02 - selingkuh?

Pls, tinggalkan komen/vote/ataupun jejak lainnya, ya :D biar aku lebih semangat. Thankyouu


Happy reading. 

"Bang Blaze, enak ya pake baju yang keteknya keliatan kayak gitu?" pria bermanik hijau itu bertanya, membuat yang ditanya sedikit bingung dengannya. "Enak-enak aja, emang kenapa dah? Lo juga udah sering liat gue pake baju ketekan begini, Thorn."

Saat ini, Thorn sedang berada dirumah abang-abangnya. Karena [Name] ada janji dengan seseorang, dan Thorn merasa kesepian dirumah sendirian saja—akhirnya dia putuskan tuk pergi ke rumah abangnya. Lagian juga, katanya Taufan rindu jahilin orang bareng dirinya. Tapi saat sampai di rumah abang-abangnya, Taufan tak ada disana. 

Katanya, sih, lagi godain cewek diluar. 

"Bang Blaze sering keluar pake baju begitu kan?"

"Iyalah, dulu lo selalu liat gue keluar pake baju begini, kenapa sih?"

Thorn cemberut, dia taruh PS nya di lantai, lalu merebahkan dirinya di lantai kamar Blaze. "Masa [Name] gak izinin Thorn pake baju kayak gitu! Katanya aurat, ketek gaboleh diliatin ke sembarangan orang."

Blaze yang mendengar curhatan adik kembarannya bingung, dia garuk-garuk rambutnya yang tak gatal lalu cengengesan. "Erm—gimana, ya, Thorn. Hehehe, gue juga bingung mau ngomong gimana. Coba tanya bang Gem."

Tanpa babibu, pria dengan baju hijau itu turun kebawah dan mendapati Gempa yang sedang menonton televisi bersama Ice yang tidur di sofa. "Bang Gempaaaa," dia jalan mendekati Gempa, lalu memeluknya dari belakang dengan ekspresi cemberut. 

"Eh, kenapa, Thorn?"

"[Name] gak ngizinin Thorn pake baju kayak Bang Blaze! Katanya aurat, ketek Thorn gak boleh diliatin ke orang-orang."

Owalah, ternyata masalah baju. 

Gempa geleng-geleng kepala mendengarnya, dia menyuruh Thorn duduk di sampingnya lalu menyeruput teh yang ada di meja. "Yang dibilang [Name] bener, kok. Gaboleh sembarangan liatin aurat ke orang."

"Tapi bang Blaze boleh, tuh. Lagian bapak-bapak di komplek Thorn juga pada pake kutang doang kalo keluar. Pas nanya ke [Name], Thorn gak dibolehin keluar pake kutang. Terus Thorn tanya lagi ke [Name], kalo pake baju kayak bang Blaze boleh atau engga? Sama [Name] tetep ga dibolehin!"

Gempa hanya tersenyum mendengar curhatan sang adik. Dia usap pelan kepalanya lalu kembali berbicara. "Thorn, masa kamu mau kutangan kayak bapak-bapak komplek juga? Kamu kan masih muda, maklumlah [Name] gak ngebolehin. Terus juga, bang Blaze itu salah, jangan diikutin."

"Heh! Aku denger, ya, bang!" nah, loh. Orangnya muncul. 

"Hehe, maaf Blaze." ucapnya sembari menggaruk pipinya yang tak gatal. 

Thorn yang mendengar jawaban Gempa merasa tak puas. Nyatanya jawaban Gempa mirip dengan jawaban sang istri kemarin. 

"Assalamu'alaikum—eh, ada bang Thorn disini?" Terlihat lelaki dengan pakaian putih sedikit kejinggaan itu tengah masuk ke dalam rumah dengan tentengan plastik di tangan nya. 

"SOLAR!!" 

"Aduh bang, jangan meluk-meluk napa. Udah ganteng, nih."

"Hehe, habis dari kemarin ga keliatan!" Thorn lepaskan pelukannya lalu menarik tangan Solar kearah ruang tengah yang disana sudah ada 3 orang. 

"Iya, kemarin Solar sibuk sama dosen soalnya, bang. Biasa, orang populer, ganteng gitu, pasti lah di cari terus." 

