11

Nami dibawa dengan paksa keluar dari area cafe. Yang pertama kali gadis itu temukan di luar cafe adalah mobil polisi yang berjumlah sangat banyak telah terparkir rapi di parkiran cafe.

Dan juga seseorang yang sangat Nami kenali sedang duduk santai serambi menatap Nami dengan remeh.

"Wow wow, siapa ini? Si tukang iri yang berkedok seorang pembunuh?" tatapan tajam milik Yora membuat semua orang yang di sana bergidik ngeri.

Apalagi mendengar kata-kata remeh yang Yora lontarkan pada Nami.

"K–kalian?"

"Apa? Kau terkejut, ya?" kekeh Yoongi setelah melihat wajah ketakutan Nami.

Sedangkan di samping Ara dan Yora ada Taehyung yang sedang menahan amarahnya.

Lelaki itu mulai beranjak menghampiri Nami dan seperti akan memukul perempuan itu. Tetapi, aksi Taehyung itu telah dihadang oleh para polisi yang ada di sana.

"Tenangkan dirimu, kami pasti akan memberi dia hukuman yang berat."

"Beri dia hukuman yang bisa membuatnya jera sehingga dia tak bisa merasakan indahnya dunia ini. Aku membencimu, perempuan iblis!" murka Taehyung dan meronta untuk melepaskan dari hadangan polisi.

Matanya menatap sangat benci pada Nami yang sedang di seret masuk ke dalam mobil tahanan.

"Taehyung, berhenti!" bentak Yoongi dan langsung menarik ujung kerah Taehyung.

Sebelum sebuah tamparan akan mendarat di pipi mulus Taehyung, tangan Yoongi telah di tahan oleh seseorang.

"Kau juga berhentilah, jangan menamparnya!" sergah Yora serambi menahan tangan Yoongi.

Yoongi melepaskan cengkramannya pada kerah Taehyung. Oh ayolah, tak biasanya lelaki es itu menuruti perkataan dari Yora.

"Sudahlah, apa yang akan kita lakukan sekarang? Hari akan mulai malam," ucap Ara.

"Kau dan Yora pulang saja, orang tua kalian pasti sedang menuggu kalian. Aku dan Taehyung akan pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Hyemin," ujar Yoongi dan milirik Taehyung sekilas.

"Aku juga ingin menengok Hyemin," rengek Yora.

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Tidak, sana pulanglah! Kau juga pulanglah, Ara."

"Ayo Yora kita pulang. Besok pagi kita bisa berkunjung," ucap Ara pada Yora.

"Ara betul, lagi pula besok adalah hari Minggu. Kalian nanti bisa sepuasnya di sana."

Yora hanya menghela napas dan mengangguk kecil. "Baiklah, aku dan Ara akan pulang. Kalian jaga diri, ya."

Kedua gadis itu pergi menaiki taksi yang tadi mereka pesan. Tiba-tiba kepala Ara muncul dari jendela taksi dan melambaikan tangannya. Bukan ke Taehyung dan Yoongi, tetapi ke seseorang yang sedang tersenyum manis kepada Ara.

"Kurasa Ara menyukaimu, polisi Park," sindir Taehyung.

"Aish kalian ini. Oh iya, aku akan menyusul Nami ke kantor polisi, kalian sekarang bisa langsung ke rumah sakit."

"Aku sudah memesankan taksi, anggap saja ini imbalan untuk kalian karena sudah membantuku hari ini. Hati-hati di jalan, ya!" pamit Jimin. Lalu bergegas masuk ke mobil tugasnya dan melenggang pergi dari sana.

"Dia sangat baik," gumam Taehyung serambi melihat kepergian Jimin.

"Ya! Kau akan tetap berdiri di sana hingga besok?" teriak Yoongi dari dalam taksi. Taehyung langsung menghampiri Yoongi yang sudah duduk manis di kursi penumpang. Mereka pun pergi ke rumah sakit tempat Hyemin dirawat.

