[O1] changlix

Siang hari saat matahari sedang terik-teriknya diluar apartmentnya, Felix bingung ingin berbuat apa. Dia sudah bolak-balik, kamar-ruang tamu-dapur-balkon, tapi rasa bosannya gak juga hilang.

Akhirnya dia duduk di sofa ruang keluarga. Padahal ada tv didepannya, tapi sepertinya tv berukuran 42 inches itu tidak menarik perhatian Felix.

Dia mengorek-ngorek laci buffet tempat tv diletakkan. Entah apa yang dia cari, dia hanya mengacak-acak tempat itu tanpa arah dengan harapan bosannya bisa hilang.

Ada sesuatu yang menarik perhatian Felix.

Ada buku gambar disana, sudah kelihatan usang. Sepertinya, itu buku gambar yang ia gunakan saat ia duduk di bangku sekolah dasar. sekitar 8 tahun yang lalu?

Dia membuka lembar demi lembarnya, seperti yang sudah ia duga, didalamnya terdapat gambar-gambar khas anak SD yang masih kekanak-kanakan namun penuh imajinasi. Contohnya, seperti gambar sapi itu. Mungkin terlihat biasa kalau itu hanya seekor sapi, namun Felix menggambarnya dengan menambahkan sayap di badan sapi tersebut. Sapi terbang.

Dia hanya tertawa kecil melihat keanehannya dulu.

Tiba-tiba ia terpikir, kenapa dia tidak coba untuk menggambar saja? Hitung-hitung hilangkan penat dan bosan.

Dia berjalan menuju kamar dan mengambil kotak pensil.

Di ambilnya pensil dengan ketebalan paling tipis, agar mudah untuk menghapusnya nanti.

Sebenarnya, Felix sangat buruk dalam menggambar, bisa-bisa hanya dia yang mengerti apa yang dia gambar.

Sekarang, Felix bingung ingin menggambar apa.

Dipikirannya sekarang hanya satu.

Changbin.

Kakak tingkat Felix yang beda satu tahun dengannya.

Lelaki yang memiliki tatapan mata mengintimidasi, namun siapa sangka hanya ada kesan hangat kalau sudah ada didekatnya.

Lelaki manis berfreckles itu tersenyum sepanjang membayangkan Changbin.

Hey,
kenapa dia tidak coba menggambar Changbin saja?

Dia mulai menggoreskan pensilnya ke atas kertas polos itu. Digambarnya garis sana garis sini, sampai akhirnya ia setelah 1 jam ia 'berhasil' menggambar potret Changbin dan dirinya.






Tak terasa siang sudah berganti menjadi malam, pukul 7 malam tepatnya.

Felix baru selesai mandi, ia mengecek ponselnya barangkali ada pesan penting.

Ternyata, yang ada bukan pesan penting.

TAPI SANGAT PENTING!

Changbin bilang mau ke apartmentnya, dan dia sudah mengirim pesan setengah jam yang lalu berarti sebentar lagi Changbin sampai.

Felix bergegas menuju kamar untuk memakai bajunya. Iya, Felix belum mengenakan baju setelah ia mandi, tak terpikirkan olehnya Changbin akan bertamu malam-malam begini.

Setelah, memakai kaos putih polosnya, dan sedikit menyisir rambutnya, Felix bergegas ke pintu depan karena bunyi bel sudah terdengar, artinya Changbin sudah sampai.

"Hai, Felix, kakak datang jam segini ganggu kamu gak?"

Felix masih tertegun melihat lelaki tampan didepannya ini.

Hoodie hitam tak terlalu tebal melapisi tubuhnya, entah memakai kaos didalamnya lagi atau tidak, Felix tidak mau berpikir aneh-aneh. Rambut acak-acakan milik Changbin terpampang didepannya, sepertinya karena kegiatannya seharian membuat Changbin terlihat sedikit acak-acakan, namun tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Enggak kok kak, gak ganggu hehe. Felix juga daritadi bosen disini sendiri soalnya hari ini gak ada kelas jadi seharian di apart"

"Ngobrolnya didalam aja yuk, Lix? Kakak capek mau numpang rebahan", kata Changbin sambil memanyunkan bibirnya. Felix tidak tahan! Dia gemas!

"E-eh? I-iya ayo masuk, kak. Maaf ya Felix malah ngajak kakak ngobrol di depan"

"Haha, iya gak apa-apa, Lixie"

Akhirnya mereka masuk kedalam. Changbin duduk di sofa depan tv, sedangkan Felix ke dapur untuk membuatkan Changbin minum dan mengambil sedikit camilan.

"Kak, ini minumnya, maaf ya cuma ada-"

"Fel, ini gambar apa?"

Mata Felix langsung membola, melihat Changbin membuka buku gambar tepat dihalaman dia menggambar Changbin dan dirinya.

Felix cepat-cepat meletakkan minuman dan camilan ke atas meja, dan merampas buku gambar itu.

"Bukan apa-apa, kak!"

Felix panik. Changbin bingung, tapi juga penasaran.

"Ih Felix, itu apa? Kakak penasaran, kasih tau donggg"

Melihat Changbin merengek seperti itu adalah kelemahan untuk Felix, entah lemah atau memang sudah terlanjur bucin.

Dia duduk disamping Changbin. Duduk menghadap Changbin. Changbin hanya diam menunggu jawaban Felix.

Felix terus menatap Changbin sampai akhirnya ia menutup wajahnya sendiri.

"AAAAA FELIXX MALUUUU", ucapnya sambil menutup wajah dan menggelengkan kepalanya.

Changbin yang gemas hanya terkekeh dan menahan gerakan kepala Felix.

"Hei, jangan geleng-geleng gitu, nanti kepalanya sakit. Ngapain harus malu, sih? Kamu kan gak lagi gambar alat kelamin"

Mata Felix kembali membola.

"Heh! Yakaliiii kakkk!"

"Hahaha, lagian kamu tuh, ngapain malu, sih? Lagian gambar kamu lucu kok, ada love-lovenya gitu. Itu siapa? Kamu ya? Hayooo, Felix lagi suka sama siapa?"

Felix hanya menunduk, lalu menggumam kecil,
"Ini Kak Changbin sama Felix"

Changbin hanya merengutkan dahinya.

"Ehm, tapi Fel, kok ini gak keliatan kayak kakak ya? Kalau kamunya keliatan karena kamu tambahin freckless, tapi kakak? Kok malah keliatan kayak errrr- om deddy corbuzier?"

Felix mengalihkan pandangannya ke iris Changbin, lalu kembali menunduk.

"Felix gak jago gambar, kak. Maaf ya"

"Hey, ngapain minta maaf? Lucu kok gambarnya, aku jadi keliatan tambah kekar disitu"

Tangan Changbin menekan pipi Felix sehingga pipinya jadi kelihatan lebih lucu.

"Kamu ngapain gambar kakak? Berdua sama kamu? Ada love-lovenya lagi"

Felix terdiam, lalu melepaskan tangan Changbin dari pipinya.

"Gak tau kak, tadi siang Felix bosen, terus Felix gambar, tapi Felix bingung mau gambar apa, tapi yang ada di pikiran Felix cuma Kak Changbin"

Changbin sudah tidak kuat. Lelaki di depannya ini kelewat lugu dan jujur. Tidak baik untuk kesehatan jantung Changbin.

Changbin berusaha mengontrol dirinya untuk tetap beraksi biasa saja.

"Ehm, emang untuk apa kamu gambar ini?"

"Biar, ehmm, biar kalau Felix kangen sama Kak Changbin, Felix bisa liat gambar ini. Kak Changbin gak marah kan Felix gambar?"

Mana bisa? Mana bisa Changbin marah? Yang ada sekarang hanyalah rasa ingin memeluk Felix kuat-kuat karena menahan gemas.

"Yaampunnn Felixxx!!! Masa kakak marah? Ya enggak lah. Tapi, Fel, kalau kamu kangen kakak, kamu gak perlu liatin gambar, telpon kakak, pasti kakak langsung dateng"

Felix menatap Changbin bingung.

"Fel"

"Iya kak?"

"Tadinya mau nahan sampai ulang tahun kamu biar romantis, tapi masa bodo sama kesan romantis, Felix mau ya jadi pacar kakak? Kakak sayang banget sama Felix, maaf udah bikin Felix nunggu lama, kakak cuma mau yakinin perasaan kakak ke Felix itu bener, dan sekarang kakak udah yakin, rasa sayang kakak cuma buat Felix. Jadi, ayo pacaran?"

Felix cuma menatap Changbin dengan mata berkaca-kaca, Changbin langsung menarik Felix kedalam pelukannya. Felix menangis di dalamnya.

Ternyata, selama ini apa yang Felix rasakan tidak hanya ada pada dirinya, tetapi lelaki yang mendekap tubuhnya ini juga merasakan hal yang sama.

Hujan yang turun malam itu menyaksikan betapa bahagianya kedua insan yang telah mengungkapkan perasaan satu sama lain. Semoga hujan bersedia berbisik kepada orang-orang di luar sana, kalau sekarang, Seo Changbin dan Lee Felix, adalah pasangan paling berbahagia.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top