19 - Why Mom?
Mengapa dia pergi disaat aku belum bisa mengingat wajahnya?
Mengapa dia tidak kembali disaat aku membutuhkannya?
Mengapa dia tidak hadir dalam mimpiku disaat aku merindukannya?
Mengapa aku tidak bisa bertemu dengannya?
Dia ayahku bukan?!
Tapi mengapa ibu melarangku menemuinya?
Meski nisannya sekalipun, kenapa ibu melarangku?
mengapa ibu tidak memperbolehkan aku memiliki selembar foto ayahku sendiri.?
Aku hanya ingin tahu, dan aku juga berhak tahu, karena dia ayahku.
Sepedih apakah masalalumu ibu? Hingga kau membencinya sebegitu dalam hingga saat ini.
Mengapa ibu melampiaskannya padaku?
Ibu tak tahu betapa sakitnya aku saat berada dititik terbawahku, dan aku membutuhkan seorang selain ibu. Seorang pria yang tidak pernah menyakitiku. Jangankan menyakitiku. Menyentuhku pun tidak pernah.
Aku membutuhkannya ibu. Seorang ayah.
Iya aku sama seperti anak lainnya. Aku juga membutuhkannya.
Ibu memang orang paling hebat bagiku. Tidak hanya menjadi ibu, tapi menjadi ayah bagiku.
Tapi bisakah sekali saja ibu mengerti isi hatiku. Aku merindukan sosok seorang ayah. Sosok pria yang tidak akan menyakitiku seperti pria diluar sana.
Ibu..
Tahukah engkau
Bahwasannya aku tidak pernah menangis karena seorang pria. Kekasihku sekalipun.
Terkecuali hanya satu pria yang membuatku menangis.
Ya hanya satu.
Yaitu ayahku.
Hanya dia. Dia yang selalu membuatku bertanya-tanya.
Mengapa dia pergi disaat aku belum mengingat wajahnya?
Aku selalu merindukan keberadaannya. Tapi dia tidak pernah ada dan kembali padaku.
●●●
Adakah yang ingat beberapa chapter sebelumnya yang berjudul menangis, alone?
Ya jika ada yang pernah membacanya. Maka inilah yang sesungguhnya membuat aku menangis dan merasa sendiri saat itu.
Kalian tahu? Disaat itu aku hampir saja mengakhiri hidupku sendiri karena tak kuat menahan rasa sakit, sedih yang menyelimutiku.
Dan semenjak saat itu aku tidak pernah bertanya lagi pada ibuku mengenai ayahku. Aku memang tidak melupakan ayahku tapi aku ingin menjaga perasaanya.
Sebenarnya aku sudah mulai menerima dan membiasakan diri hidup seperti ini. Tapi kejadian itu terulang lagi, rasa itu kembali. Rasa yang membuatku defresi hingga ingin membuatku mengakhiri hidupku sendiri.
Semua itu datang kembali beberapa jam yang lalu. Pada pagi ini aku melihat sebuah buku yang berjudul "Ayahku bukan pembohong" karya Tere Liye.
Sungguh hatiku serasa tersayat silet tajam yang membuka jahitan dihatiku yang hampir mengering. Tapi kini terbuka lagi.
Ya Tuhan, aku tak sanggup membacanya. Jangankan untuk membaca mendengar adikku membacakan sinopsisnya saja hatiku terluka.
Kisahku tak sama dengan kisah dibuku itu. Sungguh aku tak sanggup.
So..
Bersyukurlah kalian yang memiliki kedua orang tua yang utuh dan bahagia.
Aku berkata seperti ini bukan berarti aku tak bersyukur. Aku mensyukuri hidupku saat ini. Iya saat ini lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya aku bisa mengendalikan pikiran dan perasaanku. Aku tidak menangis seperti dulu. Dan sekalipun aku menangis, itu bukanlah hal yang buruk bagiku.
Aku juga bersyukur, karena aku lebih beruntung dari Nabi Muhammad s.a.w dan Nabi Isa as. Setidaknya aku pernah berada dalam pangkuan dan dekapan ayahku, meski saat itu aku belum bisa mengingat wajahnya.
Ini penggalan kisahku yang teramat menyedihkan dan memalukan. Tapi setidaknya ini lebih baik. Lebih baik aku menuangkan keluh kesalku disini. Menumpahkan rasa sedihku dalam sebuah tulisan. Dari pada aku memendamnya seorang diri dan terbesit hal yang menyedihkan untuk mengakhiri hidupku sendiri.
Semua orang memiliki berbagai sisi kehidupan. Tidak hanya satu, melainkan lebih dari itu. Sama sepertiku saat ini. Sering kali aku memakai topeng yang berbeda di satu hari yang sama. Tersenyum, tertawa, bahagia, dan yang lainnya. Tapi tidak saat aku berada di sini. Ya disini, story of my life. Jujur, aku tidak bisa menyebunyikan wajah asliku dalam tulisan ini.
Why?
Because, it's me. Story of my life.
Aku bukanlah mereka. Aku bukan tokoh utama dalam cerita yang kubuat. Aku tidak sekuat Hazumi Rafiansyah, dalam Dream Story. Aku tidak secuek dan senyablak Fitria Daisy Seventeen dalam Triangle. Aku bukanlah Bianca yang pintar, dan tidak mudah menyerah, selalu semangat dalam meraih impiannya.
Aku memang berbeda, tapi aku bukanlah Teren yang berbeda karena istimewa.
But..
It's me.
Aku hanya seorang yang rapuh tapi berusaha tegar.
Aku seorang yang selalu berkata so sibuk, kenyataannya aku memang sibuk.
Aku slalu berusaha membuat orang lain bahagia, meski hati tengah terluka.
14-10-2017
[※]
See you
Queen typo😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top