Nah, mulai narsisnya. 

"Hih, gantengan juga gue." Blaze menatap datar Solar yang baru saja masuk, sedangkan Gempa hanya geleng-geleng kepala. 

Awalnya, Thorn ingin berbicara dengan Solar lebih lama lagi, tapi—

BRAKK. 

—Tiba-tiba saja, pintu kembali di dubrak dengan kencang oleh Taufan. 

"THORN?? MANA THORN?? GUE ADA KABAR BURUK!!" matanya menatap kanan kiri mencari keberadaan si pria berbaju hijau itu, sebelum akhirnya yang di cari angkat tangan dan menatapnya bingung. 

"Kabar buruk apa, bang Upan?"

"[NAME]SELINGKUH!!!" 

"HAH??!" semua yang ada di ruangan itu terkejut bukan main, bahkan Ice yang masih setengah tidur setengah sadar pun jadi sadar sepenuhnya. 

"Duh, gimana niiiih, kalian nikah belum ada seminggu tapi udah ada masalah ajaaa!!!" Taufan goyangkan bahu Thorn dengan seluruh tenaganya. Sedangkan yang di goyang kan masih terdiam, mencoba mencerna omongan Taufan sebelumnya. 

"Gak mungkin...."

"ISH THOOORRN, GUE LIAT SENDIRI! TADI GUE DI TAMAN MAU GODAIN CEWEK, TERUS LIAT ADEK IPAR—ISTRI KAMU—LAGI NGOBROL SAMBIL KETAWA SAMA COWOK LAINN. MANA KELIATAN SENENG BANGET!" Taufan, nih, heboh banget. 

"Bang Upan ada buktinya?" Gempa akhirnya buka suara, dia berdiri dari duduknya lalu menghampiri Taufan yang masih setia menggoyangkan bahu Thorn. "Udah, kasian THORN nya, bang. Pusing, tuh."

Sang pria bertopi biru itu melihat kearah Thorn yang hanya pasrah, lalu dia cengengesan dan melepaskan kedua tangannya dari bahu Thorn. 

"Gue gak sempet foto, Gem. TAPI YAKIN BANGET GUE, ITU [NAME]!"

"Kalo gitu, coba kita ke tempat nya [Name] sekarang." sahut Solar yang langsung dapat pujian dari ketiga abangnya; Gempa, Solar, Thorn. 

"PINTERR JUGA KAMU LAR,"

"heh, gue mah dari jaman brojol emang udah pinter, ya!"

______

Kini, keenam orang itu sedang bersembunyi dibalik tembok rumah—ntah rumah siapa, intinya dibalik tembok rumah. Setelah setengah jam mencari keberadaan [Name], akhirnya mereka ketemu juga. 

Benar apa yang Taufan katakan, disana terlihat ada [Name] juga pria berambut coklat sedikit kehitaman, dengan pakaian hitam-merah, juga masker berwarna hitam. Aduh, sudah terlihat seperti orang mencurigakan saja. 

"Sshht! Thorn, jangan Thorn. Jangan keluar dulu, kita ngumpet, liatin mereka berdua." sedari tadi Thorn sudah tak tahan ingin keluar dari tempat persembunyian nya dan menghampiri sang istri. Namun, tubuhnya ditahan oleh kelima saudaranya. 

"Gak mauu! Thorn mau nyamperin [Name]! Thorn, Thorn...." pipinya sedikit memerah, dia menatap kelima saudaranya dengan pandangan malu. 

"Thorn enggak suka liat [Name] deket sama cowo lain..." keluhnya kepada mereka berlima. "Kayak gini, berarti Thorn jahat, ya?" lanjutnya. 

Yang mendengarnya hanya tersenyum maklum, Gempa mengelus kepala Thorn lembut lalu angkat suara, "Itu namanya cemburu, Thorn. Gempa ngerti kok sama Thorn. Kan Thorn suaminya, wajar dong kalo ngerasa kayak gitu. Tapi, kita liatin dulu, ya mereka berdua?"

