06
Dengan langkah yang gontai, seorang lelaki menjatuhkan tubuhnya di ranjang besarnya. Helaan napas terdengar, ia menatap langit-langit kamarnya dengan sendu.
"Aku lelah. Kapan ini akan berakhir?"
Matanya menatap sekeliling kamarnya. Tak ada tanda-tanda kehidupan, sangat suram.
"Taehyung, maukah kau bercerita? Agar aku tidak kesepian..."
Taehyung yang di sana hanya bisa menatap bayang-bayangan Jaeho. Ia tersenyum, lalu mengubah posisinya menjadi se-nyaman mungkin.
"Aku tahu, pasti Paman sangat ingin tahu mengapa aku seperti ini sehingga jiwa Paman berada di tubuhku."
Jaeho terdiam. Betul, dirinya sangat ingin tahu dengan apa yang terjadi pada bocah laki itu.
"Apakah Paman ingat? Saat Paman mentraktirku tteokbokki setelah membantu Paman dari serangan preman," ucap Taehyung.
"Ya, aku mengingatnya!"
"Saat itu, aku benar-benar tak tahu akan ada sebuah kejadian yang membuatku seperti ini."
Perkataan Taehyung membuat Jaeho sedikit kebingungan. "Apa itu?"
Flashback On
Setelah kepergian Jaeho, Taehyung segera pergi dari kedai tteokbokki. Kaki Taehyung melangkah dengan cepat menuju lampu merah jalan raya. Tak jauh dari situ, rumahnya sudah terlihat sangat jelas di matanya. Ia sangat tergesa-gesa melangkahkan kakinya ketika mendapati ibunya menelpon berkali-kali.
Saat kakinya mulai melangkah 3 langkah di penyebrangan lampu merah, tiba-tiba datang sebuah truk pabrik dan menabrak tubuh gagahnya itu sehingga membuat tubuhnya seketika terjatuh di atas aspal dan kepala membentur pinggiran trotoar.
Darah merah yang keluar mulai mengotori seragam sekolahnya. Dengan tubuh yang melemas, dirinya tak kuat untuk menahan matanya agar tidak tertutup. Lalu, semuanya menjadi gelap. Sangat gelap.
Flashback Off
"Jadi, itu penyebab dirimu koma selama beberapa minggu?" tanya Jaeho dengan sedikit shock ketika mendengar cerita Taehyung barusan.
"Betul. Tapi, aku tak tahu mengapa jiwa Paman bisa masuk di dalam tubuhku setelah aku bangun dari koma." Taehyung merasa tak enak hati pada Jaeho.
Ia merasa seperti membebani Jaeho karena jiwa Jaeho berada di tubuhnya.
Jaeho mendelik saat Taehyung menatap dirinya seperti itu. "Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Mungkin ada sesuatu yang mengharuskan jiwaku ada di tubuhmu."
"Maaf, Paman. Aku selalu merepotkanmu, aku merasa tak enak pada Paman..." lirih Taehyung, seperti orang yang sedang menyesal dengan perbuatannya.
"Tak apa, kau tak perlu seperti itu." Jaeho tersenyum.
Memang benar ini semua bukan salah Taehyung maupun dirinya, tak ada artinya jika dirinya menyalahkan Taehyung atas apa yang terjadi. Ini semua adalah kehendak Tuhan. Mungkin.
Mereka berdua, Taehyung dan Jaeho. Hanya bisa mengikuti permainan hingga hari di mana semuanya kembali seperti semula datang.
Sekarang tak ada yang harus disesali, ikuti saja alur yang dijalani. Lalu, kembali hidup dengan kehidupan masing-masing.
Jaeho memejamkan kedua matanya menghilangkan rasa penat yang terasa di dirinya. Berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya setelah seharian melakukan kegiatan yang berat.
Matanya kembali terbuka. Dirinya tak bisa tertidur.
"Oh iya, Taehyung. Sepertinya kau sangat mengenal putriku," ucap Jaeho serambi mengingat-ingat wajah Hyemi tadi di sekolah yang terkejut ketika Taehyung tiba-tiba berada di hadapannya.
"A–ah itu, apa aku harus mengatakannya?" gumam Taehyung dan menggaruk tengkuknya yang terasa tak gatal.
"Katakan saja!" seru Jaeho dengan kesal.
"Astaga, Paman. Bersabarlah, aku masih mengingat sesuatu."
"Ck, kau terlalu lama berpikir. Cepatlah, sebelum aku tertidur," timpal Jaeho membuat Taehyung sedikit kesal.
Beberapa menit kemudian, Taehyung belum mengeluarkan suaranya sama sekali. Hal itu membuat Jaheo sedikit geram.
Tatapan Jaeho menangkap Taehyung yang tersenyum-senyum sendiri sehingga membuat Jaeho yang awalnya kesal menjadi bergidik ngeri.