Tak memakan waktu yang lama, mereka pun akhirnya sampai di tujuan. Mereka berjalan di lobi rumah sakit yang sedang ramai oleh pengunjung.

"Hei, kau tak akan di cari oleh orang tuamu?" celetuk Yoongi.

"Sepertinya tidak, kalau kau?" tanya Taehyung balik pada Yoongi.

"Orang tuaku sedang di luar negeri sejak lusa, jadi aku bebas hari ini." Dengan bangga Yoongi mengucapkan kalimat itu.

Drrt drrt drrt

Ponsel Yoongi berdering, terpampang sebuah panggilan dari ibunya.

"Yeoboseo, ada apa?"

"Kau ada di mana? Apa kau tak menjemput ayah dan ibu di bandara? Dasar anak nakal!"

"Apa!? Kenapa sudah pulang?" pekik Yoongi.

"Mengapa reaksimu seperti itu? Kau tak suka kami pulang, ya? Baiklah, aku akan pergi lagi dan tak kembali ke negara ini."

Yoongi pun mulai gelagapan. "Aish, ibu sedang bicara apa sih? Sekarang posisi ibu dan ayah ada di mana?"

"Sudah kukatakan jika di bandara, mengapa kau bertanya lagi? Cepat jemput kami!"

Tutt tutt

Panggilan terputus. Yoongi menatap sebal pada ponselnya itu. Lalu menatap Taehyung yang sedang terdiam menunggu dirinya yang sedang ribut dengan ibunya.

"Eum, maaf. Sepertinya aku tidak bisa menemanimu, aku akan menjemput orang tuaku di bandara."

"Eoh, tak apa. Lagi pula di sini ada paman Jaeho," ucap Taehyung.

"Baiklah, aku pergi dulu!"

Sekarang Taehyung berjalan sendirian di lorong rumah sakit. Beberapa langkah lagi dirinya akan sampai di ruangan Hyemin di rawat.

Pintu ruangan Hyemin terbuka. Taehyung melihat seorang perawat yang sedang mengganti infus milik Hyemin.

"Permisi, apa kau tahu paman Jaeho ada di mana?" tanya Taehyung pada perawat itu. Pasalnya, di ruangan ini Jaeho tak menampakkan batang hidungnya.

"Pria yang menunggu pasien ini? Dia sedang pulang ke rumahnya sebentar," jawab perawat itu.

"Saya sudah mengganti infus pasien, saya permisi dulu."

"Terima kasih."

Kaki milik Taehyung berjalan ke samping brankar Hyemin, lalu duduk di kursi yang tersedia.

Hyemin masih enggan membuka matanya, hal itu membuat Taehyung sangat sedih. Ini hampir seminggu Hyemin masih memejamkan matanya. Belum lama, tetapi bagi Taehyung rasanya seperti sudah satu tahun saja.

Tangan kekar itu terulur untuk memegang tangan Hyemin yang terasa sangat dingin. Tangannya mengusap pelan untuk menyalurkan rasa hangat. Matanya menatap sayu pada mata Hyemin yang terpejam.

"Bangunlah..."

"Apa kau tak merindukan semua orang yang sekarang sedang menunggumu untuk bangun?" tanya Taehyung, walaupun tak ada jawaban dari Hyemin.

"K–kau bodoh, bagaimana hal ini bisa terjadi padamu?"

Air mata Taehyung mulai tak tertahan. Ia mengusap kasar air matanya yang jatuh dan membuang wajah untuk tak menatap Hyemin. Ia tak bisa melihat Hyemin seperti ini.

"Aku keluar sebentar, ya. Nanti aku akan kembali ke sini."

Sebelum pergi dari situ, Taehyung membenarkan selimut yang Hyemin kenakan agar gadis itu tidak kedinginan. Tangannya menutup pintu ruangan dengan pelan. Lalu, duduk di kursi yang ada di depan ruangan.

"Paman, jangan bersedih seperti ini. Aku juga sedih melihat Hyemin seperti itu."

