03
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya, hingga tak terasa besok lusa Hyemin akan naik kelas 12, pendidikan terakhirnya di SMA.
Hyemin bersekolah di SMA seni, ia begitu menyukai tari seperti ibunya. Karena Hyemin yang selalu bersemangat dengan tari, Jaeho pun memutuskan untuk menyekolahkan Hyemin di sekolah seni.
Sekolah yang penuh kenangan, di situ Jaeho bertemu dengan mantan istrinya. Mereka berdua adalah pelajar berbakat di bidang tari di sekolah seni itu, tetapi saat itu Jaeho memutuskan untuk berhenti menari dan fokus pada taekwondo.
Jaeho bertepuk tangan saat melihat Hyemin selesai menarikan gerakan yang pas dengan ketukan musiknya. Ia duduk bersandar di dinding dan menatap bangga pada putrinya itu.
Ya, tahun kemarin Jaeho membuatkan ruang latihan untuk Hyemin di rumah. Walaupun sedikit sempit, Hyemin sangat berterima kasih padanya. Setiap sore, Hyemin selalu berlatih di situ dengan Jaeho yang selalu memberi semangat pada Hyemin.
"Tarianmu semakin bagus, Hyemin. Ayah bangga padamu," ucap Jaeho dan tersenyum bahagia.
"Terima kasih, ini berkatmu." Hyemin memeluk Jaeho, lalu segera kembali memutar musik dan kembali menari.
"Ayah akan beristirahat. Jika sudah malam beritahu ayah, nanti kita makan malam bersama!" seru Jaeho dan keluar dari ruang dance Hyemin.
Ia berbalik kembali menatap Hyemin yang masih setia dengan gerakan tarinya. Jaeho menggelengkan kepalanya ketika melihat Hyemin yang sangat antusias, lalu ia kembali berjalan ke kamarnya untuk beristirahat.
Tiba-tiba Jaeho merasa kepalanya berputar. Tubuhnya pun menumpu pada dinding. Hingga ia tidak bisa menahan rasa sakitnya, dan terjatuh tidak berdaya di lantai rumah yang terasa amat dingin.
"Ayah!!!"
⟭
⟬
Tin tin tin
Suara monitor terdengar sangat jelas pada indra pendengaran seorang lelaki. Ia membuka matanya dan mengerjap pelan. Ia tampak kebingungan dengan yang terjadi padanya.
"Di mana ini? Bukannya aku tadi sedang beristirahat di kamar?" batin orang itu dengan keheranan.
Ia mengamati sekeliling. Kepalanya terasa sangat pening, lalu tak sengaja matanya menatap pintu yang tak jauh dari posisinya telah di buka oleh seseorang.
"Astaga! Akhirnya kau bangun juga...," lirih pria tua yang baru saja masuk itu. Pria itu segera memeluk lelaki yang ada di hadapannya itu.
"Putraku, Kim Taehyung!" teriak seorang wanita yang baru saja masuk ruangan.
"Apa? Kim Taehyung? Siapa itu?"
Tiba-tiba ada seorang dokter masuk dan memeriksa lelaki tersebut. Lalu, dokter itu berkata, "Syukur pasien telah bangun dari komanya. Dia akan segera membaik, kemungkinan lusa bisa dipebolehkan untuk pulang."
Dengan pikiran yang kacau, lelaki yang merupakan pasien itu masih dibuat kebingungan. Ia menatap kedua orang asing dihadapannya sedang menatapnya sedih.
"Kim Taehyung, jangan melakukan hal gila seperti itu lagi..."
"Apa!?"
"Aku bukan Kim Taehyung. Namaku Nam Jaeho, siapa bajingan ini yang berani-beraninya mengganti namaku?"
Sepasang suami istri itu menghela napasnya ketika lelaki di hadapannya tidak menjawab sekali. Lalu, mereka berdua segera keluar ruangan bermaksud untuk memberi ruang sendiri untuk lelaki itu.
Lelaki itu yang di brankar langsung terduduk. Saat mengangkat kepalanya, matanya menemukan sebuah cermin. Dan dengan terkejutnya dia melihat wajahnya berubah begitu sangat drastis.
