EPS 2 CRY WITH FRIED POTATO

CRY WITH FRIED POTATO

“Selamat datang. Mau pesan apa?”

“Aku mau kentang goreng dengan saus tomat.”

“Baik, mohon ditunggu ya.”

Malam ini seperti biasa pelangganku datang menyerbu masuk dan duduk manis di kursi yang tersedia. Yah walaupun tidak seramai kemarin sebab hujan turun lebih cepat dari perkiraan BMKG. Di tengah kesibukanku memasak, aku mengunci pandang pada salah satu perempuan berseragam SMP dengan jedai merah. Aku hafal bagaimana posisi duduk dan pesanannya sebab ia adalah salah satu pelanggan setiaku yang hanya memesan satu menu saja. Kentang goreng dengan saus tomat, hidangan yang paling murah tetapi baginya itu adalah makanan mewah.

Hari ini aku akan membuatnya sedikit lebih spesial. Aku ingin menciptakan senyum manis dari raut wajah masam macam pembaca sekarang.

“Silakan dinikmati.”

Perempuan itu sontak terkejut dan menahan tanganku. Ia tentu menyadari ketika kentang goreng itu yang biasanya sepi tanpa pelengkap sayuran atau saus jamur yang memikat, kini tampak menggugah selera dan menarik untuk disantap.

“Aku tidak memesan ini—”

“Tenang saja, harganya tetap sama. Makanan ini spesial untukmu.”

Seketika aku melihat senyumnya yang begitu merekah, bersinar layaknya bulan di langit malam yang kedinginan tanpa ditemani awan.

“Terima kasih. Aku pasti akan bayar lebih.”

Baru pertama kali ini aku melihatnya sebahagia itu. Yah, aku BANGG terhadap diriku sendiri yang telah menghidangkan makanan mewah sekali-kali. Kebahagiaan itu memang sederhana adanya.

Seusai makan, ia mendekatiku dan diluar dugaan rupanya ia membayar lebih. Aku segera menolaknya dan mengambil uang sepantasnya seperti biasa. Melihat itu perlahan membuatnya bertanya-tanya mengapa aku bersikap aneh seperti ini.

“Kenapa Anda menyajikan makanan mahal kepada saya?”

“Karena aku ingin tahu bagaimana senyumanmu itu lahir sebab selama ini kamu selalu terlihat murung. Ceritakan padaku.”

Aku duduk berhadapan dengannya dibawah lampu temaram yang remang-remang. Perlahan tapi pasti, air matanya jatuh seketika.

“Aku menangis setiap malam karena aku selalu mengkhawatirkan masa depanku.”

“Masa depan tidak ada yang tahu, bukan?”

“Aku memang tidak tahu Mada depan akan seperti apa tetapi aku tahu bahwa hari ini aku seolah tidak sanggup untuk hidup.”

“Pikirkanlah, jika kamu tidak sanggup untuk hidup maka kamu tak akan lagi memakan kentang goreng buatanku. Hidup memang singkat dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan masa yang akan datang.”

“Anda tahu kenapa saya selalu memesannya kentang goreng dengan saus tomat?”

Aku menggeleng tanda tidak tahu menahu.

“Setiap kali makan itu, aku teringat betapa bahagianya aku memakan makanan mahal yang setidaknya aku bisa rasakan setahun sekali. Namun, itu juga memunculkan trauma. Makanan itu membuatku menjatuhkan air mata. Sebab aku teringat dengan segala luka dan … aku berusaha untuk melupakan itu.”

Aku tersenyum. “Semua orang bisa trauma dengan makanan yang mengandung nostalgia penuh luka. Kamu tidak usah merasa bersalah,  setidaknya kamu masih bertahan hingga detik ini.”

Perempuan itu menangis sesenggukan, baru pertama kali ia menangis dihadapanku. Aku memeluknya tipis dan ia segera bangkit dari duduk.

“Terima kasih. Kapan-kapan aku akan beli kentang goreng yang mewah tadi!!”

Aku terkekeh kecil dan memandangi bulan yang bersembunyi dibalik awan kelabu. Masa depan memang penuh tanda tanya bukan?

Makanan tidak hanya mengenyangkan tetapi dapat membawamu pada kenangan membahagiakan bahkan menyakitkan sebab lidahmu telah mencetak rasa yang tak akan pernah terlupakan.”

EPISODE 2 BERSAMBUNG

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top