"Taehyung-ah, aku hanya takut. Aku takut kehilangan seorang perempuan yang kucintai untuk kedua kalinya."

"Jangan seperti itu, aku percaya Hyemin akan bangun."

"Tapi lihatlah, sekarang Hyemin masih belum ada kemaj–"

"Taehyung! Kenapa kau ada di sini?"

"Ibu!" reflek Taehyung bangkit dari duduknya dan menatap Sohee yang sedang menatapnya tajam.

"Aku sedang menjenguk temanku...," lirihnya.

"Temanmu? Siapa?" kepo Sohee.

Pasalnya, wanita itu tidak pernah melihat Taehyung mempunyai teman. Sedari dulu, putranya itu sering sendirian. Katanya malas, sendirian membuatnya menjadi tenang.

Taehyung menunjuk Hyemin yang berada di dalam ruangan. Sohee hanya memperhatikan seseorang yang ditunjuk oleh putranya.

Tangannya menutup mulutnya yang menganga dan wanita itu bergegas memasuki ruang rawat Hyemin tanpa persetujuan dari Taehyung.

"Ibu, ada apa?" tanya Taehyung. Ia takut ibunya itu akan berbuat macam-macam di dalam sini.

"Hyemin...," parau Sohee.

Taehyung hanya mengernyit kebingungan. Yang ada di benaknya sekarang adalah apakah ibunya itu mengenali Hyemin. Mengapa Sohee tahu dengan nama Hyemin?

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Sohee dengan khawatir.

Wanita itu masih terkejut dengan Hyemin yang sedang terkapar lemas di brankar rumah sakit dengan alat-alat yang terpasang di semua bagian tubuh Hyemin.

"Ah itu."

"Apa aku harus mengatakannya?"

"Cepat katakan!" desak Sohee.

"Ibu tahu berita yang kita tonton tadi pagi? Kasus pembunuhan yang ada di sekolahku. Korban pembunuhan itu adalah Hyemin. Dan sekarang dirinya sedang kritis, hampir seminggu dia belum bangun."

"Astaga, bagaimana bisa!?" Sohee menatap Hyemin sendu.

"Sebentar, memangnya Ibu mengenal Hyemin?"

Sohe mengangguk mengiyakan pertanyaan dari putranya itu. "Kita duduk dulu, akan Ibu beri tahu sesuatu."

"Hyemin adalah anak dari sahabatku. Ibunya Hyemin atau lebih tepatnya Lee Hyera adalah sahabatku sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sejak Hyera cerai dengan suaminya, wanita itu pergi bagaikan di telan bumi. Aku selalu menghubunginya lewat ponsel untuk menanyai kabarnya, tetapi tidak ada jawaban sama sekali darinya hingga sekarang."

"Oh, astaga. Aku merindukanmu, Hyera..."

Taehyung mengangguk paham, sekarang ia tahu sebuah fakta bahwa Hyemin adalah anak dari sahabat ibunya.

"Jadi, Ibu sangat mengenali Hyemin?" tanyanya.

"Tentu saja. Apa kau telah melupakan sesuatu?"

Alis Taehyung terangkat. "Sesuatu? Apa?"

"Haha, jadi kau benar-benar lupa. Hyemin adalah tetangga kita saat masih tinggal di Daegu. Bahkan aku masih ingat jika kalian selalu bermain bersama setiap pulang dari TK."

Mata Taehyung terbelalak. "Benarkah?"

"Eoh, akan kuberitahu jika album foto kalian masih ada di rumah," ucap Sohee dan terkekeh kecil saat mengingat masa lalunya di Daegu.

"Saat kedua orang tua Hyemin bercerai, ayah Hyemin membawa putrinya itu ke Seoul. Bahkan saat itu kau tak henti-hentinya menangis saat tak rela ditinggalkan oleh Hyemin."

"Tetapi, saat kau pindah ke Seoul malah sudah melupakan Hyemin. Astaga, kalian ini benar-benar menggemaskan." Sohee tertawa kecil dan melirik Taehyung dan Hyemin secara bergantian.

