13
Hari ini Hyemin sedang bersantai di rumahnya. Minggu lalu, dirinya telah diperbolehkan oleh dokter untuk pulang setelah melewati masa kritisnya di rumah sakit.
Saat ini, gadis itu merasa dangat kesepian. Semua orang entah pergi ke mana. Ia juga tidak tahu ke mana perginya ayahnya itu.
Tentang trauma yang dialami Hyemin, penyakit itu mulai bisa dikontrol olehnya. Ia juga mulai membaik dengan bantuan orang sekitar, walaupun masih sedikit ada rasa takut di dalam dirinya.
Ia juga diberi libur selama 1 bulan dari sekolah, untuk memulihkan kondisinya agar benar-benar sehat total. Teman-temannya juga sering berkunjung ke rumahnya untuk sekadar bermain bersama. Apalagi Taehyung yang hampir setiap hari ke rumahnya.
"Aku sangat bosan!" rengek Hyemin dan melemparkan remot televisinya ke sembarang tempat.
Dilain tempat, sekumpulan pelajar sedang menatap kesal kepada seseorang yang sedang menatap mereka dengan santai.
"Aku tidak menyangka kau berbuat hal keji seperti itu pada temanmu sendiri," ucap Yora dan terkekeh dengan sinis.
"Teman? Aku tidak sudi berteman dengannya," balasnya dengan remeh.
Semua orang yang di sana menatap tak percaya. Semua berpikir jika orang yang sedang mereka ajak bicara itu akan menyesali perbuatannya, tetapi sepertinya tidak sama sekali.
"Wah, kau berani sekali."
"Aku heran dengan kalian. Mengapa kalian selalu membela dan membanggakan jalang itu," ujar Nami yang membuat seketika semuanya geram.
"Tutup mulutmu!" murka Taehyung. Hampir saja Taehyung ingin menampar Nami jika tangannya tidak dihadang oleh Yoongi.
"Permisi, waktu kalian sudah habis. Silahkan keluar!"
Dengan terpaksa mereka keluar dari situ. Taehyung masih menatap Nami dengan nyalang lewat ujung ekor matanya. Lelaki itu tak terima Hyemin dihina sebagai, jalang.
"Kau kenapa? Apa Nami berbuat sesuatu yang membuatmu marah?" tanya Jimin setelah melihat wajah Taehyung yang tampak marah.
Taehyung mengangguk pelan. "Huh, ternyata dia tidak menyesali perbuatannya itu. Dia benar-benar merupakan jelmaan iblis."
"Di mana Ara?" tanya Yora.
Gadis itu tak melihat Ara bersama Jimin. Pasalnya tadi Ara tak berani ikut bertemu dengan Nami dan memilih untuk menunggu bersama Jimin.
"Ara? Dia baru saja kuantar ke rumah Hyemin," ucap Jimin.
"Yak! Kenapa dia meninggalkan kita? Dasar perempuan tak tahu diri," kesal Yoongi. Dan lelaki itu mendapat tatapan tajam dari Jimin.
"Ah aku lupa jika Ara sudah ada pawangnya," ledek Yoongi dan pergi keluar dari kantor polisi tempat Jimin bertugas.
"Astaga, lelaki itu. Kita pamit dulu, terima kasih untuk waktunya." Yora berpamitan pada Jimin dan berjalan keluar menyusul Yoongi.
Jimin melirik Taehyung yang masih diam di tempatnya. Bocah SMA itu menatap lekat pada pria berseragam polisi itu.
"Kau tak ikut dengan mereka?" tanya Jimin dengan keheranan.
"Sebentar, aku ingin menanyakan sesuatu denganmu," jawab Taehyung dan sedikit mendekat ke tempat Jimin.
"Bagaimana hukuman yang diperoleh Nami?" tanya Taehyung.
Tanpa berbasa-basi Jimin langsung menjawabnya. "Nami mungkin akan tertahan di sel penjara selama 7 tahun dan dia juga telah dikeluarkan dari sekolahnya."
