04 - kantor

Everybody wanna steal my girl, everybody wanna take her heart away... 

————————

Satu hal yang pasti, dan sangat Thorn pahami ... Istrinya itu selalu menarik perhatian para lelaki liar diluar sana karena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masuk ke dalam list tubuh idaman para wanita. 

Apalagi akhir-akhir ini banyak berita hilangnya perempuan cantik di dekat komplek mereka, makin was was dong Thorn. Takut istrinya ini kenapa-napa. Makanya, belakangan ini Thorn tak mengizinkan [Name] keluar rumah sendirian, harus ditemani—entah itu sama saudaranya, atau temannya. 

[Name] sih mengerti kenapa Thorn seperti itu, lagipula akhir-akhir ini dia malas gerak dan pusing. Oh, iya, ngomong-ngomong mereka berdua sudah melakukannya, loh. Setelah Thorn belajar bersama Gempa dan Blaze, malamnya langsung di praktekkan. Ya, sudah lewat 3 minggu sejak saat itu sih. 

Kini, [Name] sedang berada di rumahnya seorang diri, bersih-bersih rumah. Ya, mumpung dia tak ada kerjaan dari kantor, dan suaminya sedang tak ada, jadi, kenapa tidak beres-beres saja? 

Namun, saat menuju ke dapur—matanya menangkap bekal yang terbungkus rapi di meja dapur. Sudah ketahuan, jika itu milik suaminya, Thorn. 

"Astaga, bekalnya ketinggalan...." [Name] memijat dahinya pelan, lalu mengambil handphonenya yang berada di ruang tamu. 

Tanpa babibu, langsung saja dia memencet kontak bertuliskan "suami ♡" di layar handphonenya. 

Tut.. Tut.. 

"Halo? [Name]?" 

Terdengar suara yang sangat ia kenal di seberang sana. 

"Ah, Thorn, bekalmu ketinggalan dirumah... Aku anter ya?"

"Heee??? Gak, gak!!! Gaboleeeeh, kalo nganternya sendirian gak boleh!!" [Name] terkekeh mendengar ucapan suaminya yang begitu panik dan khawatir, lantas, dirinya mencoba tuk meyakinkan sang suami. 

"Gapapa, Thooorn, lagian siang-siang begini, mana mungkin bakal ada penculikan. Penculikan itu kan, biasanya malem-malem atau sore menjelang malam." jelasnya tuk meyakinkan pria yang ada di seberang sana.

"Uh... Yasudah boleh, tapiii" 

"Tapi apa?"

"Nanti jangan langsung pulang ya, [Name]! Temenin Thorn kerja duluu, kita pulang bareng nanti sore."

Ya, [Name] tak keberatan dengan permintaan Thorn, habisnya ia juga bosan dirumah sendirian saja. Lebih baik ketemu suami dan memandangi rupanya yang tampan itu, bukan? 

"Yaudah, deal."

Setelahnya, sambungan itu diputuskan oleh [Name] dan langsung pergi ke kamar untuk berganti pakaian menuju ke tempat kerja Thorn. 

Aduh, [Name] jadi gak sabar ketemu mas suami. 

————————

"[NAAAAAMEEEEE]" teriakan itu menggema diruang kantor—yang langsung menarik perhatian para karyawan lainnya. Mereka melongo kala melihat ketua divisi mereka itu yang begitu manja dengan sang istri. 

"Aduh, Thorn... Jangan begini! Malu tau diliatin orang-orang."

"Gapapa, dong. Biar mereka tau kalo [Name] itu punya Thorn, hehehe. Nah, ayo masuk ke ruang kerja Thooorn." ujarnya sembari menarik tangan mungil sang istri. 

Karyawan lainnya hanya mendengarkan mereka sambil mengerjakan pekerjaannya. Ya, mereka semua pura-pura tak tahu saja. Pura-pura tak dengar, juga walau aslinya Thorn sama [Name] dikupingin terus. 

"[Name], [Name]!" panggilnya. Dia duduk di sofa yang ada di ruangannya. Lalu menepuk-nepuk tempat kosong yang ada disampingnya. Istrinya yang peka akan maksud dirinya, langsung mendudukkan tubuhnya ke tempat kosong itu, lalu membuka bekal yang ia bawakan untuk Thorn tadi. 

"Nih, makan." 

"Suapin, hehehe"

[Name] dibuat menggeleng kecil olehnya. Namun tak lama, ia ambil sesuap sendok nasi dan menyendokkannya ke mulut Thorn, "dasar manja." kekehnya. 

Thorn tak memedulikan ejekan [Name], ia fokus mengunyah makanan yang disuapkan oleh istrinya tadi. Memang ya, kalo disuapin istri tuh, rasa enak nya makin nambah. 

