4
“miyako? Lagi gak mood?” tanya Rinka. Aku hanya mengangguk. Rinka menghela nafas. Mungkin kebiasaanku yang dulu dulu sama seperti kebiasaanku di duniaku mungkin.
“nanti pulang sekolah aku akan mengajarimu itu, ya?”
“nggak”
“nonton?”
“nggak”
“makan bersama?”
“nggak”
“jalan-jalan bersama?”
“ngg—apa? Sungguh?! Sama siapa!?” yang tadinya tidak mood, langsung mood lagi. Rinka menang tau benar aku, ya? Dia seperti kakak idaman saja. Sayang. Dunia nyata aku tidak punya saudara. Jadi tidak tau. Tapi, disini? Aku ada adik dan kakak.
“terserah kamu mau ajak siapa. Tapi, bagaimana kalau ajak Chiba, kayano, Rio?” sepertinya Rinka suka sama Chiba, nih. Aku hanya mengangguk.
“tapi, kenapa tidak tanya yang lain? Mungkin ada yang mau ikut?” tanyaku. Saat, Rinka ingin bicara. Ucapannya sudah terpotong oleh seseorang.
“ikut~? Kalian ingin pergi~?”
“tidak. Kami ingin jalan-jalan bersama. Kalau ada yang mau ikut. Boleh, kok ikut. Kali-”
“tapi, kalau ada yang mengapa-ngapain adikku. Kalian akan tau akibatnya” kata Rinka sambil menatap tajam karma.
“baiklah~ Aku akan ikut~”
“apa aku boleh ikut?” tanya seseorang. Aku menoleh. Dan itu nagisa. Aku tersenyum mendengarnya.
“tentu saja nagisa-Kun” kataku semangat.
“kalau ada yang mau ikut bilang saja!?” teriak Rinka. Mungkin ada beberapa yang mendengar pembicaraan kami. Mungkin.
“pssttt.. Rinka, Rinka” kataku sambil mencolek bahunya. Dia mendekatkan telinganya kemulutku.
“bagaimana kalau aja isogai-Kun?” tanyaku sambil berbisik ditelinga Rinka. Yang mendengar hanya ngangguk.
“tapi, Rinka yang bilang, ya?” sekali lagi Rinka yang mengangguk.
Skip
Sekarang kami bersama di taman bermain. Aku ke taman bermain bersama kayano, Rio, Rinka, karma, nagisa, itona, maehara dan isogai.
“nee-Chan! Lihat ada permen kapas!” kataku. Aku langsung pergi kearah penjual permen kapas. Aku membelinya. Aku membeli 2. Yang satu untukku dan yang satunya untuk Rinka.
“jangan jajan kebanyakan! Nanti sakit perut” aku Hanya mengangguk sambil memakan permen kapas. Aku berada disamping Rinka dan nagisa. Selesai memakan permen kapas. Aku membuangnya. Tapi tanpa, aku sadari. Aku memegang tangan nagisa, dan berlari kearah rollercoaster.
“nagisa! Kenapa wajahmu memerah? Kau sakit? Kamu mau naik nggak?”
“e-eh? I-iya” kata nagisa. Aku menaiki rollercoaster. Sekarang disampingku karma. Dibelakang nagisa Rinka, dan dibelakang lagi isogai dan maehara, dan belakang lagi Rio dan kayano. Dan itona sendiri.
Selesai bermain aku segera turun. Naik roller coaster benar-benar menyenangkan. Tapi, tidak untuk isogai dan kayano. Mereka langsung pusing.
“kalian tidak apa??” tanyaku pada kayano dan isogai.
“aku tidak apa-apa” kata kayano. Sementara isogai Hanya mengangguk satu kali.
“baguslah.. bagaimana kalau nanti kita ke rumah hantu?” semua langsung terdiam. Tapi, Rio malah menyiapkan hpnya. Aku punya firasat buruk nih tentang Rio.
“nantu kita masuk berdua-dua. Bagaimana?” mereka menaggguk kecuali Rinka dan itona.
“bagaimana kalau nagisa sama karma, isogai sama maehara, kayano sama Rio, itona sama Rinka. Dan aku sendiri!”
“apa tidak apa-apa kamu sendiri?” tanya nagisa. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
“ayo masuk nagi-chan!” kataku semangat. Saking semangatnya aku tidak sengaja memanggil 'nagi-chan' dan menggandeng tangannya.
