07

"Bagaimana dengan keadaan kakimu?" tanya Taehyung serambi melihat kaki Hyemin yang terikat oleh perban.

Saat ini, mereka sedang duduk di bangku yang tersedia di kantin. Mereka berdua menunggu Yoongi yang sedang memesan makanan. Kata Yoongi, dia sedang mendapat uang jajan lebih. Jadi, ia berencana mentraktir Taehyung dan Hyemin.

"Kakiku sudah mulai membaik, terima kasih sudah membantuku." Taehyung membalas senyuman yang Hyemin tunjukkan.

"Minggir atau kutumpahkan jus jeruk ini!" seru Yoongi yang baru saja datang dan berdiri di samping Taehyung dan Hyemin.

Taehyung hanya berdecak melihat Yoongi yang seperti itu. "Kau mengganggu saja."

Perkataan Taehyung tak digubris oleh Yoongi. Hyemin yang melihatnya pun hanya menghela napas pasrah.

"Bukankah hari ini kau pertama masuk sekolah di sini?" tanya Yoongi pada Taehyung. Tidak biasanya, soalnya Yoongi tergolong manusia yang tidak suka kepo dengan orang lain.

"Iya, aku baru saja pindah."

"Aneh, bagaimana kau bisa pindah sekolah saat kelas 12. Bahkan sebentar lagi kau akan lulus." Yoongi terheran-heran, begitu pula dengan Hyemin. Yang dikatakan Yoongi ada benarnya juga.

Taehyung terdiam, malas menanggapi perkataan Yoongi.

"Pasti dia punya alasan, biarkan saja itu adalah haknya," ucap Hyemin mencairkan suasana yang agak canggung.

"Bagaimana dengan teman kelasmu? Mereka pasti senang memiliki teman kelas baru sepertimu," ucap Hyemin pada Taehyung. Tak heran Hyemin menanyakan itu, apalagi dia dan Taehyung berbeda kelas.

Taehyung melirik Yoongi sebentar dan menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum kecil, "Mereka baik, aku senang berteman dengan mereka semua."

Asal kalian tahu, Taehyung, Yoongi, dan Hyemin berada di kelas yang berbeda. Taehyung dan Yoongi berada di kelas yang sama, kelas 12 dari club alat musik dan nyanyi. Sedangkan Hyemin berada di kelas 12 dari club dance.

"Kau sangat suka dengan musik, ya?" tanya Hyemin penasaran.

"Ya seperti itulah," jawab Taehyung yang masih enggan beralih dari makanannya.

"Kau suka memainkan alat musik apa?" tanya Hyemin lagi.

"Ya! Kenapa kau menjadi kepo sekali?" kesal Yoongi yang sedari tadi hanya menyimak.

Taehyung yang melihat itu langsung kikuk, sebenarnnya tak apa Hyemin bertanya-tanya tentang dirinya. Padahal ia senang dengan itu, dari pada Hyemin hanya diam saja.

"Tak apa-apa, lagi pula kita baru bertemu. Wajar saja kalau dia ingin lebih tahu tentangku. Oh iya, aku suka memainkan semua alat musik," jawab Taehyung.

Yoongi menghentikan aktivitasnya, lalu meletakkan kedua sumpitnya. Matanya menatap Taehyung dan Hyemin ssecara bergantian.

"Aneh. Katamu Hyemin pacarmu, bagaimana bisa kau mengatakan kalau kau itu baru saja bertemu dengan Hyemin?" tanya Yoongi.

Hyemin menarik napasnya, ia sungguh dibuat kesal. Ia kira Yoongi tak akan percaya dengan bualan bodoh milik Taehyung. Dan sekarang apa, ternyata Yoongi benar-benar mempercayai itu. Rasanya Hyemin ingin menertawakan Yoongi hingga sakit perut, LOL.

"Waktu itu, kau benar-benar mempercayai bualan Taehyung? Haha." Hyemin tertawa dengan sangat keras sehingga mengundang perhatian semua orang yang ada di kantin.

"Jadi, kalian membohongiku?" tanya Yoongi dengan mata yang melotot tajam.

"Lagian kau saat itu kasar sekali pada Hyemin yang sedang kesakitan," ucap Taehyung dan terkekeh pelan.

Hyemin masih setia dengan tawanya hingga mengeluarkan sedikit air mata. "Bodoh, kau benar-benar mempercayai itu. Aku jadi ingin melihat seberapa paniknya dirimu haha."

"Ya, kau Nam Hyemin! Beraninya kau mengataiku bodoh!"

