01
Tokoh V BTS, member BTS yang lainnya, beserta tokoh-tokoh lain di dalamnya adalah gambaran dari appearance-nya. Ingat! Semua karakter dan alur cerita hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata saja dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulis.
––
Seoul, 7 Juli 2020
Tampak seorang gadis SMA berhoodie biru dengan tasnya yang masih berada di pundaknya sedang menatap sayu pada suatu ruangan di hadapannya. Dengan napas yang memburu, ia segera pergi dari salah satu ruangan yang terdapat di sekolahnya itu.
Ia berjalan menyusuri suatu jembatan panjang yang sepi yang menuju ke arah rumahnya. Ia sedikit mengeratkan hoodienya karena sensasi dingin oleh angin sore. Bibirnya yang mungil bersenandung kecil mengikat irama lagu yang ia dengarkan lewat earphonenya.
Tiba-tiba, dia melepaskan earphonenya dengan mata yang melotot terkejut ketika matanya tak sengaja menangkap seorang lelaki memakai seragam sekolah yang berbeda dengan Hyemin, yang dipastikan jika lelaki itu adalah pelajar dari sekolah tetangga. Dengan sekencang mungkin Hyemin berlari ke arah pagar pembatas jembatan.
Grepp
"Hei! Apa yang kau lakukan?" tanya gadis berhoodie biru itu yang bernama Nam Hyemin.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Hyemin lagi dengan sedikit tegas.
Mengapa Hyemin berlari kencang ke arah pagar pembatas jembatan? Karena Hyemin baru saja melihat seorang lelaki yang mungkin seumuran dengannya sedang menaiki pagar pembatas jembatan dan seperti ingin melompat dari sana.
Sangat mengejutkan. Ia sedang menikmati irama musik dengan tenang tiba-tiba disuguhi pemandangan seseorang yang akan mengakhiri hidupnya.
"Tidak, tidak! Aku baik-baik saja," ucap lelaki itu sedikit panik.
"Aku tidak tahu yang membuatmu melakukan hal ini, tetapi..." Hyemin tidak tahu ingin melanjutkan perkataannya seperti apa. Ia terlalu dibuat kalang kabut oleh lelaki itu.
Gadis itu melihat punggung lelaki itu yang bergetar, ternyata lelaki itu sedang menangis. Karena merasa iba, Hyemin menjauhkan lelaki itu dari pembatas jembatan.
"Diluar dingin...pasti akan sangat dingin jika kau melakukan ini sekarang," ucap Hyemin dengan tangan yang masih memegang kedua lengan lelaki itu.
Lelaki yang nekat mengakhiri hidupnya itu masih terlihat sangat panik. Apa ia begitu frustasi dan terlalu banyak masalah pada hidupnya sehingga nekat melakukan kegiatan yang tak wajar seperti tadi?
Hyemin menatap lelaki itu yang masih menundukkan kepalanya dengan diiringi isakan kecilnya. Gadis itu memegang kedua pipi lelaki itu dan mengangkat kepalanya agar bertatapan dengannya.
Mereka bertatapan, mata mereka saling mengunci satu sama lain. Hyemin memandang lekat mata indah lelaki itu. "Lihatlah aku..."
"Jangan lakukan seperti ini lagi."
Hyemin mengusap puncak kepala lelaki itu. Walaupun dirinya lebih pendek dari lelaki itu, ia memaksakan untuk berjinjit. Hyemin mulai merasakan apa yang dirasakan lelaki itu, sulit sekali jika ia juga berada di posisi lelaki itu.
Hyemin memeluk lelaki itu untuk mencoba menenangkannya. Cukup lama ia memeluknya, ia tak akan melepas pelukannya sebelum lelaki itu tenang dan berhenti menangis.
"Kemari..."
Ia menuntun lelaki itu agar duduk di kursi yang tersedia di dekat jembatan itu.
"Mengapa kau menangis?" tanya lelaki itu dengan panik saat gadis di sampingnya terisak.
Isakkan kecil mulai terdengar di telinga lelaki itu, ia menatap sayu kepada gadis yang di sampingnya sedang menangis.
"Aku membuat seorang gadis menangis, ini benar-benar sangat buruk." Lelaki itu menghapus air mata yang mengalir dengan deras pada pipi Hyemin.
"I–ini bukan salahmu," ucap Hyemin dengan terbata-bata karena masih menangis dengan tersedu-sedu.
Ia memeluk lelaki itu dan berkata, "Kau harus tetap hidup, kau sangat berharga seperti orang lain!"
Lelaki itu tertegun dengan kata-kata yang dilontarkan dari mulut Hyemin. Sangat menghangatkan dan menenangkan hati, pikirnya.
"Pernahkah kau berpikir untuk mengakhiri hidup?" tanya lelaki itu dengan senyuman yang terpampang indah dibibirnya.
"Ya, tentu saja pernah!"
"Jadi, aku tidak akan membiarkanmu pergi seperti tadi," lanjut Hyemin menatap tak tega pada lelaki itu.
"Menjalani kehidupan lebih baik daripada tidak melakukannya," ucap Hyemin dengan keadaan masih memeluk lelaku itu. Entah angin dari mana, Hyemin dengan mudahnya memeluk seorang lelaki selain ayahnya.
"Seseorang yang menyelamatkan hidupku memberi tahuku bahwa itu bukan kesalahanku dan kau harus tetap hidup!"
Gadis itu masih menangis, entah kenapa rasanya ia ingin menangis seperti ini. Ya, Hyemin pernah berada di posisi laki-laki itu, rasanya begitu menyakitkan.
Gadis yang lemah, menyedihkan, dan tak ada semangat dalam hidup. Hingga di suatu hari ia harus memilih pilihan yang membuatnya semakin bimbang, tetap hidup di dunia dan membuat ayah bahagia atau mati bersama rasa sakitnya dan membuat ayah bersedih?
