12 - hari h


Akhirnya, hari yang sangat di nanti-nanti datang juga. Thorn saat ini tak tahu harus bereaksi seperti apa, faktanya, saat ini saja dirinya sudah lemas merasa takut dengan keadaan sang Istri di dalam sana yang sedang berjuang melahirkan buah hati mereka.

Sekarang saja dia sedang di hibur terus-terusan oleh saudaranya, terutama Taufan dan Blaze.

Banyak hal yang terjadi sebelum istrinya masuk ruang operasi itu, dan membuatnya langsung lemas seperti ini.


Saat itu, Thorn dan [Name] sudah sampai di rumah sakit untuk melahirkan si kecil. Awalnya, Thorn ingin [Name] melahirkan normal saja agar Ia bisa menemaninya selama proses itu berlangsung.

Namun, ada sesuatu hal yang terjadi.

Kata dokter, tubuh [Name] terlalu kecil, akan sangat berisiko untuk melahirkan secara normal. Dan bayinya terlalu besar untuk jalan lahirnya.

Makanya, untuk keselamatan Ibu dan janinnya, mau tak mau mereka harus memilih lahiran caesar, dimana itu artinya Thorn tak bisa menemani ataupun melihat [Name] selama proses berlangsung.

Rumah sakit ini tidak mengizinkannya.

Karena itu, sekarang Thorn merasa khawatir dan lemas, berharap Istri dan anaknya keluar dari ruangan operasi secepat mungkin.

"Thornnn, senyum dong! Masa mau jadi Ayah senyumnya malah hilang."

Itu Taufan, yang masih setia menghiburnya dengan berbagai macam cara—tidak lupa dibantu dengan Blaze.

"Thorn senyum kok, Bang Upaaan. Liat nih! Thorn senyuuum."

Calon Ayah itu memperlihatkan deretan giginya sambil tersenyum, seolah memberitahukan kepada sang kakak jikalau dirinya lebih dari kata tidak apa-apa.

Tak lama, tepukan di pundaknya terasa, membuat Thorn menoleh dan mendapati kakaknya yang lain, sedang menatap lembut dirinya.

Ia menyerahkan boneka pausnya kepada Thorn, membuat Thorn bingung.

"Ambil, siapa tau bisa bikin tenang dikit. Aku kalo panik atau gak bisa mikir jernih, selalu meluk itu." jelasnya seolah tahu apa maksud dari raut wajah Thorn.

Thorn sih hanya mengangguk, dia memeluk erat si paus kesayangan kakaknya, dengan batinnya yang tak henti-henti berdoa untuk keselamatan [Name].

Dan mungkin doa makan gak sengaja dia baca juga——

"Thorn, nanti kalo adek bayi nya udah lahir, senyumnya yang ikhlas yaa?"

Gempa, kakak ketiga Thorn—yang akhir-akhir ini menjadi tempat Thorn bercerita—itu mengangkat suara, dan jalan menghampiri dirinya yang masih duduk di pojokkan.

"Kan gak mungkin kalo adek bayinya baru lahir udah dikasih liat muka cemberut papanya."

"Kak Thorn maunya dipanggil apa?" tanya Solar yang langsung membuat Thorn fokus kearahnya.

"Thorn mau dipanggil pake panggilan Papa, Solar." bukan Thorn yang menjawab, melainkan Gempa yang masih mencoba menghibur Thorn, setidaknya menghilangkan rasa khawatirnya, deh.

"Eh? Ku kira Kak Thorn mau dipanggil Papi atau Ayah,"

"Kalo Papi mah itu kamu, Solar."

"Heh! Engga ya, aku maunya dipanggil Daddy, kalo bisa sugar daddy... Hehehe."

Semua nya langsung terdiam, tak terkecuali Halilintar yang tiba-tiba bersuara,

"Kalau menurutku sih, anter Solar ke ustadz terdekat dari sini sekarang juga."

"HEH!!"

Tanpa sadar, Thorn sedikit tertawa. Hal itu lantas mengundang perhatian dari para saudaranya.

"Nah! Gitu kan lebih cerah, kayak masa depan gue! Gak kayak yang disebelah gue, suram." ujar Blaze yang langsung mendapat jitakan dari orang di sebelahnya alias Taufan.

Sembari menunggu [Name] keluar dengan si kecil dari ruang operasi, mereka bertujuh bercanda ria, sambil mengenang masa lalu ataupun menceritakan aib jaman sekolah.

"Eh kalian udah tau belum? Dulu Ice pernah ambil bakwan lima tapi bayarnya cuma dua ribu."

"Aku gak pernah kayak gitu ya, Blaze!"