"Siapa ini?"
"Bukankah ini..."
"Yak, mengapa wajahku berubah menjadi wajah lelaki itu? Apa yang terjadi," gumam lelaki itu seraya memandang wajahnya di cermin.
"Aish, aku ini Nam Jaeho. Bukan Kim Taehyung!" kesalnya dengan meninju-ninju brankar yang ia tiduri.
Tiba-tiba ia bergidik ngeri ketika mendengar ada suara yang memanggilnya. Ia segera menoleh ke samping kanan dan kiri, tetapi tetap tak ada siapa pun orang di sana selain dirinya.
"Paman..."
"Aku di sini, di dalam jiwamu!"
"Aku gila, aku gila! Mengapa menjadi seperti ini, apa yang terjadi?" setelah mengatakan itu, ia tergeletak kembali di brankar dan tak sadarkan diri.
Mata Jaeho terbuka kembali. Ini bahkan lebih buruk, ia terbangun dan sudah berada di tempat yang asing lagi. Samar-samar ia mendengar suara dan kangsung mencari asal suara itu.
"Paman, tolong bantu aku!"
Jaeho terkejut mendengar hal itu.
"Dasar bocah nakal! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku, Kim Taehyung!" marah Jaeho dengan mata yang memanas.
"Aku tidak tahu, paman. Tiba-tiba jiwamu masuk ke tubuhku dan aku berada di sini sendiri."
Jika kau ingin jiwamu kembali, cobalah membantu bocah SMA itu! Jaeho terdiam ketika ada suara tiba-tiba terdengar. Ia menatap Taehyung yang sedari tadi memohon padanya, ia jadi semakin dibuat gila jika seperti ini.
"Jika aku membantumu, apa yang akan kau berikan?" tanya Jaeho pada Taehyung.
"A–aku akan menjaga putrimu, Hyemin. Dan jiwa kita akan kembali seperti semula!"
Jaeho berdecih menatap Taehyung. "Apa kau yakin? Memang bagaimana cara mengembalikan jiwaku semula?"
Taehyung terdiam, ia sungguh tak tahu juga dengan apa yang terjadi. Entah mengapa dia sangat percaya dnegan yang ia katakan barusan.
"Aku yakin paman! Jika aku berbohong, bunuh saja aku!" Taehyung berlutut di hadapan Jaeho seraya meminta mohon.
Jaeho membiarkan Taehyung seperti dan menghela napasnya kasar. "Baiklah aku akan mencoba membantumu, ini demi jiwaku kembali seperti semula."
"Terima kasih, Paman!"
Dengan seketika Taehyung hilang dari pandangan Jaeho. Jaeho terdiam dan ia segera membuka matanya kembali. Tenyata yang ia rasakan bukan mimpi, ini nyata.
"Taehyung, kau sudah bangun kembali?"
"Iya, ibu."
"Hah, apa-apaan ini? Mengapa aku mengucapkan itu."
"Paman, maafkan aku. Ini memang akan terus seperti ini."
"Dasar bocah tengik," geram Jaeho.
"Ayo bekerja sama, agar jiwa kita kembali dengan cepat!"
"Baiklah, aku akan melakukannya. Sebenarnya sangat tidak sudi jika aku seperti ini, tetapi ya sudahlah..."
Taehyung memandang wanita paruh baya di hadapannya. Lalu, melemparkan sebuah senyuman pada wanita itu.
"Kapan aku akan pulang? Aku sudah tidak betah berada di sini," rengek Taehyung dengan bergelayut manja pada tangan ibunya.
"Kau akan segera pulang, bersabarlah...," lirih ibu Taehyung dengan mengusap puncak kepalanya putranya.
"Hei bocah nakal! Apa nanti aku juga akan tinggal bersama kedua orang tuamu?" tanya Jaeho.
"Tentu saja, Paman. Jiwamu kan ada di dalam tubuhku, jadi kau harus menjadi seseorang layaknya aku," tutur Taehyung dengan santai.
"Merepotkan saja kau ini," kesal Jaeho.
TBC⟭⟬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top