⟭⟬

"Fyuhh, jam berapa ini?" Hyemin bermonolog dan menatap sebuah jam yang bertengger di pergelangan tangannya.

"Apa? Sudah jam 4!"

"Selama itukah aku membaca buku?"

Hyemin berjalan di lorong perpustakan. Tadi, sebelum pulang ke rumah dia memutuskan pergi ke perpustakaan untuk menyelesaikan bacaan kemarin lusa yang belum terselesaikan. Sekolah sudah sepi, tak banyak murid-murid yang masih bekeliaran.

"Ara! Apa yang sedang kamu lakukan?" seru Hyemin, lalu menghampiri teman kelasnya yang sedang kesusahan membawa tumpukan barang.

"Ini aku sedang membawa buku bekas dari kelas 10," ucap Ara dan memperlihatkan kardus yang terisi banyak buku bekas.

"Apakah ini akan dibawa ke gudang?" tanya Hyemin penasaran.

"Betul. Bisakah kau meletakkan di gudang? Aku sedang terburu-buru untuk segera pulang." Ara menyodorkan ponselnya yang terpampang panggilan masuk dari ibunya.

"Ah, baiklah. Ini tak sulit," ucap Hyemin dengan yakin.

"Terima kasih, Hyemin. Aku pulang dulu, maaf merepotkanmu!"

"Iya, tak apa-apa!"

Ara melenggang pergi meninggalkan Hyemin dengan kardus yang berisi buku-buku bekas. Lalu, langkahnya berbalik ke arah gudang, bukan ke gerbang keluar sekolah.

Dia membuka pintu gudang yang tak terkunci. Kemudian meletakkan kardus tersebut di tempat yang sudah disediakan.

Hyemin menatap sekeliling. Gudang di sekolahnya sangat rapi, walaupun sedikit kotor. Saat akan keluar gudang, tiba-tiba ponselnya bergetar sehingga membuat langkahnya terhenti.

+821594xxxx

Tae : Halo!

Me : Siapa ini?

Tae : Kau tak mengenaliku?

Me : Bagaimana bisa kau mengenalimu jika kau belum meberitahukan siapa dirimu.

Tae : Aish, ini aku. Kim Taehyung, lelaki yang sangat tampan.

Me : Oh, ternyata kau. Cih, percaya diri sekali kau ini. Dapat dari mana?

Tae : Apanya?

Me : Maksudku nomor ponselku.

Tae : Tadi aku memintanya pada Yoongi.

Tae : Kau ada di mana?

Me : Di sekolah.

Tae : Ya! Kenapa masih belum pulang?

Me : Ini aku akan pulang, aku tak sadar jika membaca buku di perpustakaan hingga sore.

Tae : Cepatlah pulang! Nanti aku akan berkunjung ke rumahmu, ingin membawakanmu macaron buatan ibuku.

Me : Ah, benarkah? Terima kasih, sekarang aku akan segera pulang.

Tae : Iya, hati-hati di jalan.

Tae : Aku mencintaimu. (Deleted)

Hyemin meletakkan ponselnya ke saku roknya kembali. Lalu tangannya meraih tas yang tadi dia letakkan di lantai.

Saat akan membuka pintu, tiba-tiba pintu gudang tak bisa dibuka. Dengan sekuat tenaga Hyemin mendobrak pintu itu hingga membuatnya kelelahan.

"Jangan bercanda, buka pintunya!" teriak Hyemin dengan sekuat tenaga. Walaupun hal itu hanya sia-sia.

Matanya menatap sekeliling gudang. Suasananya sangat mengerikan jika hari mulai menjelang malam. Matanya menangkap sebuah jendela yang terbuka dan inilah kesempatan yang baik untuk keluar dari gudang.

Clickk

Ketika Hyemin akan mendekat, seketika jendela yang terbuka itu tertutup dan terkunci dengan rapat. Mulut Hyemin menganga, dia mengira-ngira jika ada seseorang yang mengerjainya.

"Ada siapa di sana?" tanya Hyemin dengan suara yang kecil. Bahkan sangat kecil.

Tiba-tiba ada sebuah sepasang tangan mendorong bahunya hingga tersungkur ke belakang.

Hyemin mengaduh kesakitan dengan tangan mengusap-usap punggung yang terbentur dinding.

"Siapa ka..."

"Halo, Hyemin. Bagaimana kabarmu?" tanya orang itu dan memandang sinis pada Hyemin.

Mata Hyemin memerah menahan marah. "Apa yang kau inginkan?"

