Bab 11.1 Kebangkitan
Arion pasrah, tidak peduli pada apa yang akan terjadi. Semua terasa kosong, ia bahkan tidak tahu apa yang harus dipikirkan sekarang. Waktu seakan berhenti, menjadi hampa. Suara di sekitar tidak lagi terdengar, begitu sunyi.
Selama ini, tidak ada apa pun yang menarik perhatiannya. Manusia, hewan, tumbuhan, semua sama. Kekuasaan, kekuatan, ataupun harta, Arion tak pernah menginginkan semua itu. Akan tetapi Adele dan Freya mampu menjadi satu titik terang yang dapat membuatnya benar-benar fokus untuk mendengar suara mereka. Namun, satu persatu telah direnggut. Lalu sekarang apa?
"Sepertinya dunia memang ingin menghancurkanmu. Selalu memberikan penderitaan. Apa kau akan diam saja setelah apa yang terjadi?" Dari keheningan yang tiba-tiba itu, suara yang sudah familier kembali terdengar. Menyadarkan Arion pada pikiran yang sempat kosong. "Kau harus membalas mereka semua. Ingatlah aku akan selalu membantumu!"
Arion tidak menjawab tapi mengamini pernyataan itu. Jika dunia ini ingin dia hancur, maka kenapa tak ia bawa saja semua hancur bersamanya?
"Apa kau mulai tidak waras?" tukas William ketika melihat Arion terkekeh lalu terbahak. Tawanya tidak berhenti hanya untuk sekadar menanggapi ucapan itu.
Lelaki jangkung bermata biru itu mendekat, sedikit membungkuk; meraih dan mencengkeram rahang Arion kuat agar pemuda itu berhenti tertawa. Netra emas dipaksa untuk melihat ke arahnya, tapi iris itu telah berubah, membentuk garis vertikal.
"Siapa kau?" William berjengit, melonggarkan cengkeramannya.
Harusnya William menebas putus kepalanya, tapi laki-laki itu urung dan malah berkata kalau Arion harus mati dalam keadaan terhina Jangankan Arion, Lucifer saja akan menangis terpingkal mendengarnya.
"Terima kasih telah berbaik hati, William James Grenzill." Suara itu bukan lagi milik Arion, tapi bercampur milik makhluk lain, nada rendah dan mengerikan. Bibir tipisnya mengulas senyum, menyeringai.
William melepas cengkeramannya, mundur selangkah. "Jadi, rumor itu benar. Kau reinkarnasi Putri Luna?"
Arion tertawa, kepalanya tertunduk. Rambut yang berantakan disertai poni yang panjang menutupi mata. Ia berhenti dan menengadah—masih berlutut menatap William, seringaian tercetak jelas pada wajah itu. "Baru menyadarinya? Kau memang payah, pantas saja Kristal Dayna lebih memilih adikmu yang tidak tahu apa-apa, ketimbang dirimu yang katanya berbakat."
"Kau banyak bicara rupanya, padahal hanya iblis yang tersegel dan tidak bisa melakukan apa-apa?!" sinis William.
"Tapi berkatmu, aku bisa mengendalikan tubuh ini."
"Rendahan."
Arion yang dirasuki Lucifer tersenyum mengejek, "Kenapa kau urung membunuhnya? Tidak berani?"
"Aku hanya ingin dia mendapat hukuman setimpal. Rakyat harus melihat bagaimana seorang pengacau diperlakukan."
Arion kembali tergelak. "Naif sekali. Padahal kau sendiri membunuh ayah dan seluruh keluargamu secara diam-diam, sekarang mau membahas hukuman setimpal? Manusia memang selalu membuatku terhibur. Baik kau, maupun pemilik tubuh ini."
"Jangan senang dulu, walau aku tidak membunuhmu sekarang, pada akhirnya kalian akan mati dipenghakiman nanti." William menyudahi mantranya dan tubuh Arion terikat sempurna. "Nikmati kebebasanmu untuk beberapa hari ke depan di dalam penjara!"
Senyuman Arion semakin lebar, sesekali terkekeh. "Sayangnya, aku masih ingin melihat bagaimana kalian semua berakhir. Pasti akan sangat menarik." Dengan mudah tali yang mengikatnya lenyap, lebur. Ia berdiri pongah. "Suatu saat kita akan bertemu lagi di situasi yang lebih menyenangkan."
Lalu bum!
Ledakan cahaya terjadi tanpa aba-aba. William sontak menutup mata, hanya sekejap tetapi Arion sudah menghilang. Tanpa ia sadari, kenaifan kali ini akan membuatnya sangat menyesal di kemudian hari. Ia telah melepas pergi sosok paling berbahaya di bumi. Sesosok malaikat yang sayapnya telah menghitam.
