Chapter 2 : (P) Persiapan

*****
Kandahar, Afghanistan Selatan
05:00

"Baiklah, kita hentikan pertemuan kita disini."

"Ingatkan seluruh anak buah kalian, aku tidak mau ada kesalahan dalam bagian logistik sialan ini"

"Yesser!" Jawab anak buah dari Torru.

Setelah rapat dengan pemimpin setiap skuad, Torru langsung melangkah keluar dari ruang rapat meninggalkan anak buahnya yang kembali menikmati kartun kesukaan mereka. Menuju ruangan yang tidak jauh dari ruang rapat itu, terdapat pintu yang berbeda dari pintu yang ada di bangunan itu. Itu adalah ruangan bagian perlengkapan resimen ke-21, dengan mengambil latar seperti gudang persenjataan abad pertengahan, sudah cukup untuk memuaskan hasrat dari mereka-mereka yang sudah mabuk dengan anime berlatar dunia isekai, namun tidak menghilangkan keefektifan penyimpanan senjata-senjata ini.

Nama gudang itu, dari anggota (yang juga seorang tentara elit, ironisnya) bernama Marco adalah Zeolit. Terdengar keren untuk orang umum, tetapi untuk anggota yang menyukai kucing tidak begitu, Zeolit adalah salah satu pasir yang digunakan oleh kucing untuk bersemedi. Walau begitu, Marco tetap berpegang teguh dengan nama itu, ia bahkan mengancam akan mencekoki piaraan rekan-rekannya itu dengan brokoli jika mereka menolaknya.

Kembali ke gudang senjata, Torru berjumpa dengan salah satu personil logistik yang menjaga keluar-masuknya senjata, ia berdiri di belakang kounter seperti biasanya. Karena sepinya ruangan itu, jika tidak tertidur ia akan bermain-main dengan temannya. Beruntung komandannya datang, hasratnya seketika menghilang dan ia kembali ke mode bekerja.

"Hormat komandan, cukup jarang melihatmu datang kesini sendirian. Ada sesuatu?"

"Seperti biasa, misi gila dari orang tua yang sekarang sedang bertengger di ruangannya yang penuh dengan gambar-gambar aneh. Kau tahu bukan apa yang akan kita butuhkan?"

Angguk tanda mengerti dari personil logistik yang bernama Andersen. Ia keluar dari posnya dengan sebuah perangkat sejenis Ipad yang digunakan untuk mendata senjata-senjata yang ada disana. Ia mulai menekan-nekan perangkatnya dan meminta Torru untuk mengikutinya.

"Untuk senjata utama infantri, kita akan menyesuaikan dengan operator garis depan. Untuk perlengkapan yang lain, anti-tank, anti-udara, mortar ringan, akan saya coba untuk dibawa. Aroma kebebasan akan terasa sangat hebat!"

Beberapa saat kemudian, anggotanya dari kesatuan GROM Polandia dan KSK Jerman bergabung dengan Torru. Mereka juga datang untuk mempersiapkan peralatannya lebih awal dari rekan-rekannya yang masih hanyut dalam dunia mereka masing-masing. Dua orang itu memberi hormat kepada komandannya dan Torru membalasnya.

"Ada juga pasukan dibawahku yang ternyata rajin"

Kaget dengan ucapan komandannya, orang Jerman memperlihatkan wajah ling-lung seperti anak kecil yang tersesat di pasar gelap.

"Err... aa.. Ku melakukan ini bukan berarti ku rajin, ya!"

"Aku kecewa denganmu, Borsh. Kau benar-benar mabuk anime, dengan umurmu yang sudah seharusnya tahu bahwa itu menjijikan."

Altmann, atau yang biasa mereka panggil Borsh memberikan tinjuan persahabatan ke pencernaan tentara Polandia itu, dengan reaksi ia hanya meringis dengan memegang perut pasca dipukul dengan kedua tangan rekannya.

