Chapter 4: (P) Perjalanan Ini..

Kandahar, Afganistan Selatan
08:10

Satu persatu kru kendaraan menaiki tunggangan-nya masing-masing, dan beberapa masih berkeliling memeriksa bagian bagian yang mungkin lolos dari mata mereka. Sebagian besar, mengingat ini adalah misi yang cukup ekstrim nan liar, tentunya berbeda cara mereka mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Dari kru kendaraan lapis baja, infantri, hingga unit logistik, masing masing membawa benda 'pusaka'-nya masing masing, entah ada yang membawa Fumo, gambar istri gepeng, masang stiker wibu di senapan (untuk kendaraan, bahkan Tank kelas MBT yang dimiliki unit ini memiliki kamuflase custom mereka tersendiri), sampai sampai patch velcro wibu yang mereka pasang entah disamping patch bendera negara atau patch golongan darah.

(Patch custom yg dipasang di atas kain velcro.)

Sumber: Rhapsodical Plane

"Kowalski. Patch yang kau gunakan terlihat apik nan epik." Ucap rekannya yang bertindak sebagai anggota unit medis, Bronislaw yang juga berkewarganegaraan Polandia. sama seperti Kowalski

"Hooo, tentu saja! Patch ini adalah sign of luck milikku, keknya peluru mandek pas ngetry buat ngehitku." Balas Kowalski dengan mengibas ngibaskan patch miliknya ke arah Bronislaw, yang terlihat terpukau dengan itu, dan lagi m mulutnya menganga lebar.

Dengan keragaman yang gila itu, dan beberapa barang suplementer sudah dimuat kedalam truk suplai, seluruh karavan (yang berisi badut dan penjahat kelamin) berangkat dengan meninggalkan debu yang terbang oleh laju kendaraan itu.

Sang komandan pro gg menempati kendaraan terdepan nomor 4, sebuah kendaraan MRAP dan ia duduk di kursi depan penumpang. Dengan mata berfokus kepada 'pertempuran melawan RNG' yang sedang ia hadapi, keringat dingin di teriknya matahari, dan sesekali debu yang ingin merusak suasana hinggap di dalam hidungnya.

Beberapa anak buahnya yang gabut, sesekali mengintip 'pertempuran' apa yang sedang dihadapinya, dan disaat itulah Torru selaku komandan terkalahkan dalam pemikirannya sendiri.

"Sialan coo, gadapet bintang 5 jir! Udah doa kemaren, semalam suntuk, ditambah topup 5 juta!! Mau dibuang kemana wajah ini?!"

Anak buahnya yang tadi terlihat cemas dan ingin tahu seketika membuang wajahnya setelah tahu apa yang komandannya lakukan, dan dilakukan pada saat berlangsungnya misi! Bukan sembarang misi lagi. Anak buahnya yang berada di kursi penumpang, Kirill yang duduk tepat dibelakangnya, berbisik pelan kepada rekan-rekannya yang lain.

"Komandan kita memang gila, dia.." Belum selesai ia menjelaskan, salah satu rekannya langsung memotong kalimatnya.

"Tau lah, tau lah, tau lah. Dia mah begitu cok, segimana pun misinya, kalo dia yang megang komandan lapangan, ya asik sendiri." Potong salah satu rekan Kirill yang mendengarkan bisikannya bernama Johnny, ia termasuk anggota yang sudah lama bertugas di Afganistan dibawah komando dari Torru.

"Bukannya nggak boleh ya? Entar lokasi kita diretas ama lawan, tau-tau di sergap, log out." Ungkap Kirill dengan intonasi nadanya yang panik, selagi mengipasi dirinya dengan steel plate dari panasnya timur tengah yang ganas.

Kirill yang kepanasan kemudian mencoba mendinginkan dirinya, dengan berkomunikasi layaknya orang normal. Johnny seketika terlelap dalam duduknya, yang dari tadi hanya manggut-manggut dengan ocehannya, ataupun ngantuk, mungkin saja. Melihat satu per satu prajurit yang menumpang di kendaraan komando, matanya mengunci salah satu anggota yang sedang melihat layar hp-nya dengan khidmat. Menggosok dagunya, Kirill mendapat sesuatu yang bisa ia katakan.