Thorn menggeleng kuat, "Engga!! Thorn mau nyamperin [Name]!" akhirnya, semua tangan mereka yang menahan Thorn itu terlepas. Lantas itu menjadi kesempatan untuk Thorn menghampiri sang istri. 

"[NAMEEEEEE]!!!" dia berteriak heboh sambil berlari, membuat sang empunya nama menolah dan sedikit terkejut. "Eh, Thorn!!?"

Grep. 

Thorn peluk erat sang istri dari belakang, lalu mengembungkan pipinya. "[Nameee]jangan selingkuh, ih!" katanya, sambil mempererat pelukan. 

"Hah? Siapa yang selingkuh? Aku gak selingkuh, kok." Thorn masih mengembungkan pipinya, dia menoleh ke arah pria yang bersama [Name] tadi, tak lama menunjuknya. 

"Terus itu siapa!!? Iihhh [Nameee], jangan tinggalin Thorn huwaaa" [Name] yang panik langsung mengelus kepala sang suami, "Ehh! Udah, cup, cup, cup. Kayaknya Thorn salah paham, deh. Dan karena kak Hali pake masker, jadinya Thorn gak ngenalin."

"Eh? Siapa tadi? Hali??" Thorn menatap [Name] sebentar, dan mengulang nama yang disebut oleh nya tadi. 

"Iya, gue Hali." dia membuka maskernya, dan menunjukkan wajahnya dengan jelas kepada Thorn. "HAHH?? JADI ITU KAK HALI?" ada yang bersuara lagi, tapi bukan Thorn. Melainkan saudara kembarnya yang baru saja keluar dari tempat persembunyian. 

"Kalian semua ngapain disini?"

"Ish, tadi kata bang Upan, [Name] selingkuh, akhirnya kita mutusin buat ngikutin [Name]." [Name] yang namanya disebut mengerjapkan matanya beberapa kali, bisa-bisanya ia dituduh selingkuh. Padahal sekeluarga juga tau seberapa bucinnya dia sama Thorn. 

"Heh, enak aja! Gue sama [Name] ketemuan buat bahas sesuatu."

"Sesuatu apa? Kok sampe bahasnya berdua aja gitu!" Thorn menatap Hali cemburu, dia kembali mengembungkan pipinya dan masih di posisi memeluk [Name]. "Bang Hali kan tau, [Name] itu punya Thooorn, huweee"

"Ngebahas elo." 

Thorn langsung menghentikan air mata buayanya, dia melepaskan [Name] dari pelukannya lalu menunjuk dirinya sendiri, "kalian ghibahin Thorn?" tanyanya. 

"Iya. [Name] bilang pengen tau banyak tentang lo, termasuk aib-aib nya juga. Katanya awalnya dia mau minta salah satu dari kalian, tapi karena kalian keliatan sibuk, jadi dia minta gue."

"Ih, kak Hali! Kok dikasih tau, sih. Kan udah dibilang rahasia, R-A-H-A-S-I-A."

Hali tersenyum tipis mendengarnya, dia mengelus pelan kepala [Name] yang sontak membuat Thorn kembali memeluk istrinya. 

"Inget bang! [Name] itu udah jadi MANTAN." sahut Taufan yang langsung mendapat jitakan indah dari Hali. "Gue juga tau posisi gue, kali. Cuman ngelus, doang, apa salahnya?"

"Astaghfirullah, bang. Ya jelas salah, lah! Istri orang gitu. Mana suaminya ada disampingnya persis." Gempa menambahi perkataan Taufan, yang langsung mendapat tatapan tak suka dari Hali. 

[Name] hanya terkekeh mendengar mereka semua ribut. Sedangkan Thorn masih memeluknya erat dan sedikit menjauhkan jaraknya dengan Hali. 

Jangan lupa, [Name] itu mantan Hali, pastilah Thorn sedikit memerhatikan Hali, agar tak begitu dekat dengan [Name]. Soalnya, gimana kalo ternyata Hali masih ada perasaan sama istrinya?! 

"[Name] jangan deket-deket banget sama bang Hali, ih. Kalo mau tau tentang Thorn, tanya langsung ke Thorn ajaaa!"

"Iya, Thorn sayaaang."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top