****
Di bagian tersudut paling gelap Destrion, sekumpulan kecil orang bertopeng-setengah-wajah, melakukan ritual pembangkitan. Mereka mengelilingi sebuah altar batu. Seorang perempuan muda dibawa ke tengah. Lehernya disayat lalu darahnya dibiarkan menggenang. Darah perempuan muda yang masih suci memang selalu menjadi salah satu ramuan paling ampuh untuk menarik perhatian para iblis.
Semua persyaratan telah terkumpul. Ritual pembangkitan segera dimulai. Mereka menggumamkan mantra, tanah bergetar, dan cahaya muncul dari retakan yang melingkari Altar. Perlahan api berkobar dari dalam tanah.
Seseorang berdiri, memimpin ritual. Ia melemparkan mayat gadis yang tadi menjadi korban. Lalu menuangkan sebuah kendi berisi darah yang mereka ambil dari puluhan korban perang di kerajaan Ibu Kota Eidin.
"Kami persembahkan semua ini teruntuk tuan kami. Untuk kebebasan. Untuk segel terkutuk yang telah mengekangnya tanpa ampun. Bangkitkan tuan kami. Pengikut setiamu selalu menanti!"
Mereka mengulangi kalimat yang sama, di depan altar membara yang disebut sebagai pintu kecil menuju neraka. Sebagian jiwa Lucifer yang tersegel jauh di dalam neraka bereaksi. Energinya terasa berlimpah, jiwa-jiwa sesat tak mengenal Tuhan telah membuat segel yang melemah menjadi retak.
Sementara itu separuh jiwanya yang lain sedang menyeringai penuh kepuasan di dalam tubuh seorang pemuda bermata emas yang tengah berdiri di depan danau di dalam hutan. Ia juga dapat merasakan kebangkitan itu akan segera datang. Pupil vertikalnya semakin mengecil hingga hampir membentuk garis lurus—menatap ke bayangan di permukaan danau.
"Apakah kau Lucifer?" tanya Arion—suaranya menggema di dalam pikiran Lucifer.
"Benar."
"Jadi, kau memang ada di dalam diriku?"
"Tentu saja. Aku yang membantumu selama ini. Meminjamkan kekuatan saat kau tidak bisa melakukan apa pun. Sihir tak terbatas yang diidamkan semua orang bisa kau dapatkan secara cuma-cuma."
"Kenapa meminjamkan kekuatanmu padaku?"
"Karena aku menyukaimu!" jawab Lucifer. "Aku menyukaimu. Kau berbeda dari reinkarnasi sebelumnya. Sangat menghibur."
"Kau pernah berkata, akan membantuku mendapatkan apa yang kuinginkan. Apakah masih berlaku?"
"Tentu saja."
"Kalau begitu, bantulah aku!"
"Katakan, apa yang kau inginkan?!"
"Aku ... ingin melenyapkan mereka semua. Freya ingin dunia di mana semua orang dapat hidup dengan damai tanpa diskriminasi dan penindasan. Tetapi ia lupa satu hal, kalau semua impiannya itu tidak akan pernah terwujud selama penyihir masih menguasai dunia ini."
"Kau memang tidak pernah mengecewakanku. Aku akan membantumu. Tapi sebagai bayarannya, akan kubawa kau ke neraka terdalam, lalu kunikmati jiwa yang menghitam itu sebagai makan malam." Suara Lucifer menggema, bersamaan dengan Arion yang kembali menguasai tubuhnya sendiri.
****
Dahulu kala, ada seorang malaikat bernama Samael, ia adalah malaikat paling setia dan kuat. Akan tetapi memilih murtad demi kesenangan pribadi hingga akhirnya dijatuhkan ke neraka dan bergabung bersama para iblis. Sebagai mantan malaikat terkuat, dengan cepat ia menjadi penguasa di sana. Malaikat bersayap hitam itu kemudian lebih dikenal sebagai Lucifer.
Baginya, jatuh ke neraka bukanlah hal yang buruk. Ia jadi lebih dekat dengan manusia—makhluk yang paling ia sukai. Menurutnya manusia adalah ciptaan Tuhan yang menarik. Mereka istimewa, sebab seorang manusia dapat menjadi sebaik malaikat, tapi juga bisa lebih buruk dari iblis sekali pun.
