepet banget kamu! Haus, ya? Makanya kamu nangis kayak gituu."

Thorn terkekeh geli kala melihat anak laki-lakinya yang menyedot susu seperti orang tak minum seharian. Tangan kanannya bergerak bebas menyentuh pipi si anak yang masih asik menyedot.

"Lain kali, kalo haus tuh jangan nangis kayak tadi, kan Papa jadinya binguung kamu mau apaaa."

Kedua bayi yang berusia satu bulan setengah itu tak mengerti apa yang diucapkan oleh Ayah mereka. Mereka hanya fokus pada susu yang sedang disedot dari botol dot.

Merasa sudah damai, Thorn mengambil ponselnya—bermaksud tuk menelpon sang Istri yang belum ada di rumah setelah tiga jam keluar rumah.

Tut... Tut...

"Halo?"

Suara khas milik seorang yang sangat Thorn kenali itu terdengar di telinganya. Ia dengan cepat membuat raut wajah ceria lalu membalas sang Istri.

"[Nameee]! Kapan pulaang? Ini udah siang, loh. Kamu pergi dari pagi tapi sampe sekarang belum pulang jugaaa!"

"Ehehe, maaf ya, aku keasikan ngobrol sama temenku waktu jaman SMP. Ini aku mau pamitan dulu baru balik, deh."

Terdengar suara kekehan yang lucu bagi Thorn di telinganya. Membuat Thorn tak tahan ingin memeluknya dan semakin ingin Istrinya cepat-cepat pulang ke rumah.

"Ayoo cepet pulang! Nanti anak kita kangen, loh~"

"Anak kita atau anakku~?" goda [Name] dari seberang sana.

"Anak kitaaa [Naaamee]."

Gadis yang ada di balik telpon itu kembali terkekeh, dirinya merasa puas karena bisa menggoda si suami.

"Yasudaah, tolong jaga mereka sebentar lagi ya, Thorn. Aku otw kesana, tunggu aku 25 menit lagi."

"Oke!—eh, bau apa ini?"

Thorn sedikit menjauhkan telponnya, dia mengendus-endus sebuah bau tak mengenakkan itu dan mengikuti asal baunya.

Sebelum akhirnya Ia sadar dan mematung, tak tahu harus bagaimana.

"Halo, Thorn? Kamu masih disana kan?"

"...."

"Thorn? Kenapa? Ada apaa? Kok diem aja,"

"[Name]...."

"Iya Thorn!!? Kenapa???"

"Mereka berdua BAB di pampers, dan pampers nya udah penuhh HUWAAA, THORN GAK BISAA BERSIHINNYAA"

"Astaga... Tunggu aku, biar aku aja yang bersihin mereka."

"Cepett balik [Name]! Baunya nyengat banget. Thorn mau bersihin tapi Thorn gak tau caranya nyebokin bayi gimanaaaa"

"Iya Thorn, iya! Sebentar ya sayaaang."

Setelahnya, sambungan telpon diputus oleh [Name].

___________________________________



































































Kini [Name] sudah berada di rumah, Ia baru saja selesai membersihkan si kembar dari kotoran mereka. Tadi, saat [Name] baru sampai rumah—dirinya dikejutkan dengan suaminya yang sudah menangis karena kebingungan.

Padahal Ia sudah bilang, tunggu dirinya saja.

Aduh, [Name] serasa punya tiga anak, nih. Soalnya pas anaknya nangis, bapaknya malah ikutan nangis. :(

"Maaf, ya."

[Name] menoleh ke sampingnya, mendapati sosok pria yang Ia cintai itu tengah bermuka masam dan seperti sedang merasa bersalah.

"Buat?" tanyanya.

"Thorn harusnya biarin aja [Name] reunian sama temen SMP [Name]. Tapi karena Thorn gak bisa cebokin bayi, [Name] jadi harus buru-buru pulang, deh. Maaf, ya [Name]."

Sang Ibu dari si kembar diam sebentar, sebelum Ia akhirnya tertawa pelan lalu mengelus surai suaminya lembut.

"Gapapa, inikan baru pertama kalinya Thorn aku suruh jaga mereka. Nanti aku ajarin cara mandiin bayi, deh."

Yang di elus itu mengangguk mengerti, Ia melirik wajah cantik Istrinya lalu kembali bersuara,

"Tapi [Name] tumben ikut reunian kayak begituu, biasanya [Name] gak mau dan nolak ajakan mereka. Ada sesuatu, ya?"

[Name] menghentikan sesi mengelusnya itu. Dirinya mengambil teh yang ada di meja lalu menyeruputnya dengan tenang.