"Hanya itu?" Jimin menganggukkan kepalanya.
"Benar. Sulit untuk memberikannya hukuman yang berat, karena dia masih belum cukup umur."
"Baiklah, terima kasih infonya. Semoga setelah ini gadis gila itu tak akan bertemu lagi dengan Hyemin."
"Ya, kuharap juga begitu."
Taehyung berpamitan pada Jimin. Dan pergi menghampiri Yora dan Yoongi yang sedang menunggunya di luar.
Yoongi dan Yora telah duduk manis di kursi mobil. Mereka berdua sedang asyik mengobrol hingga tak sadar jika Taehyung sudah masuk di mobilnya.
"Ya! Berpacaranlah nanti saja, ayo kita berangkat!" seru Taehyung dan mengkagetkan dua sejoli yang sedang asyik sendiri itu.
"Aish, menganggu saja," kesal Yoongi, lalu menjalankan mobilnya ke arah rumah Hyemin.
8 menit kemudian mereka telah sampai di rumah Hyemin. Suasana rumah Hyemin sangat sepi, seperti tidak ada penghuninya.
Ting tong
"Masuklah! Pintunya tidak dikunci."
Suara Ara terdengar dari dalam rumah. Taehyung, Yoongi, dan Ara pun segera masuk ke rumah Hyemin.
"Aku membawa ayam pedas!" seru Yora dengan riang.
Yora berjalan menghampiri temannya itu serambi menenteng sebuah kantong plastik berisi ayam pedas yang baru saja ia beli tadi sebelum ke rumah Hyemin.
"Astaga, ini sangat banyak sekali," ucap Hyemin dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tak apa, lagi pula porsi makannya Ara itu sangat banyak."
"Cih dasar, kenapa aku?" kesal Ara dan semuanya tertawa dengan terbahak-bahak.
⟭⟬
Hyemin POV
Sedari tadi, aku tak henti-hentinya terseyum mendengar candaan yang Ara lontarkan.
Ruang tamuku menjadi sangat ramai setelah mereka datang. Yang tadi awalnya aku bosan, sekarang menjadi lebih bersemangat.
"Kau masih mau ayam pedas? Ini tinggal satu sayap, kau mau?" tanya Taehyung padaku.
Sedari tadi, lelaki itu duduk manis di sampingku serambi memakan ayam pedasnya.
Aku menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak, makanlah saja. Kau butuh gizi yang banyak."
Ia mendelik. "Memangnya aku anak kecil?"
Astaga, mukanya sangat menggemaskan. Aku tak bisa menahan tawaku. Rasanya ingin mengunyel-unyel pipinya yang mengembung karena terlalu banyak memasukkan daging ayam pedas ke mulutnya.
"Aish, aku hanya bercanda."
Yora tampak sedang membereskan barang-barangnya, yang lain pun juga begitu. Apa mereka akan pulang?
"Karena hari mulai sore, kami pulang dulu ya, Hye. Cepatlah pulih," ujar Yora dan tersenyum manis padaku.
Aku mengangangguk dan membalas senyumannya. Aku tidak pernah sedakat ini dengan Yora, karena di sekolah aku dan Yora berbeda kelas. Semenjak dia membantu kasusku ini, aku merasa sangat akrab dengannya.
Dulu, kupikir dia adalah murid yang sangat dingin. Dia itu judes, galak, dan tidak peduli dengan apa pun. Ternyata dia itu tak seperti yang kupirkan.
"Aku juga akan pulang. Maaf, hari ini aku tak bisa menemanimu lebih lama," ujar Taehyung.
"Tak apa-apa, kau pasti punya tugas sekolah yang harus dikerjakan, kan?" tanyaku.
"Benar, kau seperti cenayang saja," balasnya dan tertawa kecil.
Dia mengusap pucuk kepalaku. Dia sudah sering melakukan ini padaku, tetapi aku tetap saja masih malu. Semoga pipiku tidak merona karena perlakuan manisnya ini.
