12
"Taehyung, Hyemin sudah siuman!"
"Apa? Tunggu, aku akan ke sana!"
Lelaki itu berlari keluar rumahnya dengan tergesa-gesa. Pagi ini, ia baru saja mendapat panggilan dari Yoongi jika Hyemin telah sadarkan diri di rumah sakit.
Ia menaiki mobilnya. Sebenarnya Taesung belum memperbolehkan Taehyung untuk mengendarai mobil sebelum lulus SMA. Tetapi tadi malam saat di rumah sakit, Taesung memperbolehkan putranya untuk mengendarai mobil.
Taehyung menjadi teringat dengan tadi malam...
"Ayah, aku dan Ibu akan pulang."
Taesung yang sedang asik mengobrol dengan Jaeho menoleh dengan malas pada putranya itu. "Pulanglah, Ayah masih ingin di sini mengobrol dengan Jaeho."
"Bagaimana caraku untuk pulang?" tanya Taehyung. Ia sangat kesal sedari tadi ayahnya mengabaikan dirinya dan ibunya juga.
Tak memungkin jika tengah malam seperti ini ia dan ibunya menaiki kendaraan umum.
"Nih." Taesung melemparkan sebuah kunci mobil. Taehyung hanya menatap bingung pada kunci mobil yang ada di genggamannya itu.
"Pakai mobil Ayah. Kau saja yang menyetir, jangan biarkan Ibumu menyetir."
Taesung tidak memperbolehkan Sohee menyetir karena minggu lalu Sohee baru saja menabrak penjual pinggir jalan menggunakan mobilnya. Taesung pun marah, lelaki itu harus membayar kerugian dan juga mengganti bagian mobil yang mengalami sedikit kerusakan.
"Memangnya boleh?" tanya Taehyung, pasalnya ayahnya itu selalu tidak memperbolehkan dirinya mengendarai mobil sebelum lulus SMA.
Walaupun belum diperbolehkan, Taehyung sudah lumayan bisa mengemudi mobil. Karena dari kelas 1 SMA ia selalu mengikuti kursus mengemudi mobil.
"Boleh, sana pergilah!" usir Taesung. Taehyung hanya menatap sebal pada ayahnya.
Ya seperti itulah singkat cerita yang terjadi pada tadi malam di rumah sakit.
Ruang rawat Hyemin tampak sangat sepi. Taehyung sempat kebingungan ke mana perginya semua orang? Jika Hyemin telah siuman, bukankah semua harus berkumpul dan menyambut Hyemin.
Masa bodoh dengan itu, ia saat ini sangat-sangat ingin bertemu dengan Hyemin dan memeluk gadis itu dengan erat di dekapannya.
"Hyemin..."
Tehyung berdiri dengan diam setelah membuka pintu ruangan Hyemin. Tangan Taehyung terlentang, lalu kan menghampiri Hyemin dan menarik tubuh Hyemin ke dekapannya.
"Pergi!" suruh Hyemin dengan tiba-tiba.
Perempuan itu menatap takut pada Taehyung. Napasnya tersenggal-senggal dan tubuhnya bergetar.
"Ada apa denganmu?" tanya Taehyung dengan kebingungan.
"Kubilang pergi! Apa kau tuli?" teriak Hyemin dan akan melemparkan sebuah gelas kaca ke arah Taehyung.
Tentu saja Taehyung terkejut dengan sikap aneh Hyemin. Lelaki itu masih terdiam di tempatnya, mengabaikan ucapan Hyemin yang menyuruhnya untuk pergi.
"Tapi, aku sangat merindukanmu..."
"Jangan mendekat! Atau aku akan membunuh diriku sendiri di sini!"
Karena mendengear suara bising di ruangan Hyemin. Orang yang berada di luar ruangan pun langsung bergegas masuk ke dalam ruangan Hyemin.
"Taehyung, ayo kita keluar. Aku akan membicarakan sesuatu denganmu," ucap Ara dan akan menarik Taehyung keluar.
"Tidak, aku masih ingin bertemu dengan Hyemin!" sergah Taehyung dan melepaskan cekalan Ara.
Ara pun kekibingungan dengan Taehyung yang keras kepala itu. Ara bergegas keluar ruangan untuk mencari pertolongan, yang gadis itu harapkan adalah untuk saat ini jangan ada yang mendekati Hyemin terlebih dahulu.
Taehyung melangkah mendekat ke brankar milik Hyemin. Sedangkan Hyemin sudah sangat panik, perempuan itu sangatlah ketakutan.
"Kumohon jangan mendekat..."
"Taehyung, keluar!" teriak Yoongi yang baru saja masuk.
Lelaki itu langsung menarik Taehyung keluar dari rungan dengan paksa. Taehyung tidak memberontak, ia pasti tahu jika Yoongi benar-benar sedang serius.
"Ada apa dengan Hyemin?" tanya Taehyung setelah mereka berdua keluar dari ruangan Hyemin.
