02

Nam Jaeho, seorang pria berumur 43 tahun yang merupakan seorang ayah dari Nam Hyemin. Pria baik, berhati hangat, perhatian, dan awet muda membuatnya terlihat sangat sempurna sebagai single parent.

12 tahun yang lalu adalah masa dimana hidupnya sangat hancur karena bercerai dengan sang istri. Tetapi, dengan hadirnya Hyemin, hidup yang awalnya suram menjadi kembali harmonis.

Saat ini, ia tampak mondar-mandir sedang kebingungan mencari sesuatu di dapur rumahnya.

"Bagaimana bisa persediaan makanan habis? Padahal kemarin masih tersisa banyak," gerutu Jaeho melihat lemari persediaan makanannya yang kosong.

Jaeho melirik jam di dinding. Jam menunjukkan pukul 14.30 dan sebentar lagi putrinya akan pulang dari sekolahnya.

"Sepertinya aku harus ke supermarket. Aku tak ingin Hyemin kelaparan setelah pulang sekolah."

Dengan cepat tangannya menyambar jaket yang terletak di sofa. Lalu, keluar dari rumah dan berjalan kaki menuju supermarket.

Ketika telah sampai di supermarket, Jaeho bergegas membeli kebutuhan yang diperlukan. Dengan uang yang lumayan cukup, ia segera pergi ke kasir dan membayar belanjaannya.

"Terima kasih, selama datang kembali!" ucap pegawai supermarket pada Jaeho.

Jaeho menenteng tas belanjaannya. Ia berjalan santai memasuki gang kecil yang merupakan jalan pintas menuju rumahnya. Ternyata hari ini adalah hari tersialnya. Lagi-lagi ia bertemu dan dihadang oleh preman gang yang selalu mengganggu pejalan kaki.

Pria 40-an tahun itu tampak menghela napasnya kasar. Ia tidak takut, hanya saja ia sedang malas. Pasalnya, saat ini preman yang menghadangnya berjumlah 8 orang. Padahal biasanya hanya 2 orang.

"Sendiri saja, Paman?" tanya salah satu dari mereka dengan tatapan yang mengejek. Jaeho mendelik ketika mendengar kata itu.

"Wah, kau baru saja berbelan–" ucapan preman itu terpotong karena telah didahului oleh Jaeho.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Jaeho dengan nada yang tak mengenakkan.

Preman itu berdecih pelan menatap pria di hadapannya itu. "Kau pasti tahu, Paman."

"Cepat berikan semua uangmu! Atau akan kami hajar habis-habis dirimu di sini."

Sebenarnya Jaeho sedikit ngeri, mana mungkin bisa dirinya melawan 8 preman sekaligus. Ya walaupun dia mantan atlet taekwondo, tetapi hal seperti ini pasti sangat beresiko saat dirinya beranjak mulai tua.

Jaeho mengabaikan dan berjalan meninggalkan mereka. Baru melangkah dua langkah, tangan Jaeho sudah dicekal oleh salah satu preman itu sehingga ia berbalik kembali. Dengan cepat, tonjokan mendarat dengan sangat keras pada pipi mulus Jaeho.

Jaeho tersungkur ke belakang dengan barang belanjaan berserakan dimana-dimana. Ia berdiri dan berancang-ancang akan membalas perlakuan preman itu. Tetapi usahanya sia-sia ketika ada preman lain akan memukulnya menggunakan balok kayu dari belakang.

"YAA!" teriak Jaeho dan menutup matanya rapat-rapat. Lalu, detik berikutnya ia tidak merasakan apa-apa dan membuka matanya perlahan. Matanya menangkap aksi seorang pelajar lelaki menahan balok kayu itu.

"Paman, menyingkirlah!" seru lelaki itu dan dituruti saja oleh Jaeho.

Lelaki itu dengan sangat lihai memukuli preman itu satu persatu. Bahkan Jaeho berdecak kagum melihat aksi di hadapannya, ia merasa bakat bela dirinya terkalahkan oleh anak muda itu.

Preman itu berlari meninggalkan gang kecil dengan keadaan yang kacau setelah dipukuli oleh lelaki itu. Lelaki itu menghampiri Jaeho setelah membantu merapikan barang belanjaan Jaeho yang berserakan.

"Paman baik-baik saja?" tanya lelaki itu dengan khawatir.

"Aish, tentu saja. Aku selalu baik-baik saja, Kim Taehyung-ssi."

Jaeho menatap lelali yang bernama Kim Taehyung itu. Iya, lelaki itu adalah Taehyung. Taehyung terkisap ketika pria di hadapannya mengetahui namanya.