Taehyung hanya menggaruk tengkuknya, ia masih dibuat tak percaya dengan cerita ibunya itu.

⟭⟬

Daegu, 9 September 2009

"Eoh, Hyemin. Kau mau ke mana?" teriak Taehyung kecil yang baru saja keluar dari rumahnya.

"Aku akan pergi ke Seoul, ugh pasti akan menyenangkan sekali tinggal di kota." Hyemin kecil berjalan menghampiri Taehyung dengan kegirangan. Tak lupa tangannya menyeret sebuah koper kecil.

"Kau pergi meninggalkanku di sini sendiri?" tanya Taehyung dengan nada yang kecil.

Hyemin mengangguk dengan polos. "Tentu. Kata ayah, aku sudah punya rumah baru di Seoul."

"Andwae, kau jangan pergi..."

"Memangnya kenapa? Kau ingin ikut denganku?" tanya Hyemin. Jangan salahkan Hyemin yang seperti itu, dia masih anak-anak. Mana mungkin akan paham dengan apa itu sebuah perpisahan.

"Sayang, ayo kita berangkat!" seru Jaeho yang sedang berdiri di dekat pagar rumah Taehyung. Pria itu sedari tadi mengintip putrinya sedang mengobrol bersama sahabatnya.

Tangan Taehyung masih menggenggam tangan mungil milik Hyemin. Ia masih belum rela akan ditinggalkan oleh bocah kecil itu.

"Kau mau ke mana, Jaeho-ssi?" tanya Taesung yang baru saja dari kebun.

"Ah, aku akan ke Seoul."

"Jadi, kalian benar-benar telah berpisah?" Jaeho mengangguk. Sedangkah dua bocah yang sedang berpegangan tangan itu hanya menatap bingung pada ayah mereka.

Taesung berjongkok menyamakan tubuhnya dengan Hyemin dan mengelus puncak kepala Hyemin. "Hyemin-ah, hati-hati di jalan. Jika kau merindukan kami, kau bisa ke Daegu dan bermain lagi dengan Taehyung."

"Baik, Paman!"

"Taehyung, ucapkan salam perpisahan pada Hyemin."

"Andwae, aku ingin ikut dengannya!" seru Taehyung dan menarik tubuh Hyemin ke dalam rengkuhannya.

"Tak bisa, Hyemin sudah memiliki rumah baru di Seoul."

Mata bocah lelaki itu berkaca-kaca setelah Hyemin melepaskan rengkuhannya dan mulai keluar dari pekarangan rumahnya.

"Hyemin, suatu saat nanti aku akan menemuimu di Seoul!" teriak Taehyung dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan membanting pintu dengan sangat kencang. Taesung yang melihat kelakuan putranya itu hanya dapat menggelengkan kepalanya.

Taesung melambaikan tangannya pada Jaeho. Taksi yang Jaeho dan Hyemin naiki telah menghilang dari pandangan Taesung, pria itu pun kembali masuk ke rumahnya dan akan menghampiri Taehyung yang sedang merajuk.

"Yeobo, ada apa dengan Taehyung?" tanya Sohee serambi melihat Taehyung yang sedang menangis di depan televisi.

"Ah itu, Hyemin pergi ke Seoul bersama Jaeho."

Sohee meletakkan cangkir tehnya dengan keras di meja.

"Apa? Jadi mereka benar-benar berpisah?" tanya Sohee dan dibalas anggukan pelan oleh Taesung.

"Astaga, Hyera. Kau ini bodoh sekali!" geram Sohee. Ia membuka ponselnya dan menghubungi nomor Hyera berkali-kali, tetapi nihil tak ada sama sekali jawaban dari seberang sana.

Sejak saat itu, Sohee sudah tak berkomunikasi lagi dengan sahabat karibnya itu. Hyera benar-benar pergi tanpa mengabari siapa pun. Begitu pula dengan Taehyung, ia sudah tak mendengar kabar lagi dari Hyemin. Semuanya hilang, bagaikan hilang di telan oleh bumi.