Yoongi menarik napasnya pelan. "Aku tidak tahu, tapi dokter mengatakan jika Hyemin mengalami trauma."
"Apa sangat parah?" tanya Taehyung dengan terkejut.
"Tidak, kita masih bisa menyembuhkannya dengan cara yang kita punya."
Yora dan Ara yang tadinya sedang mengintip Hyemin di pintu ruang rawatnya Hyemin segera menghampiri kedua lelaki itu.
"Bahkan tadi Hyemin hampir akan melempariku vas bunga, untung saja Yoongi menahannya. Jika tidak, kepalaku pasti akan mengalami pendarahan," ucap Yora dan bergidik ngeri mengingat kejadian tadi.
Semua yang ada di sana tampak sangat khawatir memikirkan keadaan Hyemin yang sekarang.
"Hyemin tampak ketakutan, dia pasti tidak bisa melupakan kejadian yang menimpanya di hari lalu," ucap Ara.
Benar kata Ara, pasti hingga saat ini Hyemin masih sangat ketakutan, bahkan rasa takutnya itu ikut tersalurkan pada orang terdekatnya.
"Lalu sekarang, apa yang akan kita lakukan?" tanya Taehyung dengan khawatir.
"Tentu saja kita harus..."
"Menghilangkan rasa traumanya."
⟭⟬
Hyemin menatap empat orang di hadapannya dengan pandangan yang kosong.
"Tenanglah, kami tidak akan berbuat sesuatu yang jahat padamu."
"Tapi, aku sangat..."
Taehyung membekap mulut Hyemin dengan jari telunjuknya. "Hust, diamlah. Kau perlu istirahat yang cukup."
Hyemin hanya menurut, lalu membenarkan posisi berbaringnya dengan nyaman.
"Eum, namaku Ara. Dan ini adalah—"
"Aku tahu. Kau pikir aku lupa ingatan?" sindir Hyemin dan menatap sebal pada Ara.
Suasana di rungan rawat Hyemin seketika menjadi hening. Rasanya sangat canggung, seperti ada aura yang berbeda dan aneh.
"Sepertinya aku dan Ara akan pulang. Cepat pulih ya, Hye. Nanti kita akan mengajakmu bermain bersama," ucap Yora dan melemparkan senyuman kepada Hyemin.
Hyemin membalas senyuman itu dengan anggukkan.
"Aku akan mengantarmu!" seru Yoongi dan menghampiri Yora dan Ara.
Dan tersisalah dua orang di dalam ruangan ini. Hanya ada seorang Kim Taehyung dan Nam Hyemin.
"Aku akan menemanimu di sini, aku tak tega melihatmu kesepian."
"Tak apa, aku sudah biasa merasa kesepian," ujar Hyemin dan membuat Taehyung mengangkat salah satu alisnya.
"Di mana ayahmu?" tanya Taehyung.
Sedari tadi ia belum bertemu dengan Jaeho.
"Aku tidak tahu...," lirih Hyemin. Wajahnya yang awalnya cerah itu menjadi murung.
Taehyung tersenyum kecil. Matanya tak henti-hentinya menatap wajah pucat milik Hyemin. Walaupun wajah milik Hyemin teramat pucat, kecantikannya sama sekali tak menghilang.
"Tidurlah, ini sudah waktunya tidur siang."
Tiba-tiba tangan Hyemin memegang erat tangan Taehyung. "Jangan pergi..."
Taehyung terkekeh kecil mendengar penuturan Hyemin.
"Tidak akan, aku akan selalu menemanimu."
Hyemin menganggukkan kepalanya, lalu mulai memejamkan kedua matanya dan tertidur lelap dengan tangan yang masih tertaut dengan tangan Taehyung.
Tangan Taehyung mengusap pelan puncak kepala Hyemin. Itu adalah salah satu hal yang paling ampuh agar Hyemin segera tertidur. Jangan lupakan sebuah fakta bahwa jiwa Jaeho ada di dalam tubuh Taehyung.
Taehyung menampakkan senyum kotaknya setelah mendengar dengkuran halus yang keluar dari mulut Hyemin.
Lelaki itu juga merasa mengantuk saat melihat Hyemin yang pulas tertidur. Tanpa ia sadari, ia juga ikut tertidur dengan pulas serambi duduk di kursi yang berada di samping brankar Hyemin. Dan juga dengan tangan yang saling bergenggaman dengan erat.
⟭⟬
A Few Moments Later
Taehyung terbangun setelah merasakan tulang-tulang tubuhnya terasa sedikit sakit karena posisi tidurnya yang terduduk di kursi.
Lelaki itu berjalan keluar dari ruangan Hyemin. Ia akan mencari makanan di kafetaria rumah sakit, karena tadi ia dan Hyemin telah melewatkan jam makan siang.
"Eoh, kau sudah bangun?" tanya Taehyung setelah melihat Hyemin membuka matanya.
"Aku akan ke kafetaria, membeli mak–"
Penuturan Taehyung terhenti setelah melihat wajah sendu milik Hyemin.