"Kalian juga udah tau belum, dulu Bang Hali pernah bolos mapel MTK karena gak paham dan mual sama trigonometri?"

"Gempa ... Kamu udah janji gak ceritain yang itu, loh."

Gempa hanya terkekeh seolah tak bersalah, sedangkan yang lainnya menatap Halilintar dengan pandangan tak percaya.

"Apa lo pada liat-liat?"

Langsung semuanya menoleh kearah lain.

--------











































Tak terasa, akhirnya setelah kurang lebih empat puluh menit berlalu, sebuah suara yang mereka tunggu-tunggu itu datang.

Sebuah suara tangisan bayi yang asalnya dari ruang operasi. Lantas mereka semua yang tadinya sedang membahas masa lalu itu menoleh ke asal suara,

Taufan dan Blaze berteriak bahagia, Gempa bersyukur dan reflek ucap Alhamdulillah, Halilintar sendiri juga bersyukur dalam hati. Ice langsung bangun dan sadar sepenuhnya, Solar sudah siap untuk live instagram memberitahu bahwa dirinya sudah jadi paman.

Thorn sendiri? Dia masih diam dengan senyum yang semakin mengembang itu. Tak lama, butiran air itu jatuh dari matanya dengan perasaan senang.

Bersama-sama, mereka menunggu pintu ruang operasi dibuka—namun, mereka terkejut kala mendengar sebuah tangisan dari bayi lagi. Seperti ada dua bayi.

"LOH, HEH!?"

"THORN, BAYI NYA KEMBAR???"

"Thorn g-gak tau,"

Astaga, semuanya yang ada diluar semakin dibuat heboh karena kepo dengan jumlah bayi yang ada di dalam ruang operasi bersama Ibundanya.

.
.
.
.
.

Netra cantiknya terbuka perlahan, yang pertama kali Ia lihat adalah suaminya yang nampak baru selesai menangis.

Suaminya itu meneriaki namanya, membuat Ia mencoba tuk bangkit dan membalas perkataan si suami.

"Thorn??"

Dia mengumpulkan kesadarannya sebentar, lalu menoleh kearah kiri dan mendapati dua bayi yang ada di samping ranjangnya dengan paman kembar mereka.

"Semuanya sudah selesai, ya?"

Kali ini, [Name] mencoba mengumpulkan semua kekuatan tubuhnya setelah habis di peras saat proses tadi.

"Udah [Name], udaaah! Bayinya juga sehat, gak ada yang sakit atau kenapa-napa hikss, Thorn... Thorn... HUWEE [NAAAMEE]"

Air matanya pecah begitu saja kala melihat Istri nya yang sudah baik-baik saja. Dia memeluk [Name] erat lalu menghujani wajahnya dengan sebuah kecupan.

... Tanpa sadar kalau masih ada enam orang lainnya disini.

Apalagi Solar dari tadi sudah berada di aplikasi kamera. Lantas hal mesra di depannya itu sudah terfoto dan tersimpan di galeri dia.

"Harus banget kita ngingetin mereka kalo kita belum nikah?"

"Ini mereka ga sadar ada kita, ya?"

"Udah biarin ajaa, mereka lagi bahagia banget itu." Gempa sedikit terkekeh melihat kemesraan adik kembarannya dengan adik iparnya. Jemari dari tangan kanannya itu tak henti-hentinya menyentuh tubuh kecil si bayi perempuan yang di balut dengan bedong.

[Name] melahirkan anak kembar beda gender, dan jaraknya hanya empat menit. Yang lahir pertama itu yang perempuan, lalu diikuti dengan yang laki-laki.

Sebenarnya Thorn sedikit terkejut, namun dia juga bersyukur, kan lumayan sekali bikin langsung dapet sepaket cowo-cewe. /heh

Tak sia-sia Ia melewati dan merasakan masa dimana [Name] emosian, ngidam, membuatnya bingung, tak napsu makan, mager, dan hal lainnya demi si kecil.

Setidaknya jerih payah mereka berdua terbayarkan oleh si kecil yang lahir dengan sehat wal afiat ke dunia ini.

Thorn menghampiri kedua anaknya, menatapnya dengan seksama—membuat senyuman di wajahnya, lalu terkekeh sebentar,

"Selamat datang, kesayangannya Papa dan Mama."


____________________________________

Aaaaaa satu chapter lagi tamat.
Huhu makasih banget buat yang udah baca dari awal chapter sampe hampir nyampe di ujung cerita.

Tbh, awalnya aku iseng buat doang, eh malah ketagihan, hehehe :')

See u besok, ya!

Sebentar lagi kapalnya sampe ditujuan, nih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top