⋆.ೃ࿔*:・. 6
*˚✧₊ hari keempat;
mengingat bintang ⁺˳✧༚.
"Berapa umurmu sekarang?" tanya Bintang basa-basi.
Aku tahu ia mengetahuinya. Tadi aku sempat melihatnya menuliskan umurku di buku itu. Tak perlu disuruh maupun diminta, ia langsung berinisiatif menulis namaku di buku itu. Tanpa banyak tanya, aku hanya memperhatikannya dengan tenang. Namun, aku tetap menjawab pertanyaannya yang sekadar formalitas itu.
"21."
Ia terkekeh sendiri. "Sudah tua," katanya.
Tanpa sadar bibir ini memanyun tidak terima. "Umur kita enggak berbeda jauh. Berhenti mengejekku, Bintang."
Bintang tersenyum hingga sedikit menampakkan mutiara putihnya yang begitu rapi. "Setidaknya aku masih lebih muda daripada kamu," ledeknya.
"Setidaknya aku tidak pelupa sepertimu."
Ia mengangguk setuju. "Mungkin benar, aku memang sedikit pelupa. Tapi setidaknya itu tak begitu penting, aku tidak perlu mengingat untuk mengenang," jelasnya membela diri.
"Maksudmu?"
Lagi-lagi, aku akan mendengar suatu pengakuan. Sesuatu tentangnya yang tidak pernah kuketahui. Jujur, aku senang mendengarnya, tapi masih saja merasakan sedikit rasa sedih sebab tak mengetahuinya dari dulu. Andai kata waktu itu kita tak menjauh, mungkin Bintang akan kehabisan kisah untuk diceritakan.
"Jadi, begini," ucap Bintang sangat serius. "Sejak mengetahui kamu pengingat yang baik, aku mulai mencari caraku sendiri ... Sepertinya aku memang pelupa karena tidak pernah menyimpan kenangan. Jadi, mulai saat itu aku mulai menyimpan. Tidak berupa ingatan, tapi lebih ke petunjuk?"
Aku semakin bingung, "Petunjuk apa yang kamu simpan?" tanyaku.
"Foto, tulisanmu, cenderamata, intinya semua yang bisa kulihat."
Keterkejutanku tak bisa lagi disembunyikan. Lebih baik tulus menunjukannya daripada harus seharian menahan diri. "Tulisanku?"
Bintang mengangguk antusias. "Iya ... Setiap tulisanmu, termasuk pesan singkat yang kamu kirimkan. Aku menyimpan semuanya, hanya perlu dibaca kembali. Sungguh cara yang ampuh untuk mengenang," jelasnya dengan bangga.
Aku langsung mengernyitkan alis mendengarnya. Sepertinya ia melupakan sesuatu. "Tapi, kamu menghapus kolom pesanku di ruang itu," protesku yang tak bisa lagi menyembunyikan penasaran. Sedari pagi aku sudah memikirkan ini. Bisa-bisanya ia menghilangkan semua itu! Aku ingin menyimpan itu agar bisa kembali ke sana. Agar bisa kembali merasakan setiap kata manisnya dulu.
Bintang menaikan sebelah alisnya, "Siapa yang bilang?"
"Aku lihat sendiri. Tadi pagi aku teringat dengan ruangan itu, sudah bersih, tidak ada jejak yang tertinggal," rajukku sambil mengeratkan lengan yang memeluk diri.
Ia hanya mengangkat bahunya seakan tak peduli. "Itu hanya untukmu. Di aku masih ada," ungkapnya. "Aku sengaja menyembunyikannya darimu. Kamu kan enggak perlu petunjuk untuk mengenang. Jadi, biar ruangan itu buat aku aja."
Aku sungguh bingung untuk menanggapi perkataannya seperti apa. Di satu sisi, aku merasa lega dan tenang karena dia masih menyimpan kenangan manis itu untuk dirinya sendiri. Namun di sisi lain, aku lumayan kesal karena Bintang cukup serakah, tak ingin membaginya denganku. Padahal kan tulisan itu ada yang berasal darinya juga. Memangnya percakapan hanya terdiri dari satu arah? Kan, tidak. Di ruangan itu banyak kenangan manis yang bisa kusimpan juga. Banyak tulisan Bintang yang begitu indah, sayang untuk tidak seutuhnya disimpan. Iya, aku mengingatnya. Namun, tentu saja akan terasa berbeda jika juga memilikinya.
"Kenapa disembunyikan dariku? Memangnya hanya kamu yang boleh membaca ulang?"
"Udah ... Cukup aku saja yang membaca ulang. Kamu kan memiliki ingatan kuat, jadi cukup kenang saja apa yang kamu ingat. Biar sisanya aku yang simpan ... Aku kan juga kepengen ceritain kenangan ke kamu. Kali aja kamu ada yang lupa."
Bintang, hentikan itu. Penjelasanmu terlalu memikat hati. Imanku belum terlalu kuat, Bintang. Aku masih terombang-ambing tanpa tujuan pasti. Dan sekarang, kamu terlihat seperti memberikan tempat untuk berlabuh. Ingin hati ini kembali seperti dulu, tapi sadar kamu bukan yang dulu. Siapa yang memperbolehkanku berkata begitu? Padahal aku juga sama. Bukan aku yang dulu, karena telah teralihkan oleh waktu.
Bintang, aku tak tahu kalau kamu mengingat kenangan akan menjadi hal yang baik. Semua itu memberikanku firasat lain. Harapanku semakin bertambah, Bintang. Egoku akan mengumpulkan semua rasa dan meyakini kalau kamu masih sama, kalau kita masih sama seperti yang lalu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top