"Taehyung!" panggil Hyemin dengan suara yang kecil.
"Iya?" tanya Taehyung dengan suara yang kecil juga.
Hyemin menarik napasnya panjang, lalu tersenyum tipis. "Pernahkah kau berharap seperti ini?"
"Berharap bahwa semua akan kembali seperti semula setelah bangun dari tidur..."
"Tetapi ternyata, setelah bangun tidak ada yang berubah sama sekali."
Taehyung menghampiri Hyemin yang berada di brankarnya. Saat ini niatnya untuk ke kafetaria sementara ditunda terlebih dahulu. Apalagi melihat sikap aneh Hyemin yang tiba-tiba menanyakan hal itu padanya.
"Apa maksudmu?" tanya Taehyung kebingungan.
"Ah bukan apa-apa. Katamu ingin ke kafetaria? Sana pergilah, belikan aku minuman yang segar!"
Mimik wajah Hyemin yang mulanya sendu menjadi ceria. Entah jika itu hanya wajah pura-pura Hyemin agar tidak terlihat menyedihkan.
"A–ah baiklah," ucap Taehyung dengan kikuk.
Ia keluar ruangan Hyemin dengan perasaan yang masih bingung. Ia belum paham dengan perkataan yang diucapkan oleh Hyemin. Apa maksud Hyemin menanyakan hal itu?
Hyemin menatap kepergian Taehyung. Suasana ruang rawat Hyemin seketika menjadi sepi. Gadis itu menghela napasnya yang sedari tadi terasa sangat sesak.
Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya masuk ke ruangan Hyemin. Gadis yang berada di brankarnya itu sedang menatap kebingungan pada wanita yang baru saja masuk.
"Rasanya lega sekali kau sudah siuman. Aish, mengapa bocah tengik itu tidak mengabariku?" rutuk wanita itu.
Hyemin terdiam, seperti sedang mengingat sesuatu.
"Bibi..."
Wanita yang dipanggil bibi itu mangangkat salah satu alisnya. "Kau melupakanku ya, Sayang?"
Wanita itu memeluk Hyemin. Hyemin tak menyia-nyiakan hal ini, ia pun membalas pelukan itu dengan erat. "Astaga, rasanya senang sekali bisa memelukmu kembali."
"Bibi, mengapa kau tahu aku ada di sini?" tanya Hyemin dengan kebingungan.
"Apa Taehyung tak memberitahukanmu sesuatu? Wah, ternyata kalian berdua telah saling melupakan." Sohee tertawa pelan. Ia tak menyangka putranya dan sahabat kecil putranya itu saling melupakan.
"Eoh, Bibi juga mengenal Taehyung?" Hyemin mengucapkan itu dengan wajah polosnya.
"Ibu!" seru Taehyung yang baru saja masuk ruangan Hyemin, lalu menghampiri Sohee yang sedang mengobrol dengan Hyemin.
"Ibu?" tanya Hyemin pada dirinya sendiri.
Seketika mata Hyemin membola. Ia kembali mengingat masa lalunya saat masih tinggal di Daegu. Kim Taehyung, sahabat masa kecilnya yang sekarang telah Hyemin lupakan.
"T–taehyung...," lirih Hyemin.
"Maafkan aku, aku lupa memberitahumu."
Taehyung juga bingung ingin bereaksi seperti apa. Ia melihat mata Hyemin yang berkaca-kaca. Aduh, ia jadi tak tega melihatnya.
"Bagaimana keadaanya Hyemin? Dia baik-baik saja, kan?" tanya Sohee tiba-tiba.
Taehyung menoleh dan menatap ibunya. "Ibu duduk saja dulu, nanti akan kuberi tahu."
"Kau harus makan ini, ya. Lalu beristirahatlah, jangan terlalu banyak memikirkan bermacam-macam hal. Mengerti?" ucap Taehyung pada Hyemin.
Hyemin mengangguk. Lelaki itu meletakkan makanan di meja Hyemin, lalu Hyemin menurut untuk memakan makanan itu.
Sedangkan Sohee yang sedang duduk di sofa hanya terkekeh gemas melihat putranya yang sangat perhatian pada Hyemin.
Hyemin memakan makanannya dengan nikmat. Ia memperhatikan Taehyung dan Sohee yang sedang berbincang dengan riang. Lalu muncul sebuah senyuman tipis di bibir mungil gadis itu.
Tiba-tiba, ia mengigat kembali penderitaan yang dialaminya sekarang. Rasanya ia bukan seperti Hyemin yang biasanya. Rasa bahagianya sekarang telah berubah menjadi rasa takut.
Sekilas bayangan tragedi pembunuhan yang menimpanya pada malam itu dan juga ucapan dokter yang selama ini merawatnya terputar dengan campur aduk di kepalanya.
"Trauma itu harus dihadapi, bukan dirangkul dari belakang. Segeralah pulih dan bersenang-senanglah kembali di kehidupan yang lebih baik," ucap sang Dokter pada Hyemin.
TBC⟭⟬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top