[9] - Nekad part 1
Nonton konser di malam hari, pulang jam 12 malam, lompat pagar, masuk kerumah lewat jendela.
Apakah ada yang pernah melakukan itu selain saya?
Entahlah. Tapi inilah sepenggal kisah saya dimasa lalu, masa remaja yang menurut saya membosankan tapi ternyata, saat mengenangnya sekarang begitu berkesan.
-----
18.40
Aku duduk di kursi tepat di depan pintu rumahku. Suara gaduh dari halaman rumah tak membuatku gentar atau merasa risih. Aku masih nyaman dengan kegiatan yang sedang kulakukan.
Kegiatan apa?
Apalagi kalau bukan berbalas pesan dengan teman-temanku dan seorang teman laki-laki yang saat itu menjalin kasih atau hubungan yang disebut pacar denganku.
Sebut saja dia F. Iya hari itu F bekerja di luar kota dan tidak dapat menemaniku di malam minggu yang cerah. Tapi tiba-tiba seorang teman memanggil namaku dan saat aku melihatnya, Ia sudah berada di depan rumahku.
"May..! malem ini ada acara nggak?" Tanyanya, sambil membuka pintu pagar.
"Emm, enggak ven. Kenapa memangnya?"
"Ikut gue yuk, temenin gue ke PSD, temen gue mau manggung malem ini."
Aku berpikir sejenak "yaudah ayo. Tapi pulangnya jangan malam-malam ya!"
"Yaudah tunggu sini ya. Gue kerumah dulu ambil motor." Ucapnya, setelah itu pergi meninggalkanku.
Akupun segera bersiap-siap, tapi sebelumnya aku meminta izin kepada ibuku untuk pergi keluar "mah! Aku pergi maen ya sama venny, nggak jauh kok cuma ke PSD, jangan dikunci ya pintunya."
"Iya"
Getar dan dering singkat dari ponselku. Aku segera melihatnya dan ternyata itu adalah notifikasi pesam masuk dari venny.
"Maya udah siap belum?"
"Udah. Bentar gue mau sholat isya dulu, tar abis Sholat baru kita pergi."
Setelah selesai melaksanakan Sholat akupun segera merapihkan rambutku, dan mengikat sebagian dari rambut panjangku yang terurai bergelombang. Tak lupa aku pakai polesan bedak, tipis saja. Dan beberapa pelengkap lainnya.
Setelah itu kuambil kemeja kotak-kotak biru hitam untuk melapisi kaos oblong berwarna hitam yang aku kenakan.
Tak butuh waktu lama venny sudah berada di depan rumahku. Ya tentu saja tidak lama karena memang jarak rumah kami berdekatan. Dan karena itu pula ibuku mengijinkan aku pergi dengannya.
Motor venny yang kami kendarai saat ini melaju cukup cepat. Bahkan aku berbicara sedikit berteriak karena kami sedang berada di jalanan yang cukup ramai kendaraan.
"Ven kok elo tumben ngajak gue? Bisanya elo sama Pinkan"
"Iya si Pingkan kaga boleh pergi, ada bapaknya. Udah elo tenang aja kita nggak lama kok cuma sampe temen gue selesai manggung doang."
"Iya" jawabku, dengan nanda tinggi supaya Venny bisa mendengarku.
**
Dua orang laki-laki muda menghampiriku, ya sepertinya umur mereka sekitar baru 20 atau 21.
"Hai.. Venny! Gue kira elo nggak jadi dateng." sapa si pria kurus yang mengenakan kaos berwarna merah itu dan menjabat tangan venny lalu tanganku juga. Diikuti oleh teman pria itu yang mengenakan kaos hitam dilapisi jaket kulit model korea.
Aku tidak terlalu mengerti dan hanya mengikuti saran dari temanku Venny. Ya aku juga tidak ingin terlihat bodoh di depan teman-temannya. Jadi aku berlaga so asik menjabat tangan mereka dan sedikit berbincang dengan salah satu pria itu saat Venny meninggalkaku untuk beberapa menit. Tapi aku tetap menjaga jarak dengan pria yang mengajakku berbicara.
"May temen gue manggungnya nanti bukan sekarang, dia juga mau ngambil gitarnya dulu, kita ikut kerumahnya yo! Daripada disini bt, nggak enak juga banyak orang. Sekalian kita jalan-jalan dulu."
Ada sedikit kekecewaan dan rasa takut, tapi aku tak bisa menolaknya. Jadi "yaudah iya. Ayo."
Dari PSD atau lebih jelasnya Pasar Segar Depok kami pergi kedaerah cipayung dan ya entahlah ke jalan mana aku tidak mengetahuinya karena memang aku tidak pernah berkeliaran jauh-jauh.