Orang itu memutar-mutar pisau tajamnya yang berada di tangannya seakan-akan sedang bermain dengan mainan baru yang dibelikan oleh orang tuanya.

"Tentu saja menghabisimu. Kukira kemarin kau sudah pergi meninggalkan dunia ini, ternyata masih bisa bertahan hidup, ya. Aku muak denganmu!" teriaknya di depan wajah Hyemin.

"Aku malas berurusan denganmu lagi, Nami..."

"Tetapi, aku tidak. Aku belum puas berurusan denganmu sebelum kau lenyap," ucap Nami dan terkekeh pelan.

Hyemin menghapus air matanya yang mengalir. Dia sungguh sudah lelah menghadapi Nami yang seenaknya saja pada dirinya.

"Sebenarnya kenapa kau sangat membenciku? Bahkan sedari dulu aku tak pernah mengganggumu sama sekali...," lirih Hyemin dan menatap sedih Nami.

Plakk

"Kau, kau itu perempuan serakah!" serunya hingga membuat Hyemin terpenjat kaget.

"Kau mengambil semuanya dariku, itu membuatku muak!"

"Kau merebut hati para guru agar mereka selalu membanggakan prestasimu. Kau merebut posisi ketua dance yang seharusnya itu milikku. Dan kau juga merebut lelaki yang sedang kusukai. Kau adalah perempuan bodoh yang pernah kutemui!"

Hyemin yang masih terdiam dengan tangisannya menatap tak percaya pada Nami.

"Karena kau selalu iri, tentu kau tak bisa mendapatkan yang seperti aku dapatkan," ucap Hyemin dengan nada yang sedikit mengejek.

"Beraninya kau!" murka Nami dan menendang perut Hyemin.

"Akh, kau gila! Jangan sakiti diriku." Hyemin mengaduh kesakitan saat Nami tak henti-hentinya menendang semua bagian tubuhnya.

Napas Nami terengah-engah. Dia menyeka keringat yang bercucuran di dahinya. Lalu, menatap Hyemin yang hampir sekarat karena Nami tendang dengan sangat brutal.

Nami dan mengangkat pisau tajamnya dengan tinggi-tinggi. Hyemin tak henti-hentinya memohon untuk tak melakukan hal itu padanya. Tapi, permohonannya itu sia-sia.

"Kau harus mati, aku membencimu!"

Pisau itu tertancap dengan cepat di perut Hyemin. Lalu, darah dari tubuh Hyemin mulai membanjiri lantai gudang yang kotor itu.

Nami segera pergi dari situ untuk meninggalkan jejak. Dia kembali menatap Hyemin yang tergeletak tak sadarkan diri dan dia hanya tertawa senang, lalu keluar pergi dari sana melalui jendela gudang yang terkunci tadi.

⟭⟬

Tok tok tokk

"Selamat malam, Paman. Hyemin ada?" tanya Taehyung dan tersenyum hangat.

Wajah senang Taehyung menghilang ketika melihat wajah khawatir Jaeho.

"Ternyata kau, kukira Hyemin. Kau tau di mana Hyemin berada? Dia belum pulang ke rumah sedari tadi," ucapnya dengan khawatir.

Taehyung meletakkan paper bag yang ia bawa di meja tamu. Cukup terkejut mendengar perkataan ayah Hyemin yang mengatakan bahwa putrinya belum pulang ke rumah sama sekali.

"Benarkah Hyemin belum pulang? Aku tadi sempat bertukar pesan dan dia mengatakan akan segera pulang." Taehyung yakin itu, tadi ia benar-benar bertukar pesan dengan Hyemin.

"Aku sangat khawatir, bisakah kau membantuku?" tanya Jaeho dengan khawatir.

"Tentu, Paman, aku akan segera mencarinya. Paman di rumah saja, aku pergi dulu!"

Taehyung meninggalkan rumah Hyemin. Lalu mengeluarkan ponselnya dari saku dan segera menghubungi seseorang.

"Ya! Apa Hyemin sedang bersamamu?"

"Tidak, memangnya kenapa?"

"Aish bagaimana ini? Hyemin belum pulang sedari tadi."

"Kau sedang bercanda, ya? Hyemin tak pernah pulang terlambat."

"Untuk apa aku bercanda di situasi seperti ini. Kemarilah, aku ada di halte 013 dekat cafe yang baru saja buka."

"Baiklah, tunggu aku akan ke sana!"