"Bagaimana paman tahu namaku?" tanya Taehyung dengan dag dig dug serrr.

Jaeho terkekeh pelan, sangat lucu, pikirnya. "Apa gunanya name tag yang terpasang di seragammu jika bukan sebagai tanda pengenal?"

Taehyung menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Betul juga dengan yang dikatakan Jaeho, ia terlalu dibuat kaget pasalnya Jaeho adalah ayah Hyemin, gadis yang Taehyung temui di jembatan beberapa hari yang lalu.

"Kemari ikut denganku. Akan aku traktir tteokbokki panas di warung sana!" Jaeho membawa Taehyung yang sedang kebingungan ke tempat warung tteokbokki.

"Paman tak perlu repot-repot," ucap Taehyung tak enak hati dengan perlakuan baik Jaeho padanya.

"Diamlah, makan saja tteokbokki-mu. Pasti kau belum makan setelah pulang dari sekolah, aku akan menunggumu."

Taehyung tersenyum kikuk dan segera memakan tteokbokki panas di hadapannya dengan lahap. Jaeho mengamati lelaki itu, ia merasa senang melihat wajah Taehyung yang kekenyangan.

Ting!

Putriku : Ayah, kau di mana?

Putriku : Jika ayah belum kembali, aku akan membeli persedian makanan di supermarket. Aku begitu lapar:(

Me : Ayah baru saja dari supermarket untumk membeli persediaan makanan. Ini Ayah akan segera pulang, tunggulah!

Jaeho segera memasukkan ponselnya ke saku celana. Lalu, menepuk-nepuk pundak Taehyung yang baru saja selesai menghabiskan tteokbokki-nya.

"Sepertinya aku akan segera pulang. Putriku telah menungguku di rumah dan aku sudah membayar makananmu. Berhati-hatilah saat pulang!"

Setelah mengucapkan itu, Jaeho segera melenggang pergi dan meninggalkan Taehyung sendiri di sana. Taehyung tersenyum pada Jaeho yang sudah tak tampak di pandangannya dan juga ia segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Ayah dan anak sama-sama baik dan perhatian, semoga kalian selalu hidup dengan bahagia!"

Kaki Taehyung melangkah dengan cepat menuju lampu merah jalan raya. Tak jauh dari situ, rumahnya sudah terlihat sangat jelas di matanya. Ia sangat tergesa-gesa melangkahkan kakinya ketika mendapati ibunya menelpon berkali-kali.

⟭⟬

"Mengapa lama sekali?" tanya Hyemin ketika Jaeho baru saja masuk rumah.

Dengan meletakkan tas belanja, Jaeho menjawab pertanyaan putrinya itu. "Ayah tadi dihadang oleh preman lagi dan ya seperti itu..."

Hyemin terkejut, lalu mengahampiri Jaeho dan menatap khawatir pada ayahnya itu.

"Tenang saja, tadi ada seorang pelajar lelaki membantuku." Memang benar, tetapi Jaeho sedikit berbohong. Ia tak mau Hyemin tahu jika pipinya juga ditonjok hingga tersungkur.

Akhirnya Hyemin bisa bernapas lega. Eh tunggu, Hyemin berpikir siapa pelajar lelaki baik hati yang membantu ayahnya dari preman?

"Siapa pelajar itu, Yah?" tanya Hyemin dengan kepo.

"Tadi namanya..."

"Aish astaga, mengapa aku bisa lupa? Aku tadi benar-benar mengingatnya," gerutu Jaeho dan menepuk-nepuk kepalanya agar kembali mengingat.

Hyemin hanya menggelengkan kepalanya ketika sifat pelupa ayahnya muncul kembali. Jaeho masih berumur 43 tahun, entah mengapa di umurnya yang masih terbilang tidak terlalu tua itu sering melupakan sesuatu.

"Sudahlah, lebih baik ayah duduk saja. Aku akan memasak makanan dahulu," ucap Hyemin dan membawa barang belanjaan tadi ke dapur.

Jaeho segera mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Ia menatap putrinya yang memasak dengan sangat pintar. Ia tersenyum kecut ketika mengingat fakta bahwa dirinya telah berpisah dengan sang istri dan membuat putrinya hidup mandiri tanpa kasih sayang seorang ibu.

Tanpa Hyemin, Jaeho pasti tidak akan bisa berada di titik sejauh ini. Hyemin adalah penyemangat hidupnya, Hyemin bagaikan aset paling berharga di hidupnya. Tujuannya sekarang adalah hidup bahagia bersama putrinya selamanya.

TBC ⟭⟬

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top