"Aku cuma bosen, Thorn. Soalnya akhir-akhir ini aku gak keluar rumah, gak jalan gitu. Yasudah deh aku terima aja ajalan mereka."

Si suami diam sebentar,

"... Kenapa [Name] gak bilang kalo [Name] mau jalaaan? Kan Thorn bisa ajak [Name] jalan."

"Yaa... Habisnya kamu kayak sibuk banget gitu, sih."

Thorn menggelengkan kepalanya, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"No! Gak ada kata sibukk kalo itu berkaitan sama orang yang bernama [Fullname]!"

"Yakin nih? Bahkan kalo aku ngajak jalan sekarangpun?"

Suaminya itu mengangguk, mencoba meyakinkan Istrinya yang masih tertawa kecil.

"Yakin! [Name] mau jalan sekarang? Ayo aja, Thorn bakal ajak [Name] jalan sekarang, siniii." dia menarik pergelangan tangan Istri nya, dan membawanya masuk ke kamar mereka berdua yang dimana disitu ada si kembar sedang tidur.

"Eh, kalo kita jalan sekarang gimana? Kan si kembar tidur, Thorn."

Pria itu diam sebentar, hingga akhirnya dia menampilkan senyum yang menampakkan deretan gigi nya.

"Kalo itu, sih... Serahin aja ke Thorn!"






































"MISIIII, BANG UPAAN! PAKET!"

Ya, saat ini mereka berdua sedang berada didepan rumah lama, atau rumah saudara-saudara Thorn. Dengan dua bayi kembar yang masih anteng di gendongan Thorn.

Cklek.

Pintu rumah dibuka, menampilkan Taufan dengan celemeknya yang mungkin Ia sedang membuat biskuit.

"Wuihh, wangi apa nih Bang Upan?"

"Oh, ini Bang Upan lagi bikin biskuit bareng GemGem. Kamu sendiri kesini mau ngapain? Mau main?? Kebetulan juga kita semua lagi pada ngumpul nih karena libur." jelas Taufan ketika melihat Thorn dan [Name] yang berpakaian rapi.

Thorn menggeleng pelan ketika ditanya Kakaknya, Ia menyerahkan satu bayinya kepada Taufan, yang langsung mengundang sebuah pertanyaan di kepalanya.

"Bang Upan atau yang lainnya bisa jagain si kembar bentaran aja, gak? Sampe malem deh. Thorn mau jalan sama [Name] dulu soalnya."

"Loh, heh—"

Belum selesai Taufan berbicara, tiba-tiba Thorn memberikan satu bayi lagi kepadanya.

"Tung—"

"—ini pampers mereka ada di dalam tas ini, ya. Terus ini juga ada susu asi buat mereka kalo nangis. Di dalam tas ini juga ada mainan merekaa, sama ada baju ganti buat mereka kalo kenapa-napa."

Thorn nyelonong masuk ke dalam lalu menaruh barang-barang kebutuhan si kembar di sofa. Sedangkan saudara nya yang lain memandang bingung Thorn yang tiba-tiba masuk dan menaruh semua barang itu.

"Thorn, aku—"

"—Terus ini juga ada uang buat mereka kalo kenapa-napa gitu. Udah gini aja, bye ya kalian semua! Thorn titip dulu cantik sama gantengnya Thorn!"

"Erm... Iya deh, bye bye Thorn..."

Terlihat sekali wajah Taufan tampak sedikit memaksakan diri untuk tersenyum, padahal dalam hati—

'ANJJJ THORN WOYY DENGERIN DULU GUE NGOMONG, KEK! IYA TAU KALIAN UDAH LAMA GA NGEDATE, TAPI JANGAN GINI JUGA ATUHH, NTAR KALO MEREKA BOKER GIMANA?? GUE GABISA NYEBOKIN. TAPI KARENA MEREKA LUCU GAPAPA DEH, GUE MAAPIN KALI INI.'

—Begitu kira-kira isi hati Taufan.

Sedangkan Thorn? Dia sudah dalam perjalanan untuk date bersama [Name].

Ya, setidaknya biarkan mereka berdua menghabiskan waktu berdua saja kayak dulu lagi, deh.

Dan mari kita sudahi ini semua sampai sini saja. Terimakasih sudah mengikuti kisah singkat Thorn dengan Istrinya hingga akhir.


END.

_________________________________

Tenang, masih ada special chapter—ya, gak panjang-panjang amat sih tapi.

Thankyou buat kalian yang udah baca ini dari awal chap sampe akhir, huhu bener-bener aku gak nyangka secepat ini selesainya.

Tapi gapapa, nanti malem aku bakal bawa book baru lagi dengan Halilintar sebagai tokoh utama, hehehe.

See u di next book!

Salam hangat,
Charly.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top