⟭⟬

"Akhirnya aku bertemu kembali dengan Hyemin. Uh, rasanya sangat lega. Tetapi aku belum sepenuhnya lega setelah melihat kondisinya yang sekarang."

Benar, Sohee sangat lega. Dulu, wanita itu sangat khawatir dengan keadaan Hyemin yang jauh dengan Hyera. Apalagi saat itu Hyemin masih berumur 5 tahun.

"Di mana ayahnya?" tanya Sohee.

"Paman Jaeho sedang pulang ke rumahnya sebentar," jawab Taehyung. Lelaki itu masih menatap Hyemin, ia hanya terlalu senang setelah bertemu kembali dengan teman masa kecilnya.

Taehyung menoleh pada Sohee yang sedang mengelap dahi Hyemin yang mengeluarkan keringat. "Ibu juga mengenal paman Jaeho?"

"Sebenarnya ibu tak terlalu mengenal dekat dengan Jaeho. Sejak dulu, ayahmu itu yang sangat dekat dengannya."

Tiba-tiba ada seseorang masuk ruang rawat Hyemin. Dua orang yang sedang bercengkrama itu langsung berdiri dan menunduk hormat pada orang itu.

"Eoh, kau siapa?" ucap orang itu dan membalas menunduk.

"Ah ini Ibuku, Paman." Taehyung menyela sebelum Sohee mengeluarkan kata-katanya terlebih dahulu.

"Benarkah? Kau tahu? Putramu ini sangat baik telah membantuku, dia membantu menangani kasus putriku dengan sangat baik," ucap Jaeho dan menunduk hormat pada Sohee.

Sohee membalas menunduk lagi, wanita itu menatap tajam pada Taehyung. "Apa maksudmu membantu menangani kasus?" bisiknya.

Taehyung gelagapan dan menarik ibunya untuk keluar dari ruangan Hyemin. Lelaki itu mulai bercerita awal dari hilangnya Hyemin hingga ia menjadi saksi kasus itu dan membantu menangani kasus ini bersama teman-temannya.

"Seharusnya saat itu kau tak membohongiku dan ayahmu, Sayang."

"Maaf, aku tak ingin kalian khawatir."

"Baiklah, Ibu maafkan. Tetapi kau harus membantuku merapikan rak buku yang ada di rumah," ucap Sohee. Lalu tertawa setelah melihat ekspresi terkejut milik Taehyung.

"Apa? Aku tak mau membersihkan rak buku yang sangat banyak itu."

"Kalian sedang apa?" tanya seseorang yang baru aja menghampiri dua sejoli yang sedang bercengkrama di depan ruangan Hyemin.

"Ayah, kau di sini juga?" tanya Taehyung. Lelaki itu bingung mengapa ayah dan ibunya sedang di rumah sakit.

"Aku dan Ibumu baru saja menjenguk rekan kerja yang dirawat di sini. Aku sedari tadi mencari Ibumu, ternyata dia sedang di sini bersama bocah nakal ini," ledek Taesung.

Sohee hanya memutar bola matanya dengan malas. Lalu menghampiri suaminya itu.

"Yeobo, cobalah kau masuk ke dalam. Kau pasti akan sangat terkejut."

"Kenapa aku? Memangnya ini ruang rawatnya siapa?" tanya Taesung dengan kebingungan.

"Ayolah, ayah masuk saja." Taehyung sedikit mendorong punggung Taesung untuk segera masuk ke ruangan Hyemin.

Mau tak mau, Taesung hanya bisa menuruti perkataan sang istri dan putranya itu.

"Permisi...," lirih Taesung serambi membuka pinrtu ruangan.

Seketika dua pria yang ada di dalam itu saling bertatapan, lalu keduanya terbelalak kaget. Mereka kembali bertemu setelah dulu menghilang tak ada kabar.

"Jaeho!"

"Taesung!"

TBC⟭⟬

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top