"Ven kita mau kemana?" Tanyaku, tepat di telinganya."
"Kerumah temen gue, udah tenang aja gue tau kok daerah sini."
Akhirnya setelah cukup lama sekitar setengah jam kami sampai di rumah teman pria itu. Dan setelah itu gitar yang ia sebut-sebut ternyata memang benar dibawanya.
"Udah. Trus kita kemana lagi ni?"
"Kita balik lagi ke PSD, tapi sebelumnya nongkrong dulu ya di Taman Merdeka."
"Emm yaudah seterah elo aja ven."
Aku memang risih dan mulai gelisah tapi aku berusaha menyembunyikannya. "Ya sesekali tidak apa-apa bukan bila aku pulang sedikit lebih malam," batinku.
"Acong gimana kata si Ipang kapan manggunnya? Gue nggak bisa lama-lama nih soalnya bawa temen gue juga."
"Ia sabar Ven lagian juga masih group lain yang manggung, selow aja kali masih sore. Tar jam 9 kita jalan." ucap si pria yang di panggil Acong oleh Venna.
Aku hanya tersenyum dan berusaha terlihat tenang-tenang saja. Padahal dalam hati aku gelisah merasa takut bila pulang nanti dimarahin mama, dan gawat jika sampai pintu sudah di kunci.
Akhirnya setelah menunggu cukup lama dan kamipun kembali ke PSD. Setibanya disana aku dan Venny bertemu dengan beberapa rekan dari si pria yang sedari tadi bersama kami.
Setelah berbincang-bincang sebentar lalu aku dan Venny masuk ke gedung itu. Di lantai bawah terlihat banyak orang dan satu group ban yang beraliran Pop pank. Mataku tertuju kepada satu pria yang di tunjuk oleh Venny. Iya tidak salah lagi dia adalah pria yang menjadi vokalis di ban itu. Dan sebelumnya aku memang sudah sering mendengarkan satu lagunya. Dan itu menjadi favoritku.
Wajahnya biasa saja tapi penampilannya rapi dan cukup tampan bagiku. Tubuhnya berisi tapi tidak gemuk. Dan gayanya terlihat keren.
Akhirnya aku naik menaiki anak tangga yang mengarah ke lantai dua. Tempat lokasi acara tersebut. Dan ternyata masih ada group lain yang sedang bernyanyi disana.
Entahlah aku tidak tahu nama group itu. Yang pasti group itu memiki seorang perempuan sebagai gitaris sekaligus vokal kedua.
"Wuu... keren," ucapku, dalam hati.
Satu lagu terakhir mereka selesai dibawakan dan akhirnya tiba teman kami. Eh ralat maksudku teman Venny yang sedari tadi bersamaku. Dia naik kepanggung dan mulai bernyanyi.
Dahiku mengerenyit, dan telingaku terasa sakit saat mendengar suara ipang sang vokalis yang sungguh menyakitkan "ih lagu apaan ni, kaya lagu setan yang biasa di puter sama tetangga gue." Batinku menggerutu.
Tentu saja aku merasa sakit mendengarnya, dia menyanyi dengan berteriak-teriak. Ya aku tahu itu ngerock, tapi nggak gitu juga kali.
Tapi yang membuatku heran. Orang-orang yang berada diruangan ini merasa asik-asik saja menikmati dentuman musik rock yang teramat menyakitkan itu. Mereka berjoget jingkrak-jingkrak hilang kendali.
Akhirnya setelah beberapa menit berlalu selesai juga. Dan venny berbisik padaku "May jangan pulang dulu ya abis ini Little Mind yang manggung. Keren deh, sekalian bakal bagi-bagi stiker juga."
"Yang nyanyi Selamat tinggal itu?" Tanyaku.
"Iya orang nya yang tadi di bawah gue tunjukin."
Dan ternyata orang itu sedari tadi ada di belakangku dan disampingku. Beberapa kali aku mencuri pandang padanya.
Dan akhirnya saat-saat yang di tunggu-tunggu tiba juga. Little Mind mulai beenyanyi.
Venny mendorong bahuku kedepan "Ayo maju kedepan May!"
Akupun maju sampai di depan panggung. Ikut bernyanyi karena aku memang sudah hapal lagu itu. Dentuman musik semakin membuat tubuhku panas dan gerakan kamipun semakin selaras dengan yang lainnya. Kulirik sekilas beberapa anak-anak ya mungkin masih berusia 14 atau 15 tahun mereka mengangguk-angggukan kepalanya seolah menikmati musik itu.
Aku tersenyum miring. Dan melanjutkan kegiatannku. Dan harus aku akui memang aku menyukainya. Menikmatinya. Panas, gerah tapi asik. Musik dengan suara yang keras di ruangan yang tidak terlalu besar ini semakin memanas dan terlebih saat mereka membagikan stiker.
