04
Hari ini sekolah Hyemin tampak sangat ramai, tak seperti biasanya. Banyak orang sedang berlalu lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Hyemin berduduk santai, menikmati angin segar sebelum dirinya tampil. Tiba-tiba ada sepasang tangan menyentuh bahunya dari belakang dan mengagetkannya. Dengan reflek tangan Hyemin memukul tangan yang menyentuh bahunya itu.
"Kau mengagetkanku, Min Yoongi!" kesal Hyemin pada lelaki bernama Min Yoongi, yang merupakan sahabatnya.
Yoongi tak memperdulikan omelan Hyemin, lalu ia segera duduk di samping Hyemin.
Hyemin melirik yoongi dari ekor matanya. "Kenapa kamu di sini? Mengapa tidak bersama temanmu itu?"
Yoongi menoleh sebentar pada Hyemin. "Temanku? Bukankah kamu temanku?"
Gadis di samping Yoongi menghela napas dan menatap kesal lelaki itu. Hyemin berdiri dan dengan cepat menoyor dahi Yoongi.
⟭⟬
Hyemin POV
"Aku akan pergi, karena waktu tampilku sebentar lagi," ucapku dengan senang pada sahabatku itu.
Aku menatap Yoongi yang malas meladeniku, bahkan menatapku saja juga malas. Apa dia malas melihatku karena wajah jelek yang kumiliki ini?
"Kau tidak jelek, hanya saja kurang cantik."
Aku menggerang kesal nendengar ucapan Yoongi dengan wajah angkuhnya itu. Aish, dia memang suka membaca pikiran seseorang. Sangat-sangat menyebalkan.
"Terserah kau, Tuan Min. Aku harap nanti kau menontonku tampil." Perhatikan baik-baik, sebentar lagi dia pasti akan membuatku kesal lagi.
"Tidak, aku malas melihat tarian jelekmu."
Lihat lelaki sinting ini. Bagaimana bisa dia mengatakan tarian sahabatnya ini jelek? Lelaki tidak punya perasaan, selalu ceplas-ceplos saat berbicara.
Dia tampan, hanya saja sifat menyebalkannya itu membuat ketampanan pada dirinya sedikit tak terlihat. Oke, tak apa. Aku sudah kebal dengan sifatnya itu.
"Kau membuatku sakit hati...," lirihku seakan-akan ingin menangis.
Aku berbalik, melangkah pergi meningalkan lelaki menyebalkan itu. Aku berhenti, lalu berbalik kembali menatap Yoongi yang masih tetap duduk di tempatnya tanpa memperdulikanku. Astaga, hari ini aku begitu sangat kesal padanya.
Tahan, aku seharusnya tidak melakukan ini sekarang. Mengapa aku tidak bisa menahannya? Baiklah, untuk hari ini saja.
"Apa kamu benar-benar tidak akan menonton penampilanku?" ucapku dengan nada dan wajah yang imut. Kemudian kunormalkan kembali wajahku ketika sama sekali tidak ada reaksi pada Yoongi.
Aku pergi meninggalkannya seraya menghentak-hentakkan kakiku ke tanah. Langkahku terhenti ketika sebuah tangan mencekal pergelangan tanganku.
"Aku akan menontonmu, semangatlah!" Ya, dia Yoongi. Dia mengatakan itu seraya mengusap puncak kepalaku. Haha lihatlah, dia pasti seperti ini agar tidak membuatku kesal.
Tak terasa sebentar lagi giliran tampilku akan tiba. Aku sudah bersiap-siap di ruang tunggu yang berada di belakang panggung bersama grup danceku.
Aku melirik ke arah luar, tempat Yoongi duduk di kursi penonton. Dia tampak melambaikan tangannya padaku. Aku pun segera membalas lambaiannya.
Pandanganku teralihkan oleh suara pelatih Choi yang merupakan pelatih danceku yang baru saja sampai di ruang tunggu.
"Baiklah anak-anak. Semoga hari ini berjalan dengan lancar dan saya harap Hyemin dapat memimpin grup dance ini dengan baik ketika tampil."
"Tentu, ssaem!" seruku dengan semangat.
Senyumku seketika hilang ketika mataku tak sengaja menatap salah satu anggota danceku yang sedang memandangiku dengan tatapan yang mengejek. Aku terdiam menatap gadis itu, matanya menunjukkan bahwa ada kebencian padaku.
"Baiklah, ini adalah penampilan dance dari kelas 11! Beri tepuk tangan yang meriah!" suara MC dan tepuk tangan penonton terdengar sangat ramai di telingaku.
Aku dan grup tarikh memulai tarian dengan sangat kompak. Kami menari dengan sangat semangat, apalagi di beri sorakan semangat oleh teman kelas membuat penampilan kami semakin keren. Aku tersenyum melihat semua orang yang menikmati tarian kami.
Kami telah memasuki koreo bagian akhir dan ini adalah tari bagian soloku. Aku menari dengan baik di koreo soloku ini, tetapi seketika tarianku hancur karena seseorang.