“yang pertama masuk nagisa-kun dan karma-Kun!” kataku. Dan ajaibnya, karma menurutiku. Mereka akhirnya masuk.
“hihihi...” tawa ku.
“kau tidak apa-apa? Kau terlihat aneh” kata maehara. Aku hanya mengangguk. Setelah karma dan nagisa masuk. Maehara dan isogai, setelah itu itona dan Rinka. Dan setelah itu kayano dan Rio. Tidak, aku bersama Rio dan kayano.
“tadi, katanya Sendiri” sindir Rio.
“terserah aku” kataku acuh tidak acuh. Sekarang aku berada di belakang itona dan Rinka. Mereka berdua berwajah datar. Tidak ada ekspresi sama sekali. Bahkan, bukan dianya yang takut, malah hantunya yang takut.
“aku tinggal kalian dulu, ya! Bye!” teriakku sambil lari kedepan. Aku melewati Rinka dan itona diam-diam. Sekarang aku berada dibelakang maehara dan isogai.
“kau takut, isogai?” tanya maehara.
“e-eh!? T-tidak terlalu sih” jawab isogai. Lalu ada hantu didepan mereka. Isogai tidak sengaja memeluk maehara. Dan—
Cklek
Aku memfoto mereka. Kalian ingin bilang aku fujo? Terserah kalian. Karena, memang aku seorang fujo. Aku sedikit nosebleed. Dan sekarang aku dibelakang karma dan nagisa. Aku mengambil hpku. Tapi, malah Ketahuan oleh—
“kalau tidak mau sendiri jangan sendiri, miyako~”
—Akabane karma. Dia tahu. Gagal sudah. Saat aku maju kedepan. Ada pocong. Dan nagisa memeluk karma. Tapi, pelukan beda. Pelukan romantis. Aku langsung nosebleed parah.
Cklek
Tapi, masih aku sempatkan untuk memfotonya. Fujo sejati memang seperti ini.
“miyako! Kau tidak apa-apa!? Kau kenapa!?” panik nagisa. Aku menggeleng. Aku mengambil tisu, dan mengelap nosebleed.
“ayo jalan la-kyaaa!!!” aku langsung memeluk nagisa. Ada baju putih ternyata. Dan yang paling aku takuti itu dia.
Skip
“ini! Minumlah” kata karma. Sekarang kami telah keluar dari rumah hantu. Dan dari tadi kami berlari. Tapi, aku tidak banyak lari, sih. Aku melihat minuman yang dikasih karma. Bukan air putih, melainkan susu strawberry. Dan aku tidak suka strawberry. Aku sukanya susu coklat.
“umm.. tidak terimakasih” tolakku sopan. Setelah mengatakan itu. Karma langsung meminum susunya.
“nee-chan! Habis ini kita kemana?” tanyaku pada Rinka.
“hm? Kenapa tanya aku? Aku tidak tau banyak tentang ini” kata Rinka dengan muka datar. Ada apa dengannya?
“bagaimana kalau kita pulang saja?” tanyaku.
“ya sudah. Aku juga sedang lelah” kata Rinka. Aku hanya menagguk. Kami pun keluar dari taman bermain.
“are~? ternyata ada anak kelas E disini” ugh! Suaranya menyebalkan. Aku sekarang telah berada diluar, dan aku berada dibelakang Rinka. Dan Rinka tinggi! Ya, pantas dia tidak melihatku!! Padahal di duniaku aku tinggi!! Disini mengapa jadi pendek!?
“eh~? Memang ada apa~? Apa kami tidak boleh bersenang~-senang~” jawab karma. Aku yakin karma telah menatap orang itu, dengan meremehkan.
“nee, sebaiknya kita tidak dekat-dekat dengan anak kelas E. Nanti kita tertular. Ayo!” kata temannya, yang satunya. Akhirnya mereka pergi. Dan tanpa sengaja. Aku mengucapkan 1 kalimat.
“dasar pengecut” kataku sambil memandang mereka remeh. Dan tidak lupa dengan smirk.
“ayo pergi dari sini” kataku yang sudah kembali normal. Entah mengapa. Tapi, setelah aku mengatakan itu. Semua langsung diam. Dan hening menyelimuti seluruh dunia ralat maksudnya seluruh keberadaan kami.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top