Semua berebut stiker itu dan akupun ikut mengambilnya, tapi hanya dapat beberapa saja. Dan setelah dipertengahan lagu, sang vokalis bernyanyi dan dia berjalan ke pinggir panggung yang memang tidak terlalu tinggi itu dan merogoh kantong celananya. Lalu mengulurkan tangannya kearahku dan memberikan banyak Stiker di genggamannya.
Rasanya.., sungguh menyenangkan. Rasanya aku ingin ikut naik kepanggung dan bernyanyi bersamanya.
***
"May jam berapa?" Tanya Venny padaku dengan sedikit berteriak karena ruangan ini sangat berisik.
"Jam 11 Venn."
"Jangan pulang dulu ya. Bentar lagi aja abis ini ada Our Story, itu ban keren banget, dia mau launching lagu barunya."
"Tapi dah malem Ven tar gue diomelin sama emak gue lagi."
"Yah.. bentar lagi aja, Nanggung ni."
"Ga bisa, udah kemaleman Ven. Ini aja udah lewat jam main gue, yang ada gue di bunuh emak gue, dan nggak boleh masuk rumah."
Akhirnya Venny menyerah, dan mengikuti saranku untuk pulang. "Yaudah deh. Ayo turun kita pulang. Lain kali aja kita nonton lagi ya, tar pas ada kerupuk kulit juga."
"Iya" jawabku singgat seraya menyunggingkan senyum.
Sebenarnya aku juga tidak tahu kerupuk kulit itu group ban macam apa. Tapi jujur aku jatuh cinta sama Little Mind.
***
"Ven udah setengah 12 kita mau jalan lewat mana? Kalo lewat gang Mushola pasti udah di tutup portalnya."
"Kita lewat Mandala depan aja. Disana di buka 24jam kok. Tar muter Tk, gue anterin elo sampe depan rumah."
"Oke"
Hembusan angin malam ini merasuk kedalm jiwa dan perasaanku. Rasa dingin semakin menyeruak karena tubuhku yang basah dengan keringat lalu diterpa angin yang cukup kencang.
Rasa senang, bahagia, bebas menyelimutiku. Tapi sejenak kesadaranku kembali dan teringat bagaimana di rumah.
Rasa dingin kembali menerpa wajahku, yang rasanya semakin dingin. Aku bersembunyi di balik tubuh Venny yang besar. Ya untung saja temanku ini memiliki tubuh yang besar. Ya walaupun usianya lebih muda dariku tapi badanya lebih besar.
"Alhamdulillah nyampe juga." aku turun dari motor Venny dan beranjak membuka pintu gerbang.
"Makasih ya may."
"Iya sama-sama"
"Kenapa? Udah di gembok ya?"
"Duh iya nih, yaduh nggak papa gue loncat aja."
"Serius elo nggak papa"
"Udah enggak papa, elo buruan pulang sana. Noh bapak elo dah di depan pintu tuh."
Dan akhirnya aku nekad manjat pagar lalu masuk. Tapi suara dari pintu pagar yang aku panjat membuat suara yang cukup berisik dan membuat ibuku bangun lalu membukakan pintu rumah.
Aku tersenyum lebar "hehe. Noh pulang sama si Venny kok." Aku menunjuk Venny yang sedang masuk kedalam garasi rumahnya.
"Lama banget sih. Buruan masuk, kunci pintunya, Tidur."
"Iya" ucapku dengan tertunduk merasa bersalah.
※※※
Jangan ditiru ya kawan kelakuan saya yang tidak baik itu. Tapi itu hanya sepenggal kisah masa lalu yang tidak bisa saya lupakan.
Karena apa?
Ya karena itu kisah menyenangkan sekaligus menyedihkan dan memalukan.
Senang pernah ngerasain masa-masa itu. Hidup serasa bebas.
Malu karena melakukan hal yang kurang baik.
Menyedihkan karena saya telah berbuat nekad dan tidak menepati janji saya kepada ibu bahwa tidak akan pulang terlalu malam. Tapi nyatanya. Hemm.
[※]
Hi...
Gimana masih ada yang tertarik dengan kisah perjalanan hidup saya?
Dan sepenggal kisah-kisah nyata dalam keseharian saya di masa lalu dan masa sekarang.
Jika masih, silahkan kalian boleh riques kepada saya kisah apa yang ingin anda ketahui dari diri saya.
Dan jika bisa pasti saya shareing.
Untuk typo dan kata yang salah lainnya mohon di maklumi. Nanti akan saya perbaiki.
See you Queen typo.
So,
Enjoy aja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top