"Apa yang sedang kau bayangkan, hah? Dasar lelaki!"
Taehyung langsung tersadar dan langsung memasang wajah paniknya ketika dirinya ketahuan senyum-senyum sendiri ketika memikirkan sesuatu.
"Jangan salah paham! Aku tidak memikirkan hal-hal aneh," cicit Taehyung.
"Paman, putrimu sangat baik..."
Jaeho yang awalnya kesal tiba-tiba terdiam setelah Taehyung mengucapkan hal itu.
"Hari itu, aku berpikir akan mengakhiri hidup dengan bunuh diri di jemba–"
Kalimat Taehyung terputus karena Jaeho tiba-tiba mengumpatinya. "Bocah, gila! Bagaimana kau bisa berpikiran untuk melakukan hal gila itu?"
"A–ah itu aku punya alasan sendiri..."
"Cepat lanjutkan ceritamu tadi," ucap Jaeho yang masih merebahkan tubuhnya di ranjang.
Sebelum melanjutkan, Taehyung mengambil napas dengan dalam terlebih dahulu.
"Aksi bunuh diriku itu ternyata gagal karena seorang gadis SMA dan Paman pasti mengerti dengan siapa yang kumaksud," ucap Taehyung dan terkekeh pelan serambi mengingat pertemuan dirinya dengan Hyemin saat itu.
"Maksudmu gadis SMA itu adalah Hyemin?" tanya Jaeho dengan penasaran.
"Iya, kau betul. Mungkin jika Hyemin tak di sana, sekarang aku tak bisa berada di sini dan bercerita dengan paman seperti ini."
"Hyemin sangat baik, aku jatuh cinta dengan sifatnya itu. Saat itu, dia memeluk dan menenangkanku dengan tulus. Niat gilaku itu seketika pergi dari otakku dan memilih untuk mendengarkan nasihat yang diberikan oleh putrimu. Selama aku hidup, aku baru pertama kali bertemu dengan seseorang seperti Hyemin."
"Sebentar-sebentar, maksudmu Hyemin menolongmu yang hendak bunuh diri?" sela Jaeho dengan rasa yang penasaran.
Taehyung pun mengangguk membenarkan ucapan Jaeho. "Ya, bisa dibilang begitu."
Malam mereka pun hanya dihabiskan dengan saling bercerita hingga mereka tertidur lelap dan bersiap untuk menyambut hari yang akan datang.
⟭⟬
"Taehyung! Cepat turun, sebelum kau terlambat!" teriak seorang wanita dari bawah.
Dengan atribut sekolah yang masih belum rapi, Taehyung berjalan dengan tergesa-gesa menuruni tangga dan langsung menyambar sandwich yang di letakkan di meja.
"Rapikan pakaianmu. Hari ini adalah hari pertama kau masuk di sekolah baru, bagaimana kau bisa berpakaian seperti pelajar sekolah yang nakal," ucap Sohee, ibu Taehyung.
"Iya, aku tahu," rengek Taehyung pada ibunya.
"Aish, aku akan terlambat. Aku berangkat dulu, Bu!"
Taehyung bergegas pamit dan keluar rumah dengan sandwich yang menggantung di mulut.
Beberapa menit kemudian, Taehyung berjalan santai, tidak seperti tadi yang terburu-buru. Ia merutuki diri sendiri yang sangat ceroboh. Ternyata ia salah melihat jam, saat di rumah jam menunjukkan pukul 08.30 padahal sekarang masih pukul 07.00.
"Bodoh, bagaimana bisa sekarang masih jam tujuh? Padahal tadi di rumah seperti masih jam setengah delapan," rutukna pada diri sendiri.
"Selain pemarah, Paman juga ceroboh haha." Tawa seseorang samar-samar terdengar hingga membuat yang dimaksud orang itu kesal.
"Diam kau, hari ini aku sedang malas berargumen denganmu, Tae."
Dari kejauhan ada seorang gadis melambai-lambai tangannya. Tak lupa juga dengan kucing dingin gadis itu yang setia berdiri di sampingnya.
"Taehyung, kemarilah!" seru gadis itu dengan senang.
Taehyung yang mendengar seruan bahagia gadis itu pun segera menghampirinya.
Yoongi memandang tak suka pada Taehyung. Tangannya terlipat di dada, lalu matanya meneliti Taehyung dari atas hingga bawah. "Kau lagi, aku malas melihat wajahmu."
"Aku juga begitu malas melihatmu. Rasanya ingin membuangmu ke jurang saja," sindir Taehyung yang tak mau kalah.
Hyemin yang berada di tengah-tengah lelaki itu hanya menghela naspanya panjang.
"Astaga, kalian ini. Ini masih pagi, kalian sudah bertengkar saja. Ayo berangkat, sebelum kita terlambat!"
Hyemin berjalan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan dua lelaku tampan yang sedang berjalan di belakang Hyemin.
TBC⟭⟬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top