01 - kutang
Akhirnya, setelah tiga hari beres-beres dan mindahin barang, tadi malam selesai juga. Kini sepasang pengantin baru itu tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kamu menyiapkan sarapan untukmu dan suamimu, sedangkan suamimu—Thorn—sibuk menyirami tanamannya.
Sedikit pesan aja, jangan marah kalau nanti di duain sama tanaman Thorn, ya? /heh
Yang bertanya tentang malam pertama, mereka tak ada melakukannya. Habis acara, keduanya langsung ganti baju, makan, lalu buka semua amplop dan tidur di ranjang yang sama. Uang lebih penting, soalnya, kak. /woy
"[Name]! [Name]! Thorn tadi kenalan sama bapak-bapak sebelah rumah kita. Kebetulan bapak itu lagi nyiram tanaman juga sama kayak Thorn. Bapak nya baik banget! Terus tiba-tiba ada bapak-bapak lagi muncul, ikut ngobrol sama Thorn! Seru banget!!"
Kamu terkekeh mendengar cerita suamimu yang baru saja berkenalan dengan dua bapak-bapak komplek tadi, terlihat jelas diwajahnya dia seperti mengatakan, "Gak salah Thorn beli rumah di komplek ini! Tetangga-tetangga baik semua!"
Memang, awalnya Thorn sedikit takut saat sedang mencari rumah. Habis ditakut-takutin sih sama duo kakaknya. Kata kakaknya, "Hati-hati Thorn, omongan tetangga pedes banget, loh. Jangan salah pilih komplek." Pria dengan topi biru itu menepuk bahu Thorn, dengan wajah usilnya, dia tambah-tambahi perkataan Blaze.
"Bener tuh, Thorn. Bahkan ada yang sampe pindah karena omongan tetangga, loh."
Thorn kan jadi ragu gitu! Huh, memang dasar kedua kakaknya.
"Thorn udah kenalan ya sama tetangga? Syukur, deh. Nanti aku juga mau kenalan sama ibu-ibu yang ada di komplek."
"Iya, [Name]! Tapi...."
Kau bingung dengan perubahan raut wajah Thorn yang secara tiba-tiba. Padahal tadi masih senang saja, eh kok sekarang manyun.
"Eh, kenapa Thorn?"
"Emang iya, ya? Bapak-bapak yang udah nikah tuh wajib pake kutang sama sarung aja dirumah? Kata bapak-bapak tadi, kayak gitu." kau tepok jidat mendengarnya. Bisa-bisanya baru pindah udah kena tipu bapak-bapak komplek.
"Enggaa Thorn sayaang, mereka tuh cuma bercanda gitu. Emang candaan bapak-bapak kayak gitu, mungkin karena kita beda generasi kali, makanya engga ngerti sama candaan mereka." kamu tepuk-tepuk kepala suamimu itu, namun tetap saja, yang ditepuk tetap cemberut.
"Ih! Tapi [Name], masa katanya semua bapak-bapak di komplek ini kalo tiap pagi, ngumpul ngopi sambil kutangan. Katanya ada juga yang pagi-pagi main catur atau semacamnya."
"Terus? Kamu mau kutangan kayak mereka juga?"
"Iya, kayaknya keren gitu, [Name]."
Kamu dibuat geleng-geleng kepala olehnya, bisa-bisanya baru nikah udah mau berlagak kayak bapak-bapak yang punya anak udah mau kuliah.
"Thorn sayaang, kamu kan bukan bapak-bapak, tapi suami. Kecuali kalo udah punya anak, baru bisa disebut bagian dari bapak-bapak. Tapi tetep aja posisimu tuh bapak muda."
Si pemilik nama cemberut, dia mengalihkan wajahnya dan melipat kedua tangannya di depan dada. "[Name] gasuka, ya, kalo Thorn kutangan kayak gitu!"
"Eh, eh, bukan gasuka, Thorn. Tapi aurat! Masa kamu mau keluar sambil mamerin ketek kamu kemana-mana?"
"... Tapi bang Blaze sering gitu, tuh."
Oh iya, kamu lupa fakta bahwa kakak iparmu ada yang hobi sekali pake baju yang dapat memperlihatkan ketiaknya.
"Iya juga, ya..."
"Jadi? Boleh, gak?"
Kau menghela napas pelan, lalu menatap Thorn yang memelas kepadamu. "Nanti aja, ya, Thorn. 2-3 tahun lagi."
"Ish! [Name] ihhh, Thorn kan juga mau kayak bapak-bapak."
Aneh, biasanya orang-orang pengen awet muda, anak muda gitu. Loh, ini suaminya kok malah pengen kayak bapak-bapak.
"Nanti ya, sayaaang. Sekarang sarapan dulu, yuk."
"Suapin, ya??" bibir yang sedari tadi melengkung kebawah itupun kembali melengkung keatas. Dia memperlihatkan senyuman termanis nya kepada dirimu.
"Iya, Thorn, iya. Sini kusuapin."
Iyalah, mending nurutin suami minta di suapin aja daripada nurutin suami minta kutangan kayak bapak-bapak.
_______________
Agak pendek :'D
InsyaAllah nanti chap-chap berikutnya dibanyakin wordnya. Anggap aja ini permulaan, hehehe/woy
Salam hangat dari Charly.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top