⋆.ೃ࿔*:・. 13
*˚✧₊ hari kesebelas;
alunan bintang ⁺˳✧༚.
Untuk kesekian kalinya temanku mendumel akibat lagu tak jelas yang sedang menggebuh melalui stereo itu. "Playlist siapa sih, nih? Random banget isinya," katanya. "Ganti dong, ganti!" sorak yang lain, karena sudah risih dengan teriakan sang penyanyi yang sungguh tidak ada maknanya.
Seperti merasakan dirinya dibutuhkan, Bintang pun memasuki area halaman belakang dengan menjinjing dua kantung besar penuh dengan makanan. Sekitar dua jam yang lalu, ia pergi ditemani salah satu teman ke swalayan terdekat untuk membeli semua permintaan para teman untuk merayakan 'pesta perpisahan' ini. Jangan berharap banyak, ini tidak akan seperti malam-malam perpisahan yang dulu. Ini akan terasa sangat jauh berbeda, tapi mari dinikmati saja sebisa mungkin.
Seperti yang lalu-lalu, Bintang mendekati stereo itu untuk menyambungkan perangkat pribadinya. Tugasnya masih sama, tidak berubah. Bintang selalu kebagian tugas memilih lagu, karena yang lain enggan mengajaknya untuk ikutserta dalam memasak. Karena jujur, Bintang tidak memiliki keahlian dalam bidang itu. Tidak sedikit pun.
Lagu pertama pilihan Bintang pun mulai terdengar. Lantunan awalnya terdengar asing bagiku, alunan baru yang sebelumnya jarang dipilih oleh Bintang. Alunan ini begitu lembut dan sungguh tenang seakan memasuki telinga dengan permisi. Untuk beberapa saat, aku sempat bingung. Alunan ini tidak terasa seperti dirinya. Bintang bukanlah penikmat lagu sendu yang menghanyutkan seperti ini. Bintang adalah bintang dalam lagu yang terbakar penuh semangat.
Tampaknya bukan hanya aku yang menyadari, karena salah satu teman tiba-tiba menyeletuk, "Kenapa lagunya jadi mellow begini?"
Bukannya langsung mengganti lagu itu, Bintang justru menatapku. Sejenak saja, ia memberikanku tatapan yang penuh dengan teka-teki. Sungguh, aku tidak mengerti maksudnya. Dan, tanpa memberikan jawaban padaku. Bintang justru kembali bertanya pada si teman tadi.
"Maunya lagu apa?"
"Enggak tau, terserah," tutur si teman tadi.
Bintang menghela napas pasrah. "Membantu sekali jawabannya, ya," sindirnya dengan penuh nada sarkastis. Dan untuk beberapa saat, ia mengutak-atik ponsel genggamnya. Kemungkin besar untuk mencari lagu. Dengan satu ketukan terakhir, akhirnya Bintang menentukan pilihannya. "Dah, nih. Lagu ini aja," ujarnya tepat sebelum alunan lagu itu dimulai.
Begitu alunannya mulai terdengar, detik itu juga aku langsung menatap Bintang. Sungguh, aku langsung mengutuk diriku sendiri yang spontan saja memberikan gelagat mencurigakan. Seharusnya aku bersikap biasa saja, tapi mau diapakan lagi? Tubuh ini tiba-tiba saja tidak bisa diajak kompromi. Dan, ternyata itulah yang Bintang tunggu-tunggu.
Ia menungguku untuk mengenang....
Semua itu terlihat jelas pada seringainya yang terpampang jelas tertuju untukku. Tidak perlu lagi dia berbicara, karena kali ini aku sudah mengerti. Namun, aku bukanlah aku yang dulu. Aku sudah bisa menahan untuk tidak selalu menceritakan rangkaian kenangan yang ingin didengarnya itu. Maka dari itu, aku mengacuhkannya. Tidak sedikit pun memberikannya kenikmatan hasil caranya yang berhasil membuatku tergoyah.
Itu sampai tiba-tiba saja ponselku berbunyi tanda pesan masuk.
-----
⚪️ Bintang
-----
Hey
Lagi-lagi, aku dikhianati oleh diri sendiri. Ketika melihat pesan darinya yang telah sekian lama menghilang, aku spontan saja menatap Bintang yang sudah tersenyum lebar. Bagaimana bisa kamu terlihat semenawan itu? Andai saja kamu mengerti, Bintang ... Sudah terlalu lama pesan singkatmu muncul di layar ponselku hingga rasanya aku ingin menangis. Entah karena sedih atau bahagia, sebab untuk pertama kalinya dalam kurun waktu dua tahun ini, kamu kembali hadir seperti yang lalu-lalu.
-----
⚪️ Bintang
-----
Masih ingat lagu ini?
Gimana caranya bakalan lupa?
Jangan.
Jangan cari caranya.
Akan aku cari caranya.
Jangan.
Aku aja masih ingat kesukaanmu.
-------------
Aku begitu tenggelam dalam pesannya hingga berulang kali kubaca. Sebenarnya lebih untuk meyakinkan diri sendiri, sebab rangkaian kata itu terlihat semu. Aku terlalu terlena, bahkan sampai tidak menyadari Bintang sudah berada tepat di belakangku. Mengintip dengan mudah karena tubuhnya yang tinggi sungguh mendukung. Sorot matanya tepat terjatuh pada ponselku, hingga cepat-cepat aku menguncinya seakan itu adalah rahasia terpenting.