Jung Nami, perempuan yang menatapku dengan tatapan yang mengejek tadi saat di ruang tunggu itu sengaja menabrak bahuku dengan sangat kencang sehingga membuatku tersungkur ke belakang. Perempuan itu merusak tarianku dan membuatku malu dilihat oleh penonton.
"Oh, maafkan aku!" serunya berpura-pura terkejut dengan tersenyum miring.
Aku kembali berdiri dibantu oleh anggota lain. Lalu melanjutkan tarianku dan kami segera menyelesaikan penampilan ini.
Setelah musik berhenti, di situlah tarian kami juga berhenti. Semua penonton bersorak dan bertepuk tangan. Aku dan anggota danceku menunduk hormat kepada seluruh penonton. Masih ada sedikit rasa malu pada diriku karena tadi aku merusak tarian.
"Hyemin, kau tidak apa-apa?" tanya pelatih Choi dengan khawatir saat aku memasuki ruang tunggu.
"Aku tak apa-apa, ssaem."
Pelatih Choi beralih menatap Nami yang sedang santai duduk seraya meminum air putih. "Mengapa kau menabrak Hyemin?"
Tampak Nami mengerutkan dahinya tak paham, lalu perempuan itu berdiri menghampiriku dan pelatih Choi. "Maafkan aku. Aku tadi sedang menuju posisi terakhirku, tetapi dengan tiba-tiba Hyemin menghalanginya. Aku pun terkejut dan tak sengaja menabraknya."
Lihatlah, dia memang pandai berbohong. Aku sangat tau jika yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang dia katakan barusan. Nami memang sengaja menabrakku untuk bermaksud menghancurkan tarianku. Benar-benar perempuan tak punya hati.
"Bukankah aku sudah mengatakan untuk lewat di posisi belakang," kata pelatih Choi sedikit geram.
"Maaf, aku melupakannya." Nami menunduk meminta maaf pada pelatih Choi.
"Baiklah, ini sudah terjadi. Aku harap kau tidak mengulanginya kembali."
Pelatih Choi pergi meninggalkanku dan Nami di ruang tunggu. Mataku menatap Nami yang sedang membereskan barang-barangnya di meja. Kemudian dia menatapku dan dengan cepat menarik tanganku. Entah dia akan membawaku ke mana hari ini. Mungkin dia akan membawaku ke tempat biasanya.
Kami berhenti di depan pintu suatu ruangan. Lalu, Nami menarikku untuk masuk ke ruangan itu. Ya, kami sedang berada di ruang latihan dance.
Aku menunduk tak berani ketika menatap Nami yang melihatku dari atas hingga bawah.
Tanpa aba-aba, Nami mendorongku ke belakang hingga punggungku membentur kaca dinding. Aku menggerang kesakitan. Luka lebamku di punggung baru saja sembuh dan sekarang terasa sakit kembali.
"Kau sebenarnya cantik dan baik..."
"Hanya saja kau ini pengecut!"
Nami menendang betisku. Aku mengaduh dengan tangan yang meremat ujung rokku.
"Sehebat apa kau ini hingga para guru sangat mengagumimu?"
"Tak perlu berangan-angan yang tinggi. Tarianmu sangat buruk dan itu membuatku sangat muak!"
Perempuan itu meninggalkanku sendiri di ruang latihan dance. Nami memang seperti itu, bahkan dari dulu aku sangat tak tahan dengan perlakuannya kepadaku hingga saat ini.
Aku biasa saja jika hanya bertemu dan bertatapan dengan Nami. Tetapi, jika Nami sudah main fisik padaku, aku pasti kalah. Aku benar-benar sangat lemah pada hal itu. Perempuan itu sangat tahu dengan kelemahanku padanya. Nami adalah perempuan licik yang pernah kutemui selama ini.
Aku terduduk lemas di lantai. Bibirku bergetar, dengan sekuat tenaga aku mendirikan tubuhku yang masih terasa sakit.
Bagian betisku terasa sangat sakit, aku tak mampu menumpu badanku untuk berdiri. Baru saja betisku sembuh, namun sekarang Nami malah membuatnya terasa sakit kembali.
Dengan tiba-tiba air mata membasahi pipiku. Aku tak kuasa menahan rasa sakit ini, mana mungkin aku akan terus berdiam diri di ruangan ini. Aku ingin keluar dan pulang ke rumah.
"Tolonglah aku..."
"Ini sangat menyakitkan!"
Tanganku memukul-mukul lantai untuk meluapkan rasa sakit. Itu terasa lebih baik dan sekarang aku harus mencari cara untuk pergi dari ruangan ini.
"Hei, apa kau baik-baik saja?"
Aku menoleh ke arah suara itu berasal. Terlihat seorang lelaki berdiri gagah di ambang pintu ruangan dengan wajah yang menatapku dengan khawatir. Aku seperti pernah bertemu dengannya dan wajahnya pun tampak tak asing bagiku.
Ah, aku mengingatnya bukankah dia adalah...
"Kim Taehyung!"
TBC⟭⟬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top