"Sampai jumpa, Hyemin! Jaga diri, ya!" seru mereka bersama-sama dan keluar dari rumahku.
Seketika suasana terasa berbeda. Sepi. Itulah yang aku rasakan. Aku menatap sekeliling, tidak ada hal yang menarik perhatianku.
Oh ya, di mana ayah? Sedari tadi aku tidak melihatnya.
Ting tong
"Siapa itu? Apa ada sesuatu barang milik mereka yang tertinggal?" gumamku, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Ah, ternyata itu ayah. Tapi, mengapa ada yang aneh?
"Oh, putriku. Kau sudah membaik?" racaunya.
Kau tahu? Ternyata ayahku sedang mabuk.
Aku yang mendengarkan racauan ayah hanya bisa tersenyum miris. Kenapa akhir-akhir ini ayah semakin berbeda? Dia selalu keluyuran entah ke mana, meninggalkanku sendirian di rumah.
Saat ini aku sangat butuh sosok terdekat. Mengapa ayah tidak memahamiku? Aku juga butuh bantuan orang terdekat selain temanku, seperti ayah contohnya.
"Ayah, kenapa sekarang kau sering mabuk-mabukkan?" tanyaku padanya.
Aku membantunya berjalan masuk ke dalam rumah. Tubuh ayah sempoyongan, itu membuatku kesulitan membawanya.
Setelah mendudukkan ayah di kursi, aku pergi ke dapur untuk memberikannya segelas air putih.
"Bukankah Ayah harus menemaniku selama masa pemulihan? Tetapi, mengapa ayah selalu tidak ada saat aku membutuhkanmu?" tanyaku dan menatap matanya dengan sendu.
Ayah melirikku sebentar. "Ada temanmu, kenapa harus Ayah?"
"Ayah kenapa? Sekarang sikapmu sangat berbeda."
"Hidupku sulit. Ini membunuhku, Hye. Jadi, cobalah pahami keaadan Ayah," ucapnya serambi meminum air putihnya.
Cobalah pahami keadaan ayah? Selama aku hidup dengannya, aku selalu memahami keadaan ayah. Membagikan kebahagiaanku padannya.
Aku tidak pernah lelah untuk membahagiakan ayah. Namun, sekarang aku teramat sedih dengan sikap ayah yang berbeda?
"Benar saja. Ayah selalu mengatakan itu..."
"Hidupku sulit. Ini membunuhku."
"Jadi, cobalah pahami keaadan ayah," ucapku menirukan nada bicara ayah.
"Kau kenapa, Nak? Apa ada sesuatu yang sedang menganggumu?" tanya ayah dengan kebingungan.
"Siapa yang akan memahamiku?"
Aku mulai tersulut emosi, aku tak bisa mengendalikannya.
Selama ini aku ingin berusaha yang terbaik. Aku ingin tetap lakukan yang terbaik dan melihat apakah ada pengaruhnya. Aku hanya akan menyerah saat tahu sudah tidak mungkin. Dan saat ini, aku sudah menyerah dengan semuanya.
"Aku juga kesulitan. Siapa yang akan mengerti diriku?"
"Lalu Ayah tanya apa yang menggangguku? Semua hal!"
"Aku pulang, makan, tidur di rumah ini. Semuanya membebani pikiranku. Tapi fakta bahwa Ayah saja tidak mengerti apa yang jadi masalahku, itulah yang paling membebaniku."
Aku pergi meninggalkannya yang sedang termenung. Maafkan aku, aku benar-benar terbawa emosi. Sekarang aku hanya ingin sendiri, aku sangat lelah.
⟭⟬
Hyemin terduduk di sisi ranjangnya. Gadis itu menangis dengan tersedu-sedu. Ia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, di mana ia pertama kali membentak ayahnya.
Itu bukanlah hal yang benar, tetapi saat ini Hyemin benar-benar terbawa emosi. Ia menyesal telah memberikan emosinya pada Jaeho.
"Taehyung, kau ada di mana?" ucap Hyemin melalui ponselnya.