Bintang dengan perangainya yang sudah biasa melemahkanku, tiba-tiba mendekati daun telingaku. "Untuk apa dilupain?" bisiknya. "Percuma saja, sebab aku masih ingat apa yang akan selalu aku katakan."
Benar, Bintang ... Benar apa katamu. Percuma saja, karena aku tidak akan mungkin bisa melupakan alunanmu ini....
***Throwback***
tiga tahun yang lalu;
menemukan lagu kita
Usai sudah film kedua untuk malam ini. Hanya tertinggal closing credit yang sedang bergerak begitu lambat untuk memamerkan seisi pengisi pertunjukan hebat tadi. Kulirik tangan Bintang mulai meraih benda bertombol itu untuk segera melanjutkan petualangan ke cerita lain.
Itu sampai aku tiba-tiba saja menghentikannya, "Tunggu, jangan diganti."
"Kenapa?" tanyanya sambil menatapku bingung.
"Aku mau nyari judul lagunya dulu."
Bintang mengangguk tanpa memberikan penolakan. Ia justru terdiam, menghayati lagu yang terputar dengan begitu dalam. Ini bukan tipe alunan yang biasa didengarnya, bukan juga tipeku. Sebab lagu ini memiliki keduanya, ketukan cepat yang mengejar hati dan alunan lembut yang memanjakan pikiran. Dan sepertinya, lagu ini berhasil menggerakan Bintang, karena tiba-tiba saja dia berdiri dan mengulurkan tangannya padaku.
"Kenapa?" tanyaku.
Bintang tersenyum sungguh manis, "Ayo," ajaknya dengan kembali menawarkan tangannya yang jauh lebih besar jika dibandingkan denganku.
Begitu tangan kita bersentuhan, ia langsung menarikku berdiri. Bergerak begitu cepat, mengalungkan lenganku di lehernya. Dan dengan mulus, tangannya berpindah untuk memelukku tepat di pinggang. Begitu aku menyadari posisi ini seperti dua orang sedang berdansa, aku seketika tertunduk; tersipu malu.
"Baru kali ini aku bisa lihat kamu begini ... Pipi merona, tertunduk malu," katanya.
Untuk beberapa saat, aku hanya diam dan mengikuti gerakan Bintang. Aku terlalu sibuk mengatur aliran panas yang masih terasa di pipi ini. Hingga waktu yang tepat, keberanian mulai tumbuh. Kutatap lekat manik hitamnya yang berbinar itu. Sungguh, aku hampir saja pingsan. Namun, kuhalangi rasa itu dengan mengigit bibir bawahku sekuat mungkin hingga sepertinya sebentar lagi akan berdarah.
Melihatku masih tidak bersuara, Bintang menyelipkan sejumlah helai rambut ke telingaku dengan begitu pelan."Kamu mau tau sesuatu, nggak?"
"Apa?"
"Kamu masih sama," ujarnya tersenyum tipis. Seakan tidak cukup membuatku lemas, Bintang memberikan sebuah kecupan padaku. Tepat di bagian atas alis kiri. "Tetap selalu begini, ya."
Panik. Aku hampir panik, karena ini pertama kalinya aku merasakan hal baru ini. Sebuah sentuhan hangat dari bibirnya berhasil membawakan sensasi baru yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Seutas senyum tidak bisa lagi aku simpan, jadi biarlah Bintang melihat hasil karyanya.
Setelah mengumpulkan semua ketenangan, aku akhirnya bisa berkata-kata. "Baru kali ini juga aku bisa lihat kamu begini ... Begitu hangat, penuh perhatian," ujarku seraya membenamkan wajah di dekapannya.
Kurasakan tangannya, naik turun mengusap punggungku. Seakan menenangkan dirinya sendiri, Bintang berkali-kali menarik napas panjang. "Apa bakalan terlalu cepat kalau aku bilang aku sayang kamu?" gumamnya nyaris tidak terdengar.
Detik itu juga, aku mematung. "Tergantung," jawabku.
"Tergantung pada apa?"
Langsung saja kutatap lekat hitam matanya,"Sayang apa yang kamu maksudkan, Bintang?" tanyaku. "Kita udah lama kenal, tapi kenapa baru sekarang?"
Bintang hanya tersenyum tanpa memberikan jawaban pasti. "Aku sayang kamu," ucapnya sungguh-sungguh.
Setelah itu, keadaan langsung sunyi. Tidak canggung karena hangatnya Bintang masih menyelubungiku. Tidak ... Aku tidak menjawab perkataannya Bintang, hanya terdiam menikmatinya. Aku hanya terdiam mendengarkan lagu tadi menjadi alunan latar baginya menggumamkan hal itu berulang kali sebagai pengingat untukku dan dirinya sendiri.
Maka mulai saat itu, alunan lagu itu menjadi lagu untukku dan dia. Karena tiap kali lagu itu terdengar, Bintang akan selalu merapalkan mantra sihirnya.
"Aku sayang kamu," ulangnya untuk kesekian kali.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top