"Eliana sayang~, fokus amat nontonnya? Join boleh nggak?" Goda Kirill dengan nada merayu seraya mengedipkan mata kirinya. Eliana, orang tadi sedang melototi hp-nya, menghiraukan Kirill sambil memberinya gestur 'terima kasih' dengan jari tangannya.

Johnny yang duduk diseberangnya menendang betis Kirill, ia sebenarnya tidak terlalu peduli tapi ia merasa sesuatu yang mengganjal batinnya barusan terjadi dan kunci masalahnya ada didepan matanya. Kirill hampir saja mengeluarkan teriakan merdu nan syahdu, akibat efek surprise dan damage per hit dari kaki Johnny yang sepertinya dibuat untuk melukai.

Eliana, beberapa anggota wanita yang dibawah komando Torru merupakan seorang yang memegang kendali atas komunikasi. Jika seseorang baru pertama melihatnya, ia seperti seorang malaikat di tengah panas dan brutalnya pertempuran.

Selama perjalanan, yang dapat dilihat sekeliling hanyalah jalan berdebu, gurun pasir timteng, sesekali mahluk hidup yang lalu lalang, dan rumah yang hancur.

"Pak ndan, afh yakin ini jalannya?" Tanya pengemudi itu kepada Torru. Torru hanya mengangguk, dengan memperlihatkannya detil misi yang sebetulnya tidak terlalu detil langsung didepan mukanya.

Waktu berlalu begitu lamanya, satu menit terasa seperti sepuluh tahun, ditambah dengan teriknya panas timur tengah yang kadang berada diluar nalar. Tak ada suara selain bisingnya mesin mesin tempur dan suara canda tawa, sesekali suara frekuensi radio juga ikut menyertai.

"Atmos, disini HQ. Jawab.." Masuk salah satu transmisi radio kedalam kendaraan komando Torru. Ia cukup terkejut mendengarnya, mengingat detil misi tertulis 'tidak ada bantuan udara, pasukan respon cepat, komunikasi dan intelejen lapangan".

Mengetahui detil misi itu dengan sangat baik, ia mulai meragukan misi yang dipimpin oleh William yang mungkin saat ini sedang mengambil cuti dari kantornya untuk sementara waktu. Torru tidak menjawabnya, dibiarkan begitu saja. Pengemudi, yang juga anak buah Torru memberi isyarat untuk Torru agar dapat menjawab telepon itu.

"Laporan terakhir tentang jalur yang kalian lewati dari batalion logistik, bahwa jalur yang mereka lewati dan yang sedang kalian lewati adalah jalur yang rawan."

"Tsk." Komandan yang tadi sedang hanyut di dunianya sendiri mendecitkan lidahnya. Suasana hatinya yang awalnya sudah buruk, menjadi lebih buruk lagi. Tangan kanannya mulai gemetar, dan ia menarik pistol FNX-45 miliknya tanpa ia sadari.

Salah satu anak buahnya yang sedang fokus menonton film 'pendidikan', menyadari tindakan komandannya yang mulai sinting, langsung menahan tangan kanannya yang sudah menggapai pistol itu.

"Waduh ndan, sadar plis. Kalo mati ntar susah, jadi beban. Bagasi kita juga penuh, ndan. Mau diletak dimana kalau anda modar?" Eliana sambil menahan gerak tangan komandannya yang mulai (sakit mental) kelelahan.

*

(Bagi yang belum tahu apa itu Steel  Plate , adalah isian untuk rompi lapis baja yang namanya sebagai Plate Carrier.  Lebih simpel dan penggunaannya yang mudah, karena jika peluru  ketangkis sama benda ini, bisa langsung diganti. Efek sampingnya  paling cuma memar doang, kurang lebih sama kayak kevlar. tapi  armor beginian bisa tahan peluru AK-47.) 

Sumber: The Firearm Blog

**

Makasi yah, semoga w rajin apdet 😎☝️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top