Pada akhirnya gadis itu memilih untuk tetap hidup di dunia dan menyimpan rasa sakitnya walau itu cukup menyakitkan. Demi ayahnya, ia rela menyembunyikan rasa sakitnya agar ayahnya selalu bahagia hidup dengannya.
"Aku memang tidak bisa mengukur seberapa kesedihanmu. Tetapi jika kau berpikir setiap momen yang membuatmu merasa lelah, tetap selalu bertahanlah."
"Aku harap kau tidak terluka selama sisa hidupmu," ucap Hyemin dengan tangisan yang akan kunjung mereda.
Gadis itu bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan lelaki itu. Ia menggenggam tangan lelaki itu dengan erat dan tersenyum hangat.
"Jangan lakukan ini sekarang maupun hari esok, kau berhak bahagia!"
Lelaki itu menarik Hyemin ke pelukannya dengan tiba-tiba. Walaupun gadis itu merasa sedikit terkejut, ia langsung membalas pelukan itu dengan sangat erat. Entah ini adalah pelukan mereka yang keberapa.
"Aku minta maaf...," lirih lelaki itu.
"Tak apa-apa, aku mengerti dengan apa yang kamu rasakan."
Hyemin berjongkok, lalu memperbaiki tali sepatu lelaki itu yang terlepas. Dengan telaten tangannya menali tali itu dengan satu persatu. Lalu, ia berdiri seraya memperbaiki roknya yang sedikit kusut karena dirinya tadi berjongkok.
"Pulanglah ke rumah, hari akan mulai malam. Pasti orang tuamu sedang menunggumu, jangan kecewakan mereka."
Lelaku itu tersenyum dengan haru seraya memandangi gadis yang baik hati itu. Ia merasa pertama kali bertemu seorang gadis yang hatinya sangat hangat bak bidadari.
"Aku akan pulang. Jangan lakukan hal gila seperti ini lagi," ucap Hyemin dengan menyodorkan jari kelingkingnya dan dibalas lelaki itu seakan-akan sedang membuat pinky promise.
Sebelum pergi dari situ, Hyemin menghampiri lelaki itu dan memeluknya lagi.
Gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap lelaki itu dengan senyum manisnya. Ia pergi dari situ dan melambaikan tangannya, dia kembali memakai earphonenya dan melanjutkan kegiatannya tadi yang telah tertunda.
"Tunggu!" teriak lelaki itu pada Hyemin.
Hyemin berbalik ke arah lelaki itu kembali seraya melepas salah satu earphonenya yang bertengger di telinganya.
"Siapa namamu?" lelaki itu tampak malu-malu untuk menanyakan hal itu pada Hyemin.
Hyemin terkekeh pelan ketika melihat wajah malu-malu pada lelaki itu. "Namaku Nam Hyemin dan dengan senang hati berkenalan denganmu..."
"Kim Taehyung," sela lelaki itu dengan cepat seraya tersenyum manis.
Hyemin mengangguk paham dan membalas senyuman pada Taehyung. "Baiklah, Kim Taehyung. Aku akan pulang, semoga suatu saat kita bertemu kembali!"
Taehyung tersenyum seraya menatap punggung Hyemin yang mulai menghilang dari pandangannya.
Ketika Taehyung berjalan pergi, tanpa sengaja ia memijak sebuah gelang berwarna silver yang dilengkapi dengan mutiara yang sangat indah. Di gelang itu terdapat tulisan yang tertulis Nam Hyemin & Nam Jaeho yang dihiasi dengan berlian kecil.
Taehyung memasukkan gelang itu ke saku celana seragamnya dan berjalan membuntuti Hyemin yang sedang berjalan di depannya.
Dengan was-was Taehyung mengawasi setiap langkah kaki Hyemin. Hingga ia sampai di sebuah rumah sederhana yang cukup besar dan sudah dipastikan jika itu adalah rumah Hyemin.
Dengan mata yang masih menatap setiap pergerakan Hyemin, Taehyung beranjak mencari tempat persembunyian yang tak jauh dari posisi Hyemin. Ketika Hyemin akan membuka pintu, ternyata pintu tersebut telah terbuka dahulu dan menampakkan seorang pria paruh baya.
"Putriku telah pulang, bagaimana dengan sekolahmu?" tanya pria paruh baya itu pada Hyemin.
"Tentu baik-baik saja, Ayah!"
Pria yang merupakan ayah Hyemin pun memeluk putri semata wayangnya itu dengan sayang, lalu melemparkan pertanyaan kembali pada Hyemin.
"Bagaimana dengan latihan dancemu, Sayang?"
Taehyung yang dalam mode persembunyiannya pun juga menunggu jawaban dari Hyemin yang sedari terdiam seraya menatap ayahnya.
"A–ah itu, tentu saja berjalan dengan lancar," jawab Hyemin kikuk dan menggaruk tengkuknya.
"Aku akan ke kamar, seragam ini sangat tidak nyaman dipakai ketika berkeringat. Ayo Ayah, mari kita masuk!"
Hyemin berjalan beriringan dengan ayahnya masuk ke dalam rumah. Setelah Hyemin dan ayahnya masuk, Taehyung keluar dari persembunyiannya.
Ia menatap kembali pada tempat Hyemin dengan ayahnya bercengkrama tadi. Taehyung merasa ada yang disembunyikan oleh Hyemin ketika mendengar jawaban Hyemin yang tidak meyakinkan tadi.
"Gadis aneh..."
"Ah tidak. Dia adalah gadis baik yang berhati hangat, aku menyukainya." Taehyung melenggang pergi dari sekitar rumah Hyemin dengan senyuman yang mengembang.
TBC ⟭⟬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top