Keikut-campuran Lucifer pada dunia manusia membuatnya semakin dikenal. Alih-alih takut, sebagian dari manusia malah balik memuja, berharap diberikan kekuatan tak terhingga untuk mencapai keinginan duniawi dengan lebih mudah.
Mereka memuji-muji sang iblis dan berbalik menyumpahi Tuhan beserta malaikat-Nya. Berharap Lucifer akan bangga dan menghadiahi kekuatan berlimpah dan mewujudkan keinginan yang terpendam. Namun, pada kenyataannya Lucifer hanya menganggap semua itu sebagai lelucon.
Manusia memang semenarik itu.
Ketika ia disegel oleh Luna, Lucifer begitu marah, tapi lambat laun ia mulai menikmati. Setiap Luna reinkarnasi, ia pun ikut reinkarnasi bersamanya. Tidak lagi terpisahkan—layaknya satu jiwa yang utuh. Seperti apa yang dulu pernah mereka harapkan.
Dahulu kala ... mereka memang pernah saling jatuh cinta. Suatu ingatan yang enggan untuk ia ceritakan.
Kini Lucifer terbebas. Sebagian jiwa yang berada di neraka telah dilepaskan oleh 'para pendosa'—pengikut setianya. Lalu Arion ikut melepas segel yang ada di dalam tubuhnya. Sebagai reinkarnasi Luna, pemuda itu dapat dengan mudah melepas segelnya, sebab pada dasarnya, kekuatan Luna telah turun kepadanya.
Hal yang paling ditakutkan Artikius akhirnya terjadi. Lucifer telah bangkit. Arion dapat merasakan panas yang menjalar keluar dari tubuhnya. Dadanya sesak, seperti ada sesuatu yang mencekat paru-paru, jantungnya pun berdebar kencang. Keringat dingin berbulir di sekujur tubuh, membuat malam yang semakin dingin menjadi panas.
Sebuah energi berwarna ungu pekat berkumpul semakin solid, membentuk sosok tinggi bersayap besar dan lebar. Awalnya hanya berupa bayangan hitam, tapi perlahan semakin jelas. Seorang pria setinggi dua meter lebih dengan empat sayap hitam pekat mengepak di hadapan Arion. Di kepalanya terdapat dua tanduk besar, kukunya panjang dan begitu runcing, lalu matanya berwarna emas menyerupai mata Arion, tapi dengan pupil vertikal.
Bibirnya mengulas seringaian hingga menampakkan sepasang taring. Wajahnya tidak begitu jelas sebab asap pekat masih menyelubungi. Namun, untuk kemudian sosok itu sedikit mengecil hingga tingginya hanya selisih dua puluh sentimeter dari Arion.
Empat sayap hitam di punggungnya ikut menghilang, menyisakan beberapa helai yang rontok dan jatuh ke tanah berumput. Sebagian lagi jatuh ke danau, mengambang di air.
Sosok itu menjadi pria dewasa dengan tanduk yang menghilang bersama sayap hitamnya. Rambutnya pirang-pucat panjang sebahu yang disisir asal ke atas, berahang tegas disertai hidung bangir. Lehernya yang jenjang terlihat jelas karena dagu terangkat pongah—memandang rendah pada apa pun. Dia sempurna, layaknya malaikat yang selalu diceritakan di dalam dongeng. Hanya saja, dia memiliki aura mengerikan yang membuat siapa pun tidak nyaman memandanginya.
Tidak akan ada yang berani menatap langsung ke mata itu, kecuali Arion. Ia tidak takut, tidak pula takjub, ia menatap penuh selidik. Dada yang semula sesak, kini telah membaik, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tubuhnya kembali seperti biasa.
"Jadi ini wujud aslimu?" tanya Arion. Nadanya datar, tidak takjub apalagi takut. Hanya ingin memastikan sosok yang muncul di hadapannya.
Lucifer menyeringai semakin lebar. "Akhirnya kita bisa berhadapan langsung."
"Kau ... tidak seperti iblis yang selama ini kubayangkan."
"Aku bisa berubah menjadi bentuk apa saja yang kau inginkan. Mulai dari yang paling memikat hingga paling menjijikkan sekali pun. Atau kau ingin aku menyerupai wanita? Aku bisa melakukannya."
"Tidak. Begini lebih baik!" tukas Arion.
Iblis itu terkekeh. "Baguslah kalau begitu."
"Apakah kau benar-benar akan membantuku?"
"Tentu."
"Bahkan jika aku juga akan melenyapkan semua pengikutmu?"
"Aku tidak peduli, pun tidak pernah meminta mereka menjadi pengikutku. Selama kau bisa menghibur, akan kubantu mewujudkan semua keinginanmu!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top