"Diam bodoh, sebuah pujian itu sangat berarti bagiku, dengan kata lain usahaku itu tidak dipandang remeh. Apa kau tidak pernah dipuji, Kowalsky?"

"Heh, adu mekanik kah adik?"

Anggota logistik itu tidak mau diam, gudang Zeolit-nya menjadi tempat by-one orang stres, ia menarik kerah kedua tentara yang sedang marah itu.

"Disini, aku yang memegang kendali. Selesaikan urusan pribadi kalian diluar, disini hanya untuk masalah persenjataan, oke?"

Andersen sebenarnya agak ngeri dengan orang-orang ini. Sekalinya gelud, ada kemungkinan lumpuh, atau bertemu sang pencipta. Mengingat kekuasaan yang dia pegang di ruangan itu, melebihi komandannya, ia bisa dengan semena-mena menggunakan kekuasaannya, asal tidak digebuk. Beruntung, kedua orang itu mengadakan gencatan senjata selama di ruangan itu. Ocehan Andersen kadang dapat membuat orang lain kesal atau ingin mati.

Mendekati rak bagian senapan serbu, Borsh dan Kowalsky mulai mencari senapan yang sekiranya akan ia angkut untuk misinya. Karena dibebaskan untuk memilih senjata, kebijakan dari komandan utama resimen, mereka berdua mengambil senjata yang dikatakan sulit untuk didapat tentara reguler. Walau ada riwayat sebagai tentara elit, sekarang mereka ditugaskan sebagai infantri biasa namun dengan beberapa wewenang yang mengasikkan.

"Kalau pas di Bundeswehr (angkatan perang Jerman), pasti disuruh bawa G36 (senjata default). Gak protes, cuma bosen."

"Bilang aja gak bisa pakai, jujur aja ngab"

"Waduh, anda nyiram api pake bensin kah? Perlu adu skill pakai 5.56mm disini?"

Mendengar adanya konflik mendatang, diperparah dengan senjata api, Andersen mengingatkan mereka dengan sengaja batuk walau terdengar seperti orang sekarat.

"Ehemhemhemhem!"

Dua tentara yang layaknya air dan api berhasil dinetralisir kembali oleh si penjaga pasir kucing. Disisi lain, Torru dengan memegang perangkat pendataan senjata masih terlihat fokus, walau atmosfer disekitarnya sudah cukup panas. Kekhawatirannya disaat operasi, ada saja yang tidak lengkap atau hilang entah peralatan atau senjata untuk prajuritnya. 

Dalam pesan yang ia dapat sebelumnya, diperintahkan bahwa ia harus bisa memenuhi satu truk kargo penuh dengan kebutuhan-kebutuhan itu. Ia bisa saja melimpahkan urusan logistik ke bawahannya, berhubungan dengan isi surat ia tidak bisa.

'Mortir, senapan, peluru, pistol, ditambah dengan angka-angka ini. Aku sepertinya sudah menjadi golongan masyarakat gila' Bisiknya ke dirinya sendiri.

Torru, yang sudah menghela nafasnya dan memberikan perangkat itu kembali ke Andersen. Dari wajahnya, Torru seperti melimpahkan bagian persenjataan langsung kepada penjaga Zeolit, tentu dengan apa-apa saja yang harus dilakukan.

Memberikan hormat, Torru meninggalkan ruangan itu dan bergegas menuju ke tempat selanjutnya untuk melakukan inspeksi mendadak kepada unit yang baru diakuisisikan kepadanya. "Selanjutnya, memastikan bahwa lapis baja kita dapat bertahan dari liarnya medan di negara ini."

(Continued in Part 2)

===========================
Borsh: Makanan yang berasal dari negara tetangga Rusia, Polandia, Moldova, Rumania, Hungaria, dan Belarus yaitu Ukraina, seperti kolak atau bubur gitu, di makan pas lagi anget, kayak aku yang udah nyaman dia malah milih yang lain :c
=================


Seru nggak?

Seru?

Nggak?

Si paling seru.

Divote ea biar authornya makin semangat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top