"[Name] nanti temenin Thorn disini sampe selesai kerja yaaa," 

"Iya, iya. Kan tadi kita udah deal juga. Sekarang, cepet buka mulut, suapan kedua mau masuk nih." [Name] menyuapinya layaknya seperti ibu yang sedang menyuapkan anaknya, alias—itu sebelum langsung masuk ke mulut Thorn, sendoknya dibikin terbang-terbang dulu jadi pesawat gitu. 

Ya intinya gitu deh, lupa namanya. 

Dengan semangat, Thorn membuka mulutnya—membiarkan istrinya menyuapinya lagi untuk yang kedua kali nya. "[Nwame] ghwak mahkan?" 

[Name] tertawa geli, ia mengelap sudut bibir Thorn yang sedikit berantakan itu dengan tissue lalu berbicara, "telan dulu makanannya sayaaang."

jiakh sayang.

Thorn menelan makanan yang ia kunyah, lalu bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama. "[Name] gak makan?"

"Gak ah, aku lagi ga nafsu makan." 

Thorn cemberut mendengar jawabannya, ia ambil alih kotak makan yang ada di tangan sang istri, lalu mengambil sesendok untuk disuapkan ke mulut istrinya. 

"[Name] aaaa~"

Ya, mau tak mau ia buka mulut, kalau tak di turuti, nanti Thorn malah ngambek. Namun, baru juga satu suapan, dirinya langsung merasa perutnya tak enak. 

"Sebentar ya Thorn, satu suap dulu aja. Aku mau ke kamar mandi dulu, buang air." Thorn hanya mengangguk saja, ia taruh bekal itu di meja, "Thorn ikut."

Huh? 

"Eh, aku cuma mau ke kamar mandi sayaaang, bukan pulang."

"Ish, gamaaau. Thorn mau ikut!"

Kadang, punya suami yang gabisa ditinggal tuh, rasanya agak ga enak. 

Yasudah, karena tak mau berdebat, akhirnya [Name] iyakan saja. 

Saat mereka berdua keluar tuk pergi ke kamar mandi, Thorn bisa mendengar bisikan karyawan-karyawan di kantor kakaknya ini. Haduh, untung Thorn ikut, kalau tak ikut, istrinya di godain kali ya? 

Fyi aja, Thorn itu, tipe yang manja manja cemburu gitu. 

"Siapa sih namanya? Cantik banget."

"Heh, itu istrinya pak ketua kita."

"Rambutnya elusable banget."

"Masa sih istrinya pak ketua?" 

Thorn risih dong dengernya, bukan risih sih, cuman takut aja. Takut istri cantiknya di ambil. 

Ya iyalah takut! Perjuangan Thorn buat dapetin [Name] itu susah banget! 

Dia dulu suka sama [Name] sebelum Halilintar suka sama [Name] juga. Waktu itu, mereka temen SMP. Deket karena gak sengaja ketemuan di kebun sekolah, akhirnya jadi deket tuh. Nah, waktu SMA nya nih, [Name] satu klub sekolah sama Hali, jadi mulai agak deket sama Hali. 

Terus pas hari kelulusan, Thorn niatnya mau nembak [Name] di kebun sekolah. Tapi keduluan Hali. Gak sengaja liat Hali nembak [Name] di kantin. Yaa, Thorn pikir cinta pertamanya emang udah selesai sampai tamat SMA aja, tapi ternyata pas kuliah satu kampus. Sedangkan Hali—pacar [Name]—waktu itu, beda kampus. 

Seiringnya waktu, komunikasi Hali sama [Name] itu berkurang karena kesibukkannya mereka. Akhirnya, hubungan mereka jadi canggung. Sampe akhirnya Hali milih buat udahin hubungan mereka, tapi minta tetap jadi teman. [Name] sih oke-oke aja, toh dari situ ketahuan kalau mereka gak cocok. 

Nah, dari situ juga Thorn jadi dapet kesempatan buat pdkt ke [Name] dengan bantuan kedua kakak laknatnya yakni Blaze dan Taufan. Thorn gak mau pacaran sama [Name], katanya dia mau nya langsung nikah aja. Eh ternyata gak main-main ucapannya, habis lulus kuliah langsung dinikahin. 

Makanya, Thorn takut si cantik miliknya ini diambil sama orang lain. 

"[Name], kok lama banget sihh di kamar mandi nya."

"Hehe, maaf Thorn, lama ya?"

"Lama banget! Yuk balik lagiii, ga enak disini lama-lama. Hawa nya itu loh, [Name]. Thorn gak suka... Banyak yang liatin [Name] kayak napsuan gitu," dia cemberut, lalu memeluk lengan istrinya tuk memberitahu kepada mereka semua kalau [Name] itu hanya miliknya seorang. 

___________________

... Couple billion in the whole wide world, Find another one 'cause she belongs to me. 


Janlup tinggalkan jejak, yup!! Berupa komen/vote.

Huhu, niatnya mau update malming, tapi malming nanti aku gabisa up :( jadi up sekarang aja deh. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top