Panggilan terputus. Taehyung mengehela napasnya kasar, ia sangat khawatir dengan Hyemin. Sedari tadi, otaknya tak henti-hentinya memikirkan hal aneh yang menimpa Hyemin. Dirinya semakin dibuat ketakutan.

Selang beberapa waktu menunggu. Sebuah motor ninja berhenti di hadapan Taehyung terduduk. Ia mengamati seseorang yang mengendarai motor tersebut.

Dengan segera Taehyung berlari menghampiri dan segera menaiki motor orang itu. Tanpa menunggu lama mereka pergi ke tujuan yang akan di tuju.

"Kita akan ke mana?" tanya Yoongi dengan berteriak keras.

"Ke sekolah!" teriak Taehyung tak kalah keras dengan teriakan Yoongi.

"Kau gila? Untuk apa kita ke sana?"

"Aku yakin Hyemin ada di sana. Terakhir mengirim pesan dia berada di sekolah."

"Baiklah, kita ke sana sekarang," ucap Yoongi dengan khawatir.

Taehyung menuruni motor Yoongi. Dirinya dibuat senam jantung karena Yoongi tak henti-hentinya menyalip kendaraan besar yang melewati jalan raya.

"Kau ingin mati, eoh?" tanya Taehyung yang masih ngos-ngosan.

"Kau ini banyak bicara sekali. Cepat, kita tidak bisa berlama-lama di sini!"

Yoongi meninggalkan Taehyung yang masih mengumpulkan oksigen. Setelah mengingat Hyemin kembali, Taehyung pun segera menghampiri Yoongi yang berada tak jauh darinya.

"Bagaimana cara kita masuk?" tanya Taehyung. Mereka berdua menatap gerbang masuk sekolah seperti orang idiot.

"Kita panjat saja," jawab Yoongi dengan enteng.

"Kau gila! Gerbang ini ada sistem keamanannya, tak mungkin bisa kita memanjatnya."

Setelah berargumen yang panjang, mereka memutuskan untuk memanjat dinding kantin belakang. Dan sekarang mereka telah masuk area sekolah tanpa melewati gerbang sekolah.

Yoongi merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah senter. Lalu, berjalan mencari Hyemin di setiap ruangan yang ada di sekolah.

"Apa kau yakin Hyemin ada di sekolah?" tanya Yoongi tampak ragu-ragu dengan yang Taehyung katakan tadi.

"Aku yakin itu!"

15 menit mereka habiskan untuk mencari Hyemin. Setiap ruangan yang ada di sekolah telah mereka cek semua. Tetapi, nihil. Mereka belum menemukan sosok Hyemin.

"Kita belum ke perpustakaan, bagaimana jika kita ke sana?" usul Taehyung.

Yoongi menoleh sebentar pada Taehyung. Ia nampak kewalahan mencari Hyemin. "Aku tak percaya denganmu lagi."

"Oh, ayolah. Tadi saat Hyemin mengirimku pesan, dia berada di perpustakaan. Siapa sangka dia sedang tertidur di sana." Ucapan Taehyung mendapat anggukkan oleh Yoongi. Mereka pun segera pergi ke perpustakaan untuk memastikan bahwa Hyemin ada di ruangan tersebut atau tidak.

Kedua lelaki itu keluar dari perpustakaan dengan wajah yang frustasi. Mereka duduk di pinggir lantai lorong perpustakaan, tampak wajah kelelahan terpampang di wajah mereka.

"Di mana Hyemin? Apakah dia baik-baik saja?"

"Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya..."

"Diamlah, kau membuatku semakin khawatir!" geram Yoongi yang sedari tadi mendengarkan prasangka buruk yang menimpa Hyemin.

Tiba-tiba, indra penciuman Taehyung menghirup bau yang tak sedap. Ia menatap Yoongi dari atas hingga bawah, lalu memasang wajah jijiknya.

"Ya! Kau sudah tak mandi berapa bulan?" ejek Taehyung pada Yoongi.

Yoongi hanya menaikkan salah satu alisnya, ia tak paham dengan maksdu Taehyung.

"Hei, aku setiap hari selalu mandi. Bahkan sekarang aku sangatlah wangi," ucap Yoongi dengan malas.

"Ah iya juga, harummu wangi. Tapi, apa kau juga terasa seperti mencium sesuatu yang baunya tak sedap?"

"Ah, ternyata kau juga menciumnya. Sedari tadi aku merasa sangat terganggu dengan bau tak sedap itu."

Mereka saling bertatapan. Rasa kebingungan mereka berubah menjadi keterkejutan. Mata mereka terbelalak kaget seketika.

TBC⟭⟬

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top