Dengan sekuat tenaga Hyemin menahan isakannya, tetapi hal itu hanya sia-sia setelah mendengar suara Taehyung dari ponselnya.
"Aku ada di apartemen baruku," balas Taehyung dari seberang sana.
"Hei, kau sedang menangis? Apa ada masalah?"
"Tak apa, bolehkah aku pergi ke apartemenmu?"
"Tentu, kemarilah!"
Hyemin mematikan panggilan dengan sepihak. Entah mengapa dia memilih untuk bertemu dengan Taehyung. Ia merasa sangat butuh kehadiran lelaki itu. Mungkin karena akhir-akhir ini mereka berdua sering bersama.
Gadis itu langsung meyambar mantelnya yang tergeletak di sofa. Ia keluar dari kamarnya dan meneliti sekeliling. Tak ada Jaeho, mungkin pria itu tertidur?
Matanya menatap meja makan yang kosong. Mengingat Jaeho belum makan, Hyemin memutuskan untuk memasak makanan untuk Jaeho terlebih dahulu.
Selang beberapa menit kemudian, makanan yang Hyemin buat telah siap dihidangkan. Hyemin menuliskan sebuah pesan di sticky notes. Lalu, menempelkannya di pinggiran meja makan.
"Maafkan aku..."
Ayah, makanlah ini. Aku baru saja memasakknya, jangan lupa memakan sup pengarnya juga. Maaf untuk kejadian tadi, aku benar-benar tidak bisa mengontrol emosiku.
-Hyemin-
⟭⟬
Taehyung menatap sendu pada gadis di hadapannya. Tangannya tak berhenti menggenggam dan mengusap pelan tangan milik gadis di hadapannya.
"Tidak ada yang memahami perasaanku. Tidak peduli seberapa sepi dan sulit keadaanya. Aku selalu berpura-pura kuat dan positif."
Beberapa menit yang lalu, Hyemin datang ke apartemen milik Taehyung dengan keadaan yang super acak-acakkan. Hal itu membuat Taehyung terkejut, pasalnya tadi saat di rumah Hyemin, gadis itu masih baik-baik saja.
"Jika kamu kesepian, tunjukkan saja."
"Jika keadaan sulit, tunjukkan apa adanya."
"Jangan berlagak sok kuat sepanjang waktu," jelas Taehyung dengan menatap lekat manik milik Hyemin.
"Ke mana air matamu? Apa stoknya habis?" canda Taehyung dan membuat Hyemin kesal.
"Kau seperti mengejekku, Tuan Kim," ucap Hyemin, lalu memukul lengan Taehyung sehingga lelaki itu mengaduh keasakitan.
Taehyung tersenyum manis, ia membawa Hyemin ke dalam dekapannya. Hyemin pun membalas pelukan itu.
Hangat dan menenangkan, itulah yang mereka rasakan sekarang.
"Meski lukamu disebabkan oleh keluarga. Yang akan memegang tanganmu dan tetap di sisimu hingga akhir... pada akhirnya, itulah keluarga."
Mata Hyemin berkaca-kaca. Hari ini ia telah berubah drastis menjadi gadis yang lemah. Hyemin yang kuat seperti dulu telah menghilang. Yang ia butuhkan sekarang adalah sosok yang bisa selalu menemaninya.
"Kau diperbolehkan untuk marah dan teriak di depan semua orang."
"Itu lebih baik dari pada terus menghela napas sesak seakan semuanya baik-baik saja," lanjut Taehyung berusaha menjelaskan pada Hyemin.
Tangan lelaki itu mengusap punggung Hyemin, memberi ketenangan untuk gadis itu. Pelukan mereka semakin meng-erat, seakan-akan tidak akan pernah terpisahkan.
"Jadi mulai sekarang, marahlah jika ada yang menyakitimu, hilangkan senyum manismu untuk orang yang mengecewakanmu."
"Jangan menjadi seseorang yang sok kuat, jika kenyataannya kau ini adalah orang